Minggu, 02 Mei 2010
Investigasi di Balik Tragedi 9/11 WTC.
Berita WTC 9-11 yang disiarkan melalui media massa adalah bohong besar dan terbukti kebohongannya melalui ilmu Sains dan Arsitektur.
Minggu, 22 Februari 2009
Ulama Al-Azhar Kutuk Serangan Bom di Kairo
Reuters
Jakarta - Serangan granat di kawasan wisata Kairo mendapat kecaman. Ulama besar Al- Azhar, Prof Dr Mohammed Sayyid Thantawi dalam pernyataannya mengecam aksi teroris yang tidak mengindahkan citra dan nilai-nilai Islam yang mencintai kedamaian.
"Pelaku pembom tersebut pengecut dan tidak menghargai makna jiwa manusia," ujar Thantawi di Cairo, Senin (23/2/2009).
Serangan granat ini terjadi pukul 18.30 waktu setempat. Saat itu masyarakat sekitar Hussein telah usai menunaikan Shalat Magrib di Masjid Sayyidina Hussein. Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan granat yang dilemparkan dari atas gedung Khan Khalili Hotel yang dibawahnya terdapat beberapa kafe yang sedang menjamu para turis asing, domestik dan Arab.
Menurut penegasan Dr. Hatim Gaballi, Menteri Kesehatan Mesir bahwa Granat tangan yang dilemparkan tersebut menewaskan seorang perempuan asal Prancis berumur 20 tahun dan 8 Prancis lainnya serta 1 warga Jerman, 3 warga Mesir dan 3 warga Saudi sedang dirawat serius di tiga Rumah Sakit Mesir.
Hingga berita ini diturunkan, Tim Penyidik dan Apkam Mesir masih menyelidiki sebab-sebab dan modus operandi aksi peledakan granat tangan yang dilemparkan di kawasan wisata segitiga emas, tempat para pelancong menikmati Kota Tua Cairo. Letak tempat wisata ini berada di depan Universitas Al-Azhar.
(rdf/rdf)
Sumber: http://www.detiknews.com/read/2009/02/23/064202/1088783/10/ulama-al-azhar-kutuk-serangan-bom-di-kairo
Rabu, 02 April 2008
Vian, si ”Anak Nakal” Akhirnya Kembali ke Rumah
Rabu, 02/04/2008 | |||
PULANG, Ahmad Legal Civiandi menutupi mukanya didampingi ayahnya, Ahmad Budiarto, di Mapolsek Limo, Depok, Jawa Barat kemarin. Petualangan Ahmad Legal Civiandi mengenal kejamnya ”dunia”di luar rumah berakhir kemarin. BOCAH sembilan tahun yang nekat membawa kabur uang milik ayahnya senilai USD12.000 itu akhirnya pulang ke rumah orang tuanya, Senin (31/3) sekitar pukul 21.30 WIB. Kepulangannya memberi hikmah bagi setiap orang tua agar lebih hati-hati dalam mengawasi setiap tingkah polah anak. Tak ada rasa bersalah,maupun raut wajah takut. Bocah yang akrab dipanggil Vian itu tetap ceria dan menebar senyumnya yang polos. Padahal selama empat hari dia sudah membikin pusing polisi, wartawan, dan kedua orang tuanya. Saat pulang ke rumahnya di Jalan Wijaya Kusuma No 110 Cinere, Limo, Kota Depok, bocah bertubuh gemuk itu diantar seorang tukang bajaj dengan mengendarai taksi. Uang yang tersisa di saku Vian tinggal USD500 atau setara dengan Rp4,6 juta.Ini berarti Vian telah membelanjakan lebih dari Rp100 juta selama empat hari. Rasa ingin marah, sedih, dan gembira bercampur aduk menyelimuti perasaan Ahmad Budiarto dan Vivi Novita Ranadireksa ketika menyambut kedatangan putra keduanya itu. Kemarin, Vian bersama ayahnya mencabut laporan di Polsek Limo.Ada dua laporan yang dicabut, yakni laporan tentang hilangnya Vian dan pencurian uang. ”Kami tidak mempermasalahkan dolar yang sudah Vian habiskan.Yang penting buat kami, dia pulang dan kembali berkumpul bersama keluarga,” ujar Ahmad Budiarto seusai menjalani pemeriksaan di Polsek Limo sambil tersenyum bahagia kemarin. Selama hilang tak tentu rimbanya selama empat hari, Vian mengaku berkelana dalam dunia angan-angan. ”Nginep di Hotel Tulip (di Jakarta Selatan) sendirian, terus jalan-jalan ke Citos (Cilandak Town Squre) sama Pondok Indah (Mal) naik taksi. Aku main games sama belanja mainan, aku kangen sama adik (Rehta Divi Nafzifa,3 tahun), makanya pulang,” ujar Vian sembari sesekali menutup wajahnya dengan tas kecil yang dibawanya. Memangnya menginap sama siapa? Vian pun langsung terperangah saat ditanya demikian.”Tanya aja sama setan,” jawabnya ketus sambil memeluk ayahnya. Saat dikerubuti wartawan, Vian terlihat malu-malu. Wajahnya yang terlihat cerdas sering ditutupi dengan tas kecil yang dibawanya. Setelah petualangan yang mendebarkan itu, Budiarto mengaku akan memperketat pengawasan terhadap Vian. Jika selama ini sang anak kerap pergi atau pulang sekolah dengan mobil jemputan, mulai sekarang dia tidak lagi akan dibiarkan sendirian. ”Selain di rumah, waktu bermain Vian akan dihabiskan di rumah kakeknya di Hang Lekiu,Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.Vian selama ini cukup dekat dengan kakeknya. Kami juga akan mengawasinya secara ketat,” tutur pria yang bekerja sebagai notaris ini. Vian adalah anak kedua dari tiga bersaudara.Pecandu PlayStation ini termasuk anak yang cerdas. Hasil tes IQ menunjukkan Vian memiliki tingkat kecerdasan bagus, yakni 130. Untuk pelajaran matematika,Vian mudah mengerti dan cepat menjabarkannya. Nilai matematika bocah yang menurut orang tuanya hiperaktif ini selalu bagus. Namun,Vian paling sulit jika disuruh belajar.Kesulitan belajar itulah yang terkadang membuat kedua orang tuanya kesulitan mengatasi Vian. Kaburnya Vian tak lepas dari penolakannya ketika disuruh belajar.”Vian menolak belajar.Mamanya jadi kesal. Kamar Vian pun dikunci. Dia disuruh tidur di ruang tamu. Nah, karena disuruh tidur di ruang tamu dan dilarang main PlayStation itulah Vian kabur dari rumah,”papar Budiarto. Kapolsek Limo AKP Supoyo mengatakan, berhubung orang tua Vian mencabut laporannya, satpam Citos bernama Asep Eka yang mengantarkan Vian menukarkan dolar ke money changer dan menerima uang pemberian Vian sebanyak USD500 akan dibebaskan. ”Segera kita bebaskan karena keluarga korban tidak mempermasalahkan tindakan Asep. Dolar sebanyak USD500 kita kembalikan kepada orang tua Vian,” terang Supoyo. Seperti apa sosok Vian sehingga bisa bertindak senekat itu? Dari keterangan para gurunya di SD Dwi Matra, Jalan MPR III Dalam No 30A Cilandak Barat,Vian kabur dari rumah bisa jadi karena pengaruh kasih sayang yang berbeda. Purwanto, guru Vian, mengaku sering mendengar keluhan dari Vian bahwa dia kerap dibeda-bedakan oleh orang tuanya dari kakaknya, Vidi Judistia, 11. Perbedaan yang dimaksud Vian adalah kasih sayang yang tidak sama yang dia dapatkan dari kedua orang tuanya. ”Sepertinya problem keluarga yang membuat anak itu merasa tidak nyaman,”ungkapnya. Keterangan Purwanto tidak dibantah Ahmad Budiarto, ayah Vian. Menurut dia, Vian yang hiperaktif terkadang kerap melakukan tindakan berlebih.Tingkah laku Vian itu sering menyulut kemarahan kedua orang tuanya. ”Sebenarnya bukan dibedabedakan, hanya pengawasan terhadap Vian lebih banyak dari kakaknya karena dia hiperaktif,”ujar Budiarto. Perihal Vian yang kerap mentraktir teman-temannya tiga kali dalam sepekan juga tidak dibantah Budirto. Selama ini Vian kerap mengambil uang orang tuanya yang ada di mobil atau di rumah. ”Kami tahu dia suka mengambil uang, tapi tidak pernah dilarang atau langsung dimarahi. Jumlah uang yang dia ambil tidak besar, kami masih menganggap itu kenakalan anak-anak, masih wajar,” ucapnya. Keseharian Vian memang lebih banyak bersama pengasuh (pembantu) sehingga membuatnya tak nyaman. Bisa jadi, Vian yang hanya tinggal berempat dengan kakak, adik,dan pembantu saat ditinggal kedua orang tuanya kerja merasa bosan. Akhirnya dia ingin mencoba hal baru yang sebenarnya berbahaya bagi bocah seumurnya. (sazili mustofa) |
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/vian-si-anak-nakal-akhirnya-kembali-ke.html
Selasa, 01 April 2008
Anak 9 Tahun Kabur Bawa USD12.000 Milik Ayahnya
Selasa, 01/04/2008 | |||
KABUR DARI RUMAH, Foto dokumentasi keluarga yang menunjukkan Ahmad Legal Civiandi (kanan) sedang bermain bersama sepupunya. DEPOK (SINDO) – Kisah ini sekilas seperti cerita fiksi,namun benar-benar terjadi di Depok,Jawa Barat. Seorang anak berusia sembilan tahun kabur dari rumah setelah dimarahi ibunya karena tidak mau belajar. Yang membuat resah, anak itu kabur sambil membawa segepok uang ayahnya. Hingga hari ketiga kabur dari rumah, keberadaannya belum juga terendus. Ahmad Budiarto,ayah Ahmad Legal Civiandi, 9, tidak dapat menyembunyikan kesedihan.Hari-hari terakhir iniwajahnya selalumurung.Bagaimana tidak,anakkeduanya itu meninggalkan rumah sejak Kamis (27/3) malam.Siswa kelas IV SD Dwi Matra Cinere itu membawa kabur USD12.000 atau setara dengan Rp110 juta. ”Saya tidak menyangka dia senekat itu,”ujar notaris yang berkantor di Jalan Cinere Raya, Depok, ini kemarin kepada SINDO. Yang membuat Ahmad Sugiarto tambah sedih, hingga kemarin anak kesayangannya itu hilang bak ditelan bumi. Sekitar pukul 20.00 WIB Kamis malam, Budiarto baru pulang dari kantor. Saat itu,Ahmad Legal Civiandi—akrab disapa Vian—disuruh ViviNovitaRanadireksa (istri Budiarto) belajar.Namun Vian menolak belajar. ”Kalau disuruh belajar Vian memang susah sekali. Sebenarnya dia termasuk anak cerdas, IQ-nya 130,nilai pelajaran matematika selalu bagus,”kata Budiarto. Mungkin karena kesal, oleh Vivi Novita,Vian disuruh tidur di kamar tamu. Sekitar pukul 21.00 WIB pembantu keluarga Budiarto masih melihat Vian.Baru setelah subuh Vian diketahui sudah tidak ada lagi di rumah. Celakanya, saat Budiarto memeriksa tas kerja yang ditaruhnya di ruang tamu, uang senilai USD 12.000 ikut raib dibawa Vian. Kaburnya Vian terang membuat Budiarto panik.Tidak ada jalan lain, pada Jumat (28/3) pagi dia laporkan peristiwa di rumahnya kepada polisi Polsek Limo, Depok. Pada pukul 13.00 Budiarto sempat lega setelah dikabari guru kelas Vian bahwa anaknya diantarkan seorang satpam Cilandak Town Squre (Citos) bernama Asep Eka ke SD Dwi Matra,Cilandak,tempat Vian bersekolah. Belum lagi dijemput ke sekolah, Vian sudah kabur. Budiarto pun kembali kelabakan. Satu-satunya informasi yang ingin dia gali adalah lewat Asep Eka. Budiarto meminta keterangan dari Asep tentang kemungkinan keberadaan Vian. ”Begitu dapat kabar itu, saya langsung menghubungi kepala satpam Citos.Saya juga bertemu Asep Eka. Pada saat saya tanya,Asep mengaku tidak menerima uang dari anak saya, tapi setelah ditahan polisi di Polres Jakarta Selatan, Asep mengaku menerima uang dari Vian sebesar USD500,”jelas Budiarto. Dari Asep Eka pula Budiarto tahu anaknya sempat menukarkan uang dolar yang dibawanya ke tempat penukaran uang di kawasan Melawai dan Citos, keduanya di Jakarta Selatan. Budiarto mengaku kecewa pada money changer yang tidak selektif saat melihat yang menukarkan uang adalah anak-anak. ”Seharusnya pihak money changer tidak begitu saja menukarkan uang untuk anak saya, meski dia ditemani satpam Citos (Asep Eka). Satpam Citos juga nakal, seharusnya dia mengantarkan anak saya ke rumah, bukan malah minta uang upeti,”ungkap Budiarto dengan nada kesal. Notaris berkulit putih ini berharap pihak-pihak yang melihat atau mengetahui keberadaan Vian segera mengantarkannya pulang ke Jalan Wijaya Kusuma No 110, Perumahan Griya Cinere,Kecamatan Limo,Kota Depok. ”Saya sudah sebarkan fotonya, saya juga meminta tolong saudara, teman, tetangga, dan polisi untuk menemukan Vian,”tuturnya. Saat dikonfirmasi, Kapolsek Limo AKP Supoyo mengaku belum menemukan Vian. Pencarian bocah yang suka main game itu terus dilakukan, termasuk menyebar tim khusus ke sejumlah titik yang ditengarai menjadi tempat tujuan Vian. ”Sejauh ini belum ada titik terang, tapi tim kami terus melakukan pencarian,” ujarnya. Kanit Serse Polsek Limo Ipda Ibnu Wahyudi mengatakan, berdasarkan data, saat kabur Vian membawa uang sebanyak USD12.000 atau setara dengan Rp110 juta. ”Kami meminta pihak-pihak yang mengetahui keberadaan Vian agar segera mengantarkannya ke rumah atau ke polsek. Dengan uang sebanyak itu, keselamatan bocah berumur 9 tahun sangat berisiko,” tandasnya. Kapolsek Cilandak Kompol Makmur Simbolon mengaku telah menangkap Asep Eka, salah seorang satpam Citos karena menerima USD500 dari Vian. ”Dia kita tangkap karena menggunakan uang anak itu,” ujarnya. Menurut dia, kasus ini akan segera dilimpahkan ke Polsek Limo, Depok, karena kejadian berlangsung di kediaman orangtua korban. Asep Eka adalah satpam yang mengamankan Vian saat dia seorang diri di Citos pada Kamis (27/3) malam. Asep sempat membawa anak itu menginap di rumahnya. Dia diberi tahu Vian mengenai uang USD12.000 yang Vian bawa. Asep tidak melaporkan Vian ke polisi dengan alasan belum 3x24 jam. Malang, kecerobohan Asep membuat Vian hingga kini tidak jelas di mana. Sekjen Komnas Perlindungan Anak (KPA) Aries Merdeka Sirait menduga adanya orang dewasa di balik kaburnya Vian. Menurut Aries,anak seusia Vian belum paham dan mengerti nilai uang sebesar USD12.000. ”Harus diselidiki latar belakangnya, kenapa anak tersebut bisa membawa kabur uang sebanyak itu,”katanya kepada SINDO tadi malam. Anak usia sembilan tahun secara psikologis masih labil dan mudah dipengaruhi orang dewasa. Lingkungan tempat bergaul bisa menjadi faktor yang membuat anak tersebut kemudian melarikan uang orangtuanya. ”Dalam konteks usia, harusnya (Vian) belum memiliki kesadaran nilai uang sebanyak itu.Jadi,bisa saja ada orang lain yang menggerak kan si anak,”lanjutnya. Bagaimanapun, tetap tidak masuk akal anak usia sembilan membawa kabur uang sebanyak itu. ”Kalau sudah dicari dan ketemu, sebaiknya tidak perlu dimarahi, tapi justru diperlakukan secara baik dan ditanya baik-baik,”ujarnya. Dalam pandangan Irmansyah MD, psikiater dari FKUI, berapa pun jumlah uang yang diambil menandakan adanya ketidakberesan dalam diri si anak.Tinjauan dilakukan tak hanya kepada anak, tetapi juga pola hubungannya dengan orangtua. ”Apakah dia selalu mendapatkan yang dia inginkan atau sebaliknya, selalu dikekang. Bisa jadi, kemampuan menahan keinginan si anak tadi yang (berakibat) tidak baik,”kata Irmansyah. (sazili mustofa/ mohammad yamin/ sofian dwi/inda susanti) |
Senin, 31 Maret 2008
April Mop, Tragedi Pembantaian Umat Islam Spanyol
Tiap tanggal 1 April, ada saja orang—terutama anak-anak muda—yang merayakan hari tersebut dengan membuat aneka kejutan atau sesuatu keisengan. April Fools Day, demikian orang Barat menyebut hari tanggal 1 April atau lebih popular disebut sebagai ‘April Mop’. Namun tahukah Anda jika perayaan tersebut sesungguhnya berasal dari sejarah pembantaian tentara Salib terhadap Muslim Spanyol yang memang didahului dengan upaya penipuan? Inilah sejarahnya yang disalin kembali sebagiannya dari buku “Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Halloween: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2005)
SEJARAH APRIL MOP
Perayaan April Mop yang selalu diakhiri dengan kegembiraan dan kepuasan itu sesungguhnya berawal dari satu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan. April Mop atau The April’s Fool Day berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 atau bertepatan dengan 892 H. Sebelum sampai pada tragedi tersebut, ada baiknya menengok sejarah Spanyol dahulu ketika masih di bawah kekuasaan Islam.
Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah bisa dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walau sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah Barat yang berupa pegunungan.
Islam telah menerangi Spanyol. Karena sikap para penguasa Islam begitu baik dan rendah hati, maka banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan hanya beragama Islam, namun mereka sungguh-sungguh mempraktekkan kehidupan secara Islami. Mereka tidak hanya membaca Al-Qur'an tapi juga bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.
Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun mereka selalu gagal. Telah beberapa kali dicoba tapi selalu tidak berhasil. Dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya mata-mata itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yakni pertama-tama harus melemahkan iman mereka dulu dengan jalan serangan pemikiran dan budaya.
Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari ketimbang baca Qur’an. Mereka juga mengirim sejumlah ulama palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.
Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang idbantai, juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, semuanya dihabisi dengan sadis.
Satu persatu daerah di Spanyol jatuh, Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.
Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar dari Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka. “Kapal-kapal yang akan membawa kalian keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kalian jika ingin keluar dari Spanyol, setelah ini maka kami tidak lagi memberikan jaminan!” demikian bujuk tentara Salib.
Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa dari orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka mereka segera bersiap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.
Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada yang keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang-barang keperluannya beriringan jalan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai tentara Salib bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumahnya. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah itinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika para tentara Salib itu membakari rumah-rumah tersebut bersama orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.
Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang tentara Salib itu telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.
Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera membantai dan menghabisi umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga sipil yang sama sekali tidak berdaya.
Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman. Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The Aprils Fool Day).
Bagi umat Islam April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudaranya seiman disembelih dan dibantai oleh tentara Salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, adalah sangat tidak pantas jika ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Sebab dengan ikut merayakan April Mop, sesungguhnya orang-orang Islam itu ikut bergembira dan tertawa atas tragedi tersebut. Siapa pun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, beberapa abad silam.(rizki)
Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/tha/8330190214-april-mop-tragedi-pembantaian-umat-islam-spanyol.htm