Selasa, 01/04/2008 | |||
KABUR DARI RUMAH, Foto dokumentasi keluarga yang menunjukkan Ahmad Legal Civiandi (kanan) sedang bermain bersama sepupunya. DEPOK (SINDO) – Kisah ini sekilas seperti cerita fiksi,namun benar-benar terjadi di Depok,Jawa Barat. Seorang anak berusia sembilan tahun kabur dari rumah setelah dimarahi ibunya karena tidak mau belajar. Yang membuat resah, anak itu kabur sambil membawa segepok uang ayahnya. Hingga hari ketiga kabur dari rumah, keberadaannya belum juga terendus. Ahmad Budiarto,ayah Ahmad Legal Civiandi, 9, tidak dapat menyembunyikan kesedihan.Hari-hari terakhir iniwajahnya selalumurung.Bagaimana tidak,anakkeduanya itu meninggalkan rumah sejak Kamis (27/3) malam.Siswa kelas IV SD Dwi Matra Cinere itu membawa kabur USD12.000 atau setara dengan Rp110 juta. ”Saya tidak menyangka dia senekat itu,”ujar notaris yang berkantor di Jalan Cinere Raya, Depok, ini kemarin kepada SINDO. Yang membuat Ahmad Sugiarto tambah sedih, hingga kemarin anak kesayangannya itu hilang bak ditelan bumi. Sekitar pukul 20.00 WIB Kamis malam, Budiarto baru pulang dari kantor. Saat itu,Ahmad Legal Civiandi—akrab disapa Vian—disuruh ViviNovitaRanadireksa (istri Budiarto) belajar.Namun Vian menolak belajar. ”Kalau disuruh belajar Vian memang susah sekali. Sebenarnya dia termasuk anak cerdas, IQ-nya 130,nilai pelajaran matematika selalu bagus,”kata Budiarto. Mungkin karena kesal, oleh Vivi Novita,Vian disuruh tidur di kamar tamu. Sekitar pukul 21.00 WIB pembantu keluarga Budiarto masih melihat Vian.Baru setelah subuh Vian diketahui sudah tidak ada lagi di rumah. Celakanya, saat Budiarto memeriksa tas kerja yang ditaruhnya di ruang tamu, uang senilai USD 12.000 ikut raib dibawa Vian. Kaburnya Vian terang membuat Budiarto panik.Tidak ada jalan lain, pada Jumat (28/3) pagi dia laporkan peristiwa di rumahnya kepada polisi Polsek Limo, Depok. Pada pukul 13.00 Budiarto sempat lega setelah dikabari guru kelas Vian bahwa anaknya diantarkan seorang satpam Cilandak Town Squre (Citos) bernama Asep Eka ke SD Dwi Matra,Cilandak,tempat Vian bersekolah. Belum lagi dijemput ke sekolah, Vian sudah kabur. Budiarto pun kembali kelabakan. Satu-satunya informasi yang ingin dia gali adalah lewat Asep Eka. Budiarto meminta keterangan dari Asep tentang kemungkinan keberadaan Vian. ”Begitu dapat kabar itu, saya langsung menghubungi kepala satpam Citos.Saya juga bertemu Asep Eka. Pada saat saya tanya,Asep mengaku tidak menerima uang dari anak saya, tapi setelah ditahan polisi di Polres Jakarta Selatan, Asep mengaku menerima uang dari Vian sebesar USD500,”jelas Budiarto. Dari Asep Eka pula Budiarto tahu anaknya sempat menukarkan uang dolar yang dibawanya ke tempat penukaran uang di kawasan Melawai dan Citos, keduanya di Jakarta Selatan. Budiarto mengaku kecewa pada money changer yang tidak selektif saat melihat yang menukarkan uang adalah anak-anak. ”Seharusnya pihak money changer tidak begitu saja menukarkan uang untuk anak saya, meski dia ditemani satpam Citos (Asep Eka). Satpam Citos juga nakal, seharusnya dia mengantarkan anak saya ke rumah, bukan malah minta uang upeti,”ungkap Budiarto dengan nada kesal. Notaris berkulit putih ini berharap pihak-pihak yang melihat atau mengetahui keberadaan Vian segera mengantarkannya pulang ke Jalan Wijaya Kusuma No 110, Perumahan Griya Cinere,Kecamatan Limo,Kota Depok. ”Saya sudah sebarkan fotonya, saya juga meminta tolong saudara, teman, tetangga, dan polisi untuk menemukan Vian,”tuturnya. Saat dikonfirmasi, Kapolsek Limo AKP Supoyo mengaku belum menemukan Vian. Pencarian bocah yang suka main game itu terus dilakukan, termasuk menyebar tim khusus ke sejumlah titik yang ditengarai menjadi tempat tujuan Vian. ”Sejauh ini belum ada titik terang, tapi tim kami terus melakukan pencarian,” ujarnya. Kanit Serse Polsek Limo Ipda Ibnu Wahyudi mengatakan, berdasarkan data, saat kabur Vian membawa uang sebanyak USD12.000 atau setara dengan Rp110 juta. ”Kami meminta pihak-pihak yang mengetahui keberadaan Vian agar segera mengantarkannya ke rumah atau ke polsek. Dengan uang sebanyak itu, keselamatan bocah berumur 9 tahun sangat berisiko,” tandasnya. Kapolsek Cilandak Kompol Makmur Simbolon mengaku telah menangkap Asep Eka, salah seorang satpam Citos karena menerima USD500 dari Vian. ”Dia kita tangkap karena menggunakan uang anak itu,” ujarnya. Menurut dia, kasus ini akan segera dilimpahkan ke Polsek Limo, Depok, karena kejadian berlangsung di kediaman orangtua korban. Asep Eka adalah satpam yang mengamankan Vian saat dia seorang diri di Citos pada Kamis (27/3) malam. Asep sempat membawa anak itu menginap di rumahnya. Dia diberi tahu Vian mengenai uang USD12.000 yang Vian bawa. Asep tidak melaporkan Vian ke polisi dengan alasan belum 3x24 jam. Malang, kecerobohan Asep membuat Vian hingga kini tidak jelas di mana. Sekjen Komnas Perlindungan Anak (KPA) Aries Merdeka Sirait menduga adanya orang dewasa di balik kaburnya Vian. Menurut Aries,anak seusia Vian belum paham dan mengerti nilai uang sebesar USD12.000. ”Harus diselidiki latar belakangnya, kenapa anak tersebut bisa membawa kabur uang sebanyak itu,”katanya kepada SINDO tadi malam. Anak usia sembilan tahun secara psikologis masih labil dan mudah dipengaruhi orang dewasa. Lingkungan tempat bergaul bisa menjadi faktor yang membuat anak tersebut kemudian melarikan uang orangtuanya. ”Dalam konteks usia, harusnya (Vian) belum memiliki kesadaran nilai uang sebanyak itu.Jadi,bisa saja ada orang lain yang menggerak kan si anak,”lanjutnya. Bagaimanapun, tetap tidak masuk akal anak usia sembilan membawa kabur uang sebanyak itu. ”Kalau sudah dicari dan ketemu, sebaiknya tidak perlu dimarahi, tapi justru diperlakukan secara baik dan ditanya baik-baik,”ujarnya. Dalam pandangan Irmansyah MD, psikiater dari FKUI, berapa pun jumlah uang yang diambil menandakan adanya ketidakberesan dalam diri si anak.Tinjauan dilakukan tak hanya kepada anak, tetapi juga pola hubungannya dengan orangtua. ”Apakah dia selalu mendapatkan yang dia inginkan atau sebaliknya, selalu dikekang. Bisa jadi, kemampuan menahan keinginan si anak tadi yang (berakibat) tidak baik,”kata Irmansyah. (sazili mustofa/ mohammad yamin/ sofian dwi/inda susanti) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar