Kamis, 05 Juni 2008

Denda Software Bajakan di Laptop Rp 9,5 Juta

JAKARTA, TRIBUN - Peringatan bagi para penumpang pesawat yang akan bepergian dari dan ke Jakarta yang membawa komputer jinjing atau laptop atau notebook. Jangan sekali-kali laptop dengan perangkat lunak (software) ilegal, karena pihak aparat siap melakukan razia dengan denda Rp 9,5 juta, yang mungkin lebih besar dari harga laptop.


Alexius, seorang manajer pada perusahaan swastanasional yang sering bepergian ke luar kota
kepada PersdaNetwork mengatakan, razia yang dimulai sepekan lalu, Kamis (29/5) di bandara Soekarno Hatta.


"Kepada mereka yang komputernya terinstalasi software-software tidak berlisensi, komputernya
ditahan dan harus ditebus di polres Bandara. Selanjutnya dilakukan sidang di tempat dan dikenakan denda sebesar Rp 9.500.000 per komputer," katanya di Jakarta, Kamis (4/6).


Info yang didapat, pemeriksaan komputer ini telah dilakukan selama seminggu oleh aparat kepolisian beserta Tim Perlindungan hak cipta atau Hak atas Kekayaan intelektual (HaKI) Departemen Hukum dan HAM beserta kepolisian di bandara, cafe-cafe dan tempat umum lainnya.


Kepala Administratur Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Herry Bhakti membenarkan adanya razio laptop di bandara. Razia tidak ada kaitannya dengan keluar masuknya laptop ilegal. Pemeriksaan laptop terkait dengan keamanan bandara. Misalnya terkait dengan aksi terorisme di bandara dan pesawat.


"Kita hanya memeriksa apakah laptop itu mengandung bahan peledak atau bisa menjadi pemicu ledakan, bukan legal tidaknya produsen laptop tersebut," kata Herry kepada Persda Network di Jakarta, Rabu (4/6).


Mengenai razia komputer dan software ilegal itu bukan dilakukan pihak otoritas bandara. Pihak berwenang melakukan razia laptop ilegal adalah pihak kantor HaKI Departemen Hukum dan HAM. Herry memperkirakan kemungkinan razia tersebut dilakukan oleh pihak HaKI dengan kepolisian setempat. Akan tetapi razia tidak dilakukan di dalam terminal bandara saat penumpang akan keluar masuk.


"Kalau razianya dilakukan di luar terminal, pada saat penumpang mau masuk ya itu mungkin saja. Tetapi itu sama sekali tidak diketahui oleh pihak bandara," tegas Herry. (*)


Sumber: http://tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=10977&kategori=13

Rabu, 04 Juni 2008

Mengajar dengan Bahasa Cinta

Julukan pahlawan tanpa tanda jasa yang diberikan kepada guru memang tak berlebihan. Mencurahkan perhatian dan membagi ilmu kepada anak didik adalah perbuatan mulia. Guru merupakan orang tua kedua, di mana mereka mengajarkan tentang pelajaran dan sesuatu yang sebelumnya belum kita ketahui.


Tak terbayang pengabdian sekian hingga puluhan tahun di dunia pendidikan demi membentuk para tunas bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Agaknya, terima kasih saja belum cukup untuk mengungkapkan rasa hormat kita kepada mereka akan bimbingan selama belajar di bangku sekolah.


Maka, sudah selayaknya pemerintah memberikan apresiasi kepada para guru. Sebab, jauh sebelum masa sertifikasi seperti sekarang, kesejahteraan para guru terbilang cukup memprihatinkan. Apalagi bagi guru yang mengajar di daerah-daerah terpencil dan jauh dari sentuhan informasi. Gaji yang mereka dapatkan kadang jauh dari kata cukup dan tak sepadan dengan pengorbanan serta pengabdiannya selama bertahun-tahun.


***


Ketika kantor kami pernah mengadakan program untuk guru di Jawa Timur, banyak pengalaman dan hikmah yang bisa saya petik dari beliau-beliau, para tenaga pendidik tersebut. Dalam suatu semiloka, saya sempat berbincang dengan beberapa guru. Di antara mereka mengaku bahwa menjadi guru adalah cita-cita mereka. Bahkan, di antaranya pun sadar bahwa tidak mudah untuk menghadapi kenyataan minimnya apresiasi terhadap para guru saat itu.


Tegar dan optimistis. Itulah spirit yang mereka usung dalam mendampingi anak-anak didik mereka. Mengajar dengan sepenuh hati. ”Saya mengajar bukan karena uang semata karena penghasilan guru tak seberapa. Namun, nasib para guru pun tolong diperhatikan, ” tutur salah seorang guru. Ya, tidaklah kecil tanggung jawab yang disematkan di bahu para guru.


Tak sedikit orang tua yang mengeluhkan jika nilai anak mereka jeblok kepada guru. Tak jarang pula, para orang tua menuntut guru harus bisa membuat prestasi anak didiknya meningkat, atau minimal lulus ujian dengan angka baik. Sungguh, ini bukan hal yang semudah membalikkan telapak tangan.


Namun, melihat kesabaran dan kecintaan para guru terhadap profesi mereka, pantaskah guru harus disudutkan dengan dilematika seperti itu? Ada guru yang menyambi memulung sampah plastik seusai mengajar di sekolah. Ada pula guru yang menyambi menjadi tukang pijat keliling kampung. Keadaan ekonomi serba sulitlah yang membuat mereka rela melakukannya. Pendapatan dari mengajar tak cukup untuk menutupi kebutuhan keluarga selama sebulan. Selama pekerjaan sambian itu halal, mereka mengaku ikhlas menjalaninya sembari tak melepaskan tanggung jawab mendidik murid-muridnya. Subhanallah.


Sebuah kisah dari seorang guru SD di Lamongan mampu membuat mata saya basah dan merenungi kembali betapa selama ini posisi guru di daerah seperti beliau tidaklah mudah. Guru tersebut bertutur bahwa pendapatannya dari hasil mengajar hanya sebesar Rp 150 ribu per bulan. Sebagai guru tidak tetap, kondisi tersebut memaksanya untuk bekerja sambian sebagai tukang becak. Sedangkan isterinya membantu ekonomi keluarga sebagai buruh tani. Malu? Tidak. Beliau melakukannya dengan tabah dan senang hati. Meski demikian, beliau memiliki cita-cita agar anaknya bisa mengenyam pendidikan sampai sarjana agar tak mengalami nasib seperti kedua orang tuanya. Cintanya pada profesi guru pun ditekuni dengan rasa tanggung jawab tinggi. Subhanallah.


Patah tumbuh hilang berganti. Namun, harapan itu terus menyala di sanubari sang guru untuk memperjuangkan kesejahteraannya. Sementara masih banyak murid yang acap membuat gaduh di kelas, tidak menghormati saat gurunya menerangkan materi pelajaran, tapi perhatian dan buaian ilmu tetap diberikan oleh bapak dan ibu guru. Terkadang, saya merindukan masa lalu di saat mengenang semasa di bangku sekolah dasar kelas satu. Huruf demi huruf saya eja lewat tuntunan ibu guru. Setelah huruf, lalu menghafal kata dan mengucapkan kalimat lengkap. Saya atau kita mungkin belum tahu apa-apa tentang kalimat dan materi pelajaran waktu itu. Hingga akhrinya belajar memahami materi pelajaran dengan terapannya. Kita bisa karena guru. Kita belajar dengan tuntunan guru. Tugas mulia dan tanggung jawab guru atas kelangsungan pendidikan ada karena cinta. Sebab, mereka mengajar dengan bahasa cinta yang tak pernah meminta balas jasa dari murid lewat ilmu yang diberikannya. Terima kasih bapak dan ibu guru. (Eko Prasetyo)


Sumber: http://eramuslim.com/atk/oim/8530232350-mengajar-dengan-bahasa-cinta.htm

Aspal Jalan Braga akan Diganti Batu Alam

BANDUNG, TRIBUN - Arus lalu lintas Jalan Braga mulai pertengahan Juni 2008 akan terganggu dengan akan diadakannya pergantian jalan aspal dengan batu alam.


"Kami akan berkoordinasi dengan polisi, apakah ditutup total atau setengah jalan tergantung kajian polisi," ujar Kepala Dinas Binamarga dan Pengairan Rusjaf Adimenggela di Pendopo, Rabu (22/6).


Rusjaf mengatakan, pergantian aspal menjadi batu alam dari perempatan Naripan sampai perempatan Suniaraja untuk menghidupkan kembali Jalan Braga yang selama ini nyaris mati.


"Pembangunan jalan Braga sepanjang 650 meter dan lebar 7,5 meter membutuhkan waktu empat bulan dengan total biaya Rp 1,7 miliar dari dana APBD tahun 2008," ujar Rusjaf.


Rusjaf mengharapkan perubahan Jalan Braga mampu menarik wisatawan untuk datang ke Braga sehingga pertokoan Braga kembali hidup dan menjadi ikon Kota Bandung.


"Setelah Jalan Braga selesai diganti dengan batu alam, dijadwalkan setiap akhir pekan akan dilakukan penutupan total dengan menggelar kesenian dan wisata kuliner, pakaian dan cinderamata," ujar Rusjaf.


Menurut Rusjaf, penutupan jalan setiap akhir pekan untuk memberikan kesempatan kepada jalan kaki menikmati perubahan jalan batu alam tanpa ada kendaraan yang lalu lalang. (nip)


Sumber: http://tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=10901&kategori=7

Pelempar Ikan Panas Jadi Tersangka

TASIKMALAYA, TRIBUN - Ny A (35), warga Perum Bumi Resik Panglayungan, Kota Tasikmalaya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolresta. Ibu rumah tangga ini sebelumnya diduga melemparkan ikan goreng panas ke wajah Noni (17), pembantunya, yang menyebabkan korban terluka bakar di leher dan muka.


Kasatreskrim Polresta Tasikmalaya, AKP Andri Kurniawan SIK, didampingi Kaur Binops, Iptu Rusdianto, Rabu (4/6), menyebutkan, Ny A akhirnya ditetapkan sebagai tersangka setelah pihaknya mendapatkan cukup bukti.


Tersangka dikenai UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun.


Seperti diberitakan sebelumnya, Ny A tiba-tiba melempar ikan goreng yang masih panas ke arah muka Noni di dapur rumahnya. Saat itu Ny A emosi setelah mengetahui ikan goreng itu gosong. Sebelumnya Noni mengiris sayuran di luar karena di dapur gelap akibat padam listrik.


Noni rupanya lupa tengah menggoreng ikan. Ia malah asyik mengiris sayuran. Ketika melihat Ny A pulang siang hari, barulah ia teringat akan ikan yang tengah digoreng. Ikan itu ternyata sudah gosong dan oleh korban diangkat untuk ditiriskan. Korban kemudian melanjutkan pekerjaannya, hingga akhirnya terjadilah aksi pelemparan itu.


Kepada petugas yang memeriksanya, Ny A mengakui segala perbuatannya. Namun ia menyatakan tidak menduga bahwa ikan itu masih panas, sehingga cipratan minyaknya mengenai muka dan leher Noni.


"Saat itu saya lapar dan ingin makan. Tapi saat melihat ikan gosong, ikan itu langsung saya lempar ke arah Noni," tutur tersangka. (nip)


Sumber: http://tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=10903&kategori=9

Dua Tahun dalam Pengembaraan

Start:     Aug 5, '08 01:00a
Location:     riyadh
Genap dua tahun dalam pengembaraan panjang melelahkan yang penuh rintangan. Apakah yang aku cari?

Aku rindu orang-orang yang merinduiku...

Senin, 02 Juni 2008

Dilempar Ikan Goreng Panas

TASIKMALAYA, TRIBUN - Nasib malang menimpa Noni Anisa Banurea. Gadis manis berusia 17 tahun asal Kabupaten Dairi, Sumut, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) ini mengalami luka bakar di leher dan wajahnya.


Luka itu setelah Noni dilempar ikan goreng panas oleh majikannya, di Perum Bumi Resik Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Senin (2/6).


Awalnya Noni yang tampak masih lugu itu hanya bisa pasrah dan berupaya meminjam salep kepada tetangganya sesama PRT. Tapi teman korban merasa iba dan melaporkan kejadian itu ke Ketua RT setempat. Karena mengandung unsur kekerasan, Ketua RT meneruskan laporan itu ke Pospol Cipedes. Saat itu juga Noni dibawa ke Pospol Cipedes untuk dimintai keterangan.


"Kami masih mengumpulkan bukti dan keterangan, termasuk terus memintai keterangan dari Noni," ungkap Kapospol Cipedes Ipda E Sunaryo melalui Kanitreskrim Aiptu Hari Sakti.


Hingga kemarin siang, seorang ibu rumah tangga berinisial Ny A yang diduga melakukan aksi kekerasan itu belum diperiksa. Menurut Hari, pihaknya tidak mau gegabah bertindak sebelum keterangan dan bukti dirasa cukup.


Kepada petugas yang memeriksanya, Noni menuturkan, sekitar pukul 08.00 ia tengah memasak. Sementara Ny A, suami dan anaknya sudah berangkat dari rumah untuk bekerja dan sekolah. "Saat itu saya tengah menggoreng ikan. Sambil menunggu matang saya mengiris bumbu di luar karena di dapur gelap akibat listrik padam," ujarnya.


Tengah asyik mengiris bumbu, tiba-tiba Ny A muncul diduga bermaksud mengambil sesuatu yang ketinggalan. Teringat ikan yang masih digoreng, Noni bergegas ke dapur dan melihat ikan sudah agak gosong. Dengan perasaan cemas, ikan itu segera diangkat dan ditiriskan.


Namun rupanya keteledoran korban itu terlihat oleh Ny A. Korban langsung dipanggil. Entah bagaimana persisnya, Ny A melempar ikan masih panas ke arah muka korban.


Untungnya korban berkelit sehingga ikan panas itu luput mengenai mukanya. Tapi sial, minyak yang masih panas menyiprat ke arah leher dan mukanya. Noni langsung menangis karena kesakitan. Sementara Ny A pergi lagi.


"Sambil menangis saya pinjam salep ke teman saya sesama PRT," tutur Noni.


Luka bakar di leher dan mukanya tampak berwarna kecoklatan. Yang paling parah luka bakar di leher. Menurut Noni, baru kali ini majikannya bertindak sangat kasar. Biasanya kalau ada kesalahan paling menjambak rambut. (stf)


Sumber: http://tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=10730&kategori=9

Minggu, 01 Juni 2008

Kombinasikan Kuliner dan Dunia Ilmiah

Image


Ferran Adria, 46, disebut-sebut sebagai koki terbaik di dunia. Bahkan restoran miliknya, El Bulli, di Spanyol juga dijuluki yang terbaik.


BERANI beda adalah motivasi utama dari setiap hal yang dia lakukan. Pada akhir 1980-an, dia menggebrak dunia kuliner dengan eksperimennya, Molecular Gastronomy. Eksperimen ini yaitu mengeksplorasi resep yang sudah ada menggunakan metode dan alat memasak yang sama sekali berbeda dan belum pernah dicoba.


Adria berusaha memadukan dunia kuliner dengan dunia ilmiah. ”Rasa yang diciptakan dari Molecular Gastronomy juga memikat dan lain daripada yang lain,” tuturnya. Adria juga dikenal sebagai koki terhebat dalam membuat makanan berbuih atau culinary foam. Dialah yang pertama kali memopulerkan model makanan berbuih. Kini, makanan model itu menjadi tren di seluruh dunia dan dibuat banyak koki.


Rumusnya, mencampur bumbu alami dengan agar-agar. Baginya, menciptakan sesuatu yang bisa menjadi trend setter bagi koki di seluruh dunia merupakan suatu kebanggaan. ”Semua resep yang saya ciptakan mengacu pada metode dan pengembangan resep. Saya mencari informasi, informasi, dan informasi sebanyak mungkin dari keliling dunia, mencoba berbagai resep makanan, dan membaca buku,” ujarnya dikutip dari foodandwine. com.


Tidak tanggung-tanggung, dia juga membuat laboratorium masakan di Barcelona yang disebut El Taller. Dari tempat inspiratif itulah, Adria membuat berbagai menu baru menjadi luar biasa.Dia juga mencatat ribuan resep baru. Bahkan, di dalam laboratorium itu dia membuat kajian psikologi rasa. Dia mengatakan setiap orang memiliki rasa terhadap makanan yang berbeda.


”Untuk bisa membuat makanan baru, kita harus mengetahui psikis konsumen tentang rasa makanan,” ujarnya. Dia mengatakan alasannya mengenalkan psikologi rasa karena setiap orang pasti bosan dengan rasa masakan yang sama. Dalam psikologi selera yang dikenalkan pada dunia, Adria ingin mengenalkan kepada komunitas internasional bahwa makanan bukan hanya urusan kenyang di perut.


Tidak semudah pula, orang makan burger,makanan kaleng, dan makanan instan. Dia mengatakan, dalam psikologi selera, makanan menyangkut selera dan bumbu. Selain itu, menurut dia, psikologi selera juga mengungkap, memilih, dan menikmati makanan yang berkaitan dengan logika. Tentu pula, makanan berkaitan dengan hiburan bagi seseorang. Tren kembali ke alam juga tidak ditinggalkan Adria.


Dia mengatakan selalu menggunakan menu makanan berbasis buah-buahan. Salah satu temuannya, jus bola.Kuliner hijau menjadi salah satu cirinya. Gebrakan Adria dinilai superkoki Paul Bocuse sebagai sesuatu yang sangat menakjubkan dalam dunia kuliner. Bocuse memuji Adria sebagai koki cerdas yang tidak malu dan berani menawarkan sesuatu yang berbeda bagi para penikmat makanan.


”Adria juga satu-satunya koki yang bukan hanya memikirkan resep semata. Dia mampu memikirkan bagaimana kajian ilmiah, baik ilmu pasti maupun psikologi dalam membantu membuat resep,” ungkap Bocuse kepada International Herald Tribune. Adria dilahirkan pada 14 Mei 1962 di Barcelona, Spanyol. Pada usia 14, dia masuk sekolah bisnis dan administrasi. Tapi pada usia 18 tahun, dia tidak melanjutkan sekolah karena merasa jenuh dengan rutinitasnya.


Dia memilih menjadi pencuci piring di restoran Prancis di Hotel Playafels di Castelldefels, Spanyol. Dari tukang cuci piring itulah, awal kariernya dalam bidang kuliner. Berawal dari tukang cuci piring itu pula,dia mendapatkan banyak pelajaran teknik memasak dari para koki di restoran itu. Sejak saat itu, pandangannya tentang bisnis kuliner mulai terbuka. Bahkan, dia mulai berpikir untuk terus berkarier dan berbisnis di bidang kuliner.


Dia kembali ke Barcelona dan menjadi asisten koki. Program wajib militer memaksanya menjadi tentara angkatan laut. Dia memilih bekerja di bagian dapur dengan menjadi koki. Ketika itu, masakan yang dia buat selalu disenangi para komandan militernya, hingga dia menjadi koki andalan para jenderal sampai 1983. Setelah menjadi tentara, dia bekerja di El Bulli, Roses, Spanyol. Dia langsung menjadi koki andalan, padahal usianya baru 22 tahun. Delapan belas bulan kemudian, dia menjadi kepala koki dan restorannya mendapatkan bintang tiga.


Padahal, sebelumnya El Bulli tidak pernah mendapatkan penghargaan bintang dan merupakan restoran tidak terkenal. Adria bukan tipe orang yang mudah puas.Walaupun namanya sudah berkibar, dia tetap saja mau belajar pada para koki andal lainnya. Dia pun berkeliling ke Prancis, mendatangi restoran terkenal dan belajar bagaimana meramu makanan yang lezat dan enak.Kemauannya yang keras menjadikan dia memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang dunia kuliner.


Selain aktivitas masakmemasak, Adria pun banyak menghadiri acara-acara yang mengajari ibu-ibu belajar memasak mewah. Dia juga berkampanye agar ibu-ibu tidak membiasakan makanan instan. ”Saya tidak akan mengajari membuat burger, berarti saya sudah gila,” tuturnya dikutip Daily Telegraph. Dia ingin semua keluarga di dunia bisa membuat masakan yang sehat. Adria juga telah menerbitkan puluhan buku seri gampang memasak dan puluhan DVD. (andika hendra mustaqim)


Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/kombinasikan-kuliner-dan-dunia-ilmiah.html