Rabu, 02/04/2008 | |||
PULANG, Ahmad Legal Civiandi menutupi mukanya didampingi ayahnya, Ahmad Budiarto, di Mapolsek Limo, Depok, Jawa Barat kemarin. Petualangan Ahmad Legal Civiandi mengenal kejamnya ”dunia”di luar rumah berakhir kemarin. BOCAH sembilan tahun yang nekat membawa kabur uang milik ayahnya senilai USD12.000 itu akhirnya pulang ke rumah orang tuanya, Senin (31/3) sekitar pukul 21.30 WIB. Kepulangannya memberi hikmah bagi setiap orang tua agar lebih hati-hati dalam mengawasi setiap tingkah polah anak. Tak ada rasa bersalah,maupun raut wajah takut. Bocah yang akrab dipanggil Vian itu tetap ceria dan menebar senyumnya yang polos. Padahal selama empat hari dia sudah membikin pusing polisi, wartawan, dan kedua orang tuanya. Saat pulang ke rumahnya di Jalan Wijaya Kusuma No 110 Cinere, Limo, Kota Depok, bocah bertubuh gemuk itu diantar seorang tukang bajaj dengan mengendarai taksi. Uang yang tersisa di saku Vian tinggal USD500 atau setara dengan Rp4,6 juta.Ini berarti Vian telah membelanjakan lebih dari Rp100 juta selama empat hari. Rasa ingin marah, sedih, dan gembira bercampur aduk menyelimuti perasaan Ahmad Budiarto dan Vivi Novita Ranadireksa ketika menyambut kedatangan putra keduanya itu. Kemarin, Vian bersama ayahnya mencabut laporan di Polsek Limo.Ada dua laporan yang dicabut, yakni laporan tentang hilangnya Vian dan pencurian uang. ”Kami tidak mempermasalahkan dolar yang sudah Vian habiskan.Yang penting buat kami, dia pulang dan kembali berkumpul bersama keluarga,” ujar Ahmad Budiarto seusai menjalani pemeriksaan di Polsek Limo sambil tersenyum bahagia kemarin. Selama hilang tak tentu rimbanya selama empat hari, Vian mengaku berkelana dalam dunia angan-angan. ”Nginep di Hotel Tulip (di Jakarta Selatan) sendirian, terus jalan-jalan ke Citos (Cilandak Town Squre) sama Pondok Indah (Mal) naik taksi. Aku main games sama belanja mainan, aku kangen sama adik (Rehta Divi Nafzifa,3 tahun), makanya pulang,” ujar Vian sembari sesekali menutup wajahnya dengan tas kecil yang dibawanya. Memangnya menginap sama siapa? Vian pun langsung terperangah saat ditanya demikian.”Tanya aja sama setan,” jawabnya ketus sambil memeluk ayahnya. Saat dikerubuti wartawan, Vian terlihat malu-malu. Wajahnya yang terlihat cerdas sering ditutupi dengan tas kecil yang dibawanya. Setelah petualangan yang mendebarkan itu, Budiarto mengaku akan memperketat pengawasan terhadap Vian. Jika selama ini sang anak kerap pergi atau pulang sekolah dengan mobil jemputan, mulai sekarang dia tidak lagi akan dibiarkan sendirian. ”Selain di rumah, waktu bermain Vian akan dihabiskan di rumah kakeknya di Hang Lekiu,Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.Vian selama ini cukup dekat dengan kakeknya. Kami juga akan mengawasinya secara ketat,” tutur pria yang bekerja sebagai notaris ini. Vian adalah anak kedua dari tiga bersaudara.Pecandu PlayStation ini termasuk anak yang cerdas. Hasil tes IQ menunjukkan Vian memiliki tingkat kecerdasan bagus, yakni 130. Untuk pelajaran matematika,Vian mudah mengerti dan cepat menjabarkannya. Nilai matematika bocah yang menurut orang tuanya hiperaktif ini selalu bagus. Namun,Vian paling sulit jika disuruh belajar.Kesulitan belajar itulah yang terkadang membuat kedua orang tuanya kesulitan mengatasi Vian. Kaburnya Vian tak lepas dari penolakannya ketika disuruh belajar.”Vian menolak belajar.Mamanya jadi kesal. Kamar Vian pun dikunci. Dia disuruh tidur di ruang tamu. Nah, karena disuruh tidur di ruang tamu dan dilarang main PlayStation itulah Vian kabur dari rumah,”papar Budiarto. Kapolsek Limo AKP Supoyo mengatakan, berhubung orang tua Vian mencabut laporannya, satpam Citos bernama Asep Eka yang mengantarkan Vian menukarkan dolar ke money changer dan menerima uang pemberian Vian sebanyak USD500 akan dibebaskan. ”Segera kita bebaskan karena keluarga korban tidak mempermasalahkan tindakan Asep. Dolar sebanyak USD500 kita kembalikan kepada orang tua Vian,” terang Supoyo. Seperti apa sosok Vian sehingga bisa bertindak senekat itu? Dari keterangan para gurunya di SD Dwi Matra, Jalan MPR III Dalam No 30A Cilandak Barat,Vian kabur dari rumah bisa jadi karena pengaruh kasih sayang yang berbeda. Purwanto, guru Vian, mengaku sering mendengar keluhan dari Vian bahwa dia kerap dibeda-bedakan oleh orang tuanya dari kakaknya, Vidi Judistia, 11. Perbedaan yang dimaksud Vian adalah kasih sayang yang tidak sama yang dia dapatkan dari kedua orang tuanya. ”Sepertinya problem keluarga yang membuat anak itu merasa tidak nyaman,”ungkapnya. Keterangan Purwanto tidak dibantah Ahmad Budiarto, ayah Vian. Menurut dia, Vian yang hiperaktif terkadang kerap melakukan tindakan berlebih.Tingkah laku Vian itu sering menyulut kemarahan kedua orang tuanya. ”Sebenarnya bukan dibedabedakan, hanya pengawasan terhadap Vian lebih banyak dari kakaknya karena dia hiperaktif,”ujar Budiarto. Perihal Vian yang kerap mentraktir teman-temannya tiga kali dalam sepekan juga tidak dibantah Budirto. Selama ini Vian kerap mengambil uang orang tuanya yang ada di mobil atau di rumah. ”Kami tahu dia suka mengambil uang, tapi tidak pernah dilarang atau langsung dimarahi. Jumlah uang yang dia ambil tidak besar, kami masih menganggap itu kenakalan anak-anak, masih wajar,” ucapnya. Keseharian Vian memang lebih banyak bersama pengasuh (pembantu) sehingga membuatnya tak nyaman. Bisa jadi, Vian yang hanya tinggal berempat dengan kakak, adik,dan pembantu saat ditinggal kedua orang tuanya kerja merasa bosan. Akhirnya dia ingin mencoba hal baru yang sebenarnya berbahaya bagi bocah seumurnya. (sazili mustofa) |
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/vian-si-anak-nakal-akhirnya-kembali-ke.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar