Roma - Produsen cokelat Ferrero di Alba saja memerlukan 80 ribu ton minyak nabati setiap tahunnya. Diharapkan kebutuhan ini dapat dipenuhi dari minyak sawit Indonesia.
Hal itu disampaikan Direktur Produksi Giovanni Di Palma saat menerima delegasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang dipimpin Direktur Perencanaan Industri Agribisnis Dr. Indra Darmawan, Jumat (24/10/2008).
Menurut Di Palma, selain kebutuhan minyak nabati sebesar itu, pihaknya per tahun juga memerlukan pasokan 40 ribu ton biji kakao alias cokelat.
Menanggapi hal tersebut, Dr. Didiek H. Goenadi dari Komite Penanaman Modal Bidang Agribisnis BKPM yang juga merupakan Direktur Eksekutif Asosiasi Minyak Sawit Indonesia menyambut baik keinginan Di Palma dan akan menindaklanjutinya lebih jauh.
Selain bahan baku minyak sawit dan biji kakao, Ferrero di Alba juga membutuhkan daun teh lebih dari 1000 ton per tahun untuk memproduksi minuman teh segar dan 600 ton kopi, di samping tentu saja gula dan susu.
Atase Pertanian KBRI Roma Dr. Erizal Sodikin kepada detikcom tadi malam menuturkan bahwa Indonesia perlu melakukan pendekatan lebih jauh ke Ferrero dengan memberikan beberapa 'dispensasi' harga dan kemudahan lainnya sehingga perusahaan ini bersedia menggunakan bahan baku dari Indonesia.
"Mengingat merek Ferrero sudah sangat dikenal dunia dan membawa image tersendiri, maka pemakaian bahan baku dari Indonesia secara tidak langsung juga akan meningkatkan brand image bagi produk pertanian Indonesia” demikian Erizal.
Ferrero S.p.A. merupakan salah satu produsen cokelat terbesar di dunia berbasis di Italia. Satu dari pabrik terbesarnya ada di kota Alba, Italia bagian utara.
Perusahaan ini didirikan oleh suami istri Piera dan Pietro Ferrero tahun 1946 yang diawali dengan usaha skala rumah tangga berupa sebuah toko kecil.
Kini Ferrero sudah jauh berkembang dengan omzet mencapai lebih dari US$5,6 miliar, punya 16 cabang di seluruh dunia serta jumlah karyawan mencapai lebih dari 19 ribu. Produknya antara lain Roche, Mon Cheri, Raffaello, Nutella, Kinder Surprise, hingga permen Tic Tak.(es/es)
Hal itu disampaikan Direktur Produksi Giovanni Di Palma saat menerima delegasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang dipimpin Direktur Perencanaan Industri Agribisnis Dr. Indra Darmawan, Jumat (24/10/2008).
Menurut Di Palma, selain kebutuhan minyak nabati sebesar itu, pihaknya per tahun juga memerlukan pasokan 40 ribu ton biji kakao alias cokelat.
Menanggapi hal tersebut, Dr. Didiek H. Goenadi dari Komite Penanaman Modal Bidang Agribisnis BKPM yang juga merupakan Direktur Eksekutif Asosiasi Minyak Sawit Indonesia menyambut baik keinginan Di Palma dan akan menindaklanjutinya lebih jauh.
Selain bahan baku minyak sawit dan biji kakao, Ferrero di Alba juga membutuhkan daun teh lebih dari 1000 ton per tahun untuk memproduksi minuman teh segar dan 600 ton kopi, di samping tentu saja gula dan susu.
Atase Pertanian KBRI Roma Dr. Erizal Sodikin kepada detikcom tadi malam menuturkan bahwa Indonesia perlu melakukan pendekatan lebih jauh ke Ferrero dengan memberikan beberapa 'dispensasi' harga dan kemudahan lainnya sehingga perusahaan ini bersedia menggunakan bahan baku dari Indonesia.
"Mengingat merek Ferrero sudah sangat dikenal dunia dan membawa image tersendiri, maka pemakaian bahan baku dari Indonesia secara tidak langsung juga akan meningkatkan brand image bagi produk pertanian Indonesia” demikian Erizal.
Ferrero S.p.A. merupakan salah satu produsen cokelat terbesar di dunia berbasis di Italia. Satu dari pabrik terbesarnya ada di kota Alba, Italia bagian utara.
Perusahaan ini didirikan oleh suami istri Piera dan Pietro Ferrero tahun 1946 yang diawali dengan usaha skala rumah tangga berupa sebuah toko kecil.
Kini Ferrero sudah jauh berkembang dengan omzet mencapai lebih dari US$5,6 miliar, punya 16 cabang di seluruh dunia serta jumlah karyawan mencapai lebih dari 19 ribu. Produknya antara lain Roche, Mon Cheri, Raffaello, Nutella, Kinder Surprise, hingga permen Tic Tak.(es/es)
Sumber: http://www.detikfinance.com/read/2008/10/25/140041/1025855/4/raksasa-cokelat-ferrero-minati-minyak-sawit-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar