Untuk Biaya Kampanye, Gadaikan Vila di Puncak
Perjalanan aktor Dede Yusuf hingga dicalonkan sebagai wakil gubernur dalam pilkada Jawa Barat mendampingi Ahmad Heryawan penuh liku. Dia pernah diremehkan internal partainya. Selain itu, dua kali namanya ditolak ketika ditawarkan kepada calon lain.
ADANG D. BOKIN, Jakarta
Siapa yang tak kenal Dede Yusuf. Namanya cukup populer. Selain sebagai bintang sinetron dan layar lebar, putra artis senior Rahayu Effendi itu juga dikenal sebagai bintang iklan obat sakit kepala.
Aktivitasnya merambah dunia politik setelah terpilih menjadi anggota DPR dari PAN untuk periode 2004-2009. Di DPR, dia duduk di komisi VII yang membidangi energi, sumber daya mineral, riset dan teknologi, serta lingkungan hidup.
Di kalangan wartawan, sosok Dede dikenal ramah. Meski kerap membintangi sinetron dan film bertema laga, sikap sehari-harinya tidak mencerminkan sebagai bintang laga. Tutur kata pemegang dan-IV taekwondo itu sopan dan halus.
Ketika namanya mulai masuk dalam bursa cawagub (calon wakil gubernur) di pilkada Jawa Barat, banyak orang meremehkan. "Yang meremehkan dia bahkan dari internal partai sendiri," ungkap salah seorang aktivis PAN yang mengaku kerap di-curhat-i Dede.
Banyak pengurus PAN, mulai pusat sampai daerah, menganggap Dede hanya mencari sensasi. Bahkan, ada yang mengungkit-ungkit latar belakang akademis Dede yang drop out dari Fakultas Teknik Universitas Trisakti Jakarta.
"Pukulan telak dirasakan dia (Dede) ketika Ketua MPP PAN Amien Rais secara terbuka menyatakan tidak mendukung Dede," katanya.
Amien, tutur dia, justru merestui Iwan Sulandjana (pasangan Danny Setiawan). Kata Amien waktu itu, Dede dianggap tidak pantas memimpin Jawa Barat. Ketua MPP PAN Jawa Barat Amir Mahfud juga terang-terangan mendukung Dany Setiawan-Iwan Sulandjana.
Satu hal yang membesarkan Dede saat itu, dia didukung oleh Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir. Pria yang akrab disebut dengan inisial SB itu sejak awal all out mendukung pencalonan Dede. "Di jajaran DPP, tinggal saya sendirian yang mendukung Dede," kata SB suatu ketika.
Banyak pengurus DPP PAN yang menilai Dede tidak punya kecakapan. Selain itu, dia diremehkan karena dianggap tidak punya dana kampanye.
Sehari menjelang pencoblosan, ada kader PAN di Ciamis -daerah asal Dede Yusuf- yang mengirim SMS (pesan singkat). Isinya:
"Saya dari DPC Ciamis, kalau nggak punya uang tak usah nyalon. Kami kapok".
Dede mengakui, dia maju sebagai cawagub bukan karena punya modal banyak uang. Dia maju semata-mata untuk merespons suara masyarakat, khususnya kawula muda dan ibu-ibu. "Jangankan anggaran kampanye, uang saksi saja tak ada. Saya tak punya saksi di TPS-TPS karena tak bisa bayar saksi," ucap pria kelahiran 14 September 1966 itu.
Dana saksi sebenarnya tidak besar, Rp 50 ribu per orang. Tapi, kalau dikalikan seluruh TPS di Jawa Barat, dibutuhkan sekitar Rp 3,4 miliar.
Untuk mendanai kampanyenya, Dede mengaku terpaksa menggadaikan sebuah vilanya di Puncak, Bogor. Untung, SB tidak hanya menyokong habis-habisan secara politis. Pengusaha asal Pekalongan itu juga menggelontorkan uang untuk mendukung kemenangan kadernya.
"Saya menitipkan sebagian dana zakat ke Dede Yusuf untuk disampaikan ke masyarakat," kata SB.
Zakat titipan SB itu, saat keliling Jawa Barat, oleh Dede diberikan kepada fakir miskin, yatim piatu, yayasan-yayasan sosial, dan lembaga keagamaan.
"Oleh SB, kami (Heryawan-Dede, Red) ini disebut calon duafa. Tapi, doa para duafa itulah justru yang mendorong kemenangan kami," ujar Dede.
Yang meremehkan Dede tak hanya politisi di partainya. Dua calon gubernur yang bertarung dalam pilkada Jabar (Danny Setiawan dan Agum Gumelar) juga tak memasukkan Dede ke dalam hitungan. Itu dibuktikan saat pencarian pasangan sebelum mendaftar ke KPU Jabar. Ceritanya begini.
Setelah mengantongi surat keputusan (SK) sebagai cawagub dari DPP PAN, hampir dua bulan lamanya Dede belum menemukan jodoh. SB sempat mengontak Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla untuk menawarkan Dede agar dipasangkan dengan Danny Setiawan yang diusung Golkar.
"Silakan Kak Ucu tanya lembaga survei, Danny akan sulit menang kalau tidak berpasangan dengan Dede Yusuf," begitu SB mengontak Kalla, seperti ditirukan sumber yang sangat dekat dengan SB.
Saat itu Kalla menjawab akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan Danny. Belakangan Wapres menolak secara halus tawaran SB. Alasannya, polling Dede rendah sehingga tidak bisa dipasangkan dengan Danny. Kalla malah mengajak SB agar PAN mendukung Danny-Iwan Sulandjana.
SB tak patah arang. Dia kemudian mempertemukan Dede dengan Agum Gumelar di Hotel Dharmawangsa. Di hadapan SB, Agum mengaku senang berpasangan dengan Dede karena yakin menang. Tapi, setelah pertemuan itu, tak ada kabar berita dari Agum.
Belakangan Agum lebih memilih Nu’man dari PPP. Dede dianggap tidak menjual karena hanya berlatar belakang artis. Padahal, yang dibutuhkan Agum adalah tokoh yang berpengalaman di pemerintahan.
Ditolak Danny dan Agum, SB lalu mengontak Presiden PKS Tifatul Sembiring. Dia menawarkan Dede berpasangan dengan Ahmad Heryawan. "Ustad, saya yakin pasangan muda ini akan menang," begitu SB merayu Tifatul.
Awalnya, Tifatul mengaku tak bisa menerima Dede karena Heryawan sudah diberi harapan akan berpasangan dengan Danny. Tifatul menolak halus dengan mengatakan bahwa usul SB mendadak, sedangkan pencalonan di PKS sudah berlangsung jauh hari sebelumnya.
Belakangan, sikap PKS berubah 180 derajat setelah Heryawan ditendang Danny. Dengan mediator Chandra Wijaya dan Adang Durahman, beberapa hari sebelum pendaftaran ke KPUD, Heryawan dan Dede bertemu. Setelah itu, keduanya menghadap SB di Hotel Grand Mahakam, Jakarta Selatan.
Dalam pertemuan tersebut, disepakati koalisi PKS-PAN. Yang sempat dipersoalkan dalam koalisi itu, siapa yang akan menjadi cagub? SB bingung memutuskan. Dilihat dari umur, Heryawan maupun Dede sama-sama 41 tahun. "Tapi, saya tiga bulan lebih tua lho," ujar Heryawan saat itu.
"Karena Heryawan lebih tua, Anda yang cagub. Dede harus rela menjadi cawagub saja," ujar SB kepada kedua calon tersebut. Heryawan dan Dede hanya tertawa. Keduanya lalu bersalaman dan menyatakan siap maju dalam pilgub lewat paket Heryawan-Dede dengan singkatan Hade. Akhirnya, pasangan tersebut berhasil unggul sementara. Semua versi quick count memenangkan pasangan tersebut. Begitu juga, data terakhir di KPU Jabar. (kum)
Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10311