Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Agustus 2010

Anak, Pornografi, dan Agama (Islam)


Tanggal 23 Juli lalu masyarakat Indonesia kembali memperingati Hari Anak Nasional. Momen ini sangat penting untuk memotret kondisi anak-anak Indonesia. Anak-anak yang mayoritas berpenduduk Muslim.

Bila dicermati dunia anak-anak yang seharusnya ceria kini semakin bermuram durja. Bahkan, fenomena kekinian yang mengagetkan sekaligus meresahkan para orang tua adalah maraknya pelecehan seksual terhadap anak yang dipicu oleh beredarnya video porno

Di negara yang mengadopsi sistem liberal seperti Indonesia --meski malu-malu menyebut dirinya liberal, akan selalu terjadi benturan kepentingan antara orang dewasa dan anak-anak. Di satu sisi orang dewasa berkoar-koar ingin melindungi hak-hak anak tapi produk-produk perusak anak diumbar. Mereka berteriak nyaring ketika anak-anak menjadi korban keganasan orang dewasa. Namun, di sisi lain mereka justru memberi kebebasan berekspresi seluas-luasnya kepada orang dewasa.

Di alam liberalisme orang dewasa tidak boleh dilarang berekspresi porno. Sekali pun dilakukan di ruang publik. Bahkan, pornografi dan pornoaksi sudah menjadi bagian dari industri pemutar roda-roda perekonomian. Mereka tidak peduli apakah industri porno itu berdampak buruk pada anak-anak serta merusak moral generasi muda atau tidak.

Suatu keniscayaan jika negara liberalis ini tak berdaya berhadapan dengan dalih Hak Asasi Manusia (HAM) yang selalu dijadikan standar para penganutnya. Pemerintahan dengan sistem liberal tidak memedulikan moral atau agama sebagai pijakan. Hal ini berimplikasi pada penetapan kebijakan politik yang bersifat permisif terhadap industri seksual. Baik film, buku/majalah, musik, situs porno, fashion, merchandise, dan tempat hiburan.

Hal ini terjadi karena pemerintah diharuskan menghormati, melindungi, dan menjamin kebebasan individu warga negaranya. Bebas berarti tanpa ikatan. Sementara agama selalu bersifat mengikat. Padahal, kebebasan pada orang dewasa ini terbukti berdampak buruk bagi elemen masyarakat lainnya yaitu anak-anak.

Negara tak mampu melindungi anak-anak dari akses konten porno yang sejatinya berada di ranah orang dewasa. Anak-anak menjadi korban egoisme orang dewasa.

Yang memprihatinkan manakala anak-anak akhirnya meniru perilaku bebas yang ditunjukkan orang dewasa. Mereka mengikuti gaya berpakaian orang dewasa yang serba seksi dan minim. Suka bergaya di depan kamera dengan pose-pose menantang. Selanjutnya dengan bangga mereka memajang foto dirinya di internet. Bahkan, tak sedikit yang meniru adegan intim yang mestinya hanya dilakukan orang dewasa.

Kebebasan berekspresi bagi orang dewasa akhirnya menjerumuskan anak-anak dalam perangkap jaringan sindikat kejahatan seksual. Seperti fenomena penculikan (atau kabur dari rumah) setelah berkenalan di jejaring sosial facebook. Ujung-ujungnya mereka pun menjadi korban pelecehan seksual.

Berbeda dengan liberalisme Islam memiliki syariah yang sempurna dalam melindungi anak-anak dari racun-racun pornografi dan pornoaksi yang berdampak buruk bagi eksistensi mereka. Islam melindungi anak-anak. Bahkan, moral orang dewasa dengan melarang individu-individu mengumbar masalah seks di ranah publik.

Dalam Islam wilayah porno diikat hanya dalam ruang privat dan diharamkan diumbar di ruang publik. Karena itu diharamkan suami-istri menceritakan hubungan intimnya kepada siapa pun. Apalagi sampai merekam adegan persenggamaan mereka. Di sisi lain, Islam telah menetapkan bahwa hubungan tersebut hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan. Ridak selainnya.

Islam juga mencegah merebaknya pornografi dan pornoaksi di ruang publik. Bisnis porno diharamkan. Apa pun bentuknya. Media massa yang menjual kepornoan dilarang. Islam memang aturan hidup yang tidak memberi kesempatan pada penganutnya untuk bebas. Segala perkataan dan perbuatan umat muslim wajib terikat dengan syariat Islam. Tidak ada kebebasan mutlak. Karena itu sudah menjadi rahasia umum bahwa Islam mengatur urusan manusia. Mulai dari bangun tidur hingga bangun lagi.

Artinya tidak ada perbuatan manusia yang tidak diatur oleh Islam. Inilah keunggulan pemikiran dan sistem Islam dalam melindungi masyarakatnya. Termasuk anak-anak.

Memang, interaksi antara lawan jenis di ruang publik tidak bisa dihindari. Namun, interaksi tersebut ada aturannya sehingga interaksi yang terjadi tidak akan membawa ekses-ekses negatif yang berujung pada dekadensi moral. Sistem Islam mengatur tatanan sosial pergaulan laki-laki dan perempuan yang antikrisis moral. Aturan inilah yang menjamin kehidupan yang 'sehat' bagi anak-anak maupun orang dewasa.

Aturan itu antara lain ketika laki-laki dan perempuan bertemu tidak boleh berdua-duaan (khalwat). Jika ini ditaati tidak akan ada pasangan mesum yang secara terbuka berani mesra-mesraan. Apalagi sampai berhubungan intim dan merekamnya. Ini akan mencegah anak-anak untuk berperilaku pacaran layaknya orang dewasa. Seperti lumrah terjadi di negara liberal.

Kemudian setiap individu baik laki-laki maupun perempuan wajib menutup aurat ketika beraktivitas di ranah publik. Jika ini ditaati tidak akan ada kasus pose bugil. Apalagi rekaman video bugil. Ini tentu saja mencegah anak-anak untuk melihat hal-hal yang belum saatnya mereka lihat.

Aturan sosial tersebut tentunya harus sinkron dengan pola asuh dan pendidikan kepada anak-anak. Sejak dini anak-anak harus dibiasakan menjaga diri, moral, berakhlak mulia, menutup aurat, dan berperilaku Islami lainnya.

Oleh karena itu peran keluarga perlu diperkuat dengan pendidikan moral. Selain itu sebagai anggota masyarakat individu-individu di lingkungan keluarga wajib menjadi pengawas terhadap perilaku individu lain di lingkungannya. Hal ini untuk mencegah kemungkaran terjadi di masyarakat.

Bukan hanya itu. Masyarakat juga wajib mengawasi dan mengoreksi pemerintah (muhasabah lil hukkam). Jika ingin menyelamatkan anak-anak dari kehancuran moral dan terkaman para predator seksual. Wallahualam bishowab.

Sumber: http://us.suarapembaca.detik.com/read/2010/07/31/165932/1410941/471/anak-pornografi-dan-agama--islam

Minggu, 29 November 2009

Wartawan AS: Makin Terkuak, Siapa Dibelakang Serangan 9/11




Wartawan investigasi AS, Christopher Bollyn menemukan sejumlah fakta baru yang menguak takbir misteri seputar tragedi serangan 11 September 2001 terhadap gedung kembar World Trade Center.

Dalam laporan hasil investigasinya yang dimuat di situs berita Rebel News, Bollyn mempertanyakan keganjilan yang terjadi saat detik-detik gedung kembar WTC itu ambruk ke tanah. Ia menulis, saat kejadian, sekitar 425.000 kubik meter beton dari gedung berlantai 220 itu hancur menjadi puing sebelum benar-benar ambruk ke tanah, sehingga menimbulkan debu panas membentuk asap piroklastik yang sangat tebal dan bergulung-gulung di jalan-jalan Manhattan.

Bollyn juga mengungkap fakta baru bahwa ketika serangan 11 September terjadi, seluruh gedung kembar World Trade Center statusnya dibawah kepemilikan atau sedang disewakan pada seorang inevstor Yahudi Zionis yang cukup berpengaruh di AS, bernama Larry Silverstein. Silberstein ternyata seorang pengusaha "hitam" karena sejak masa pemerintahan Presiden Bill Clinton, Silverstain dikenai dakwaan kasus penyelundupan narkoba.

Fakta tentang latar belakang investor Yahudi itu, tulis Bollyn, kemungkinan bisa menjelaskan apa sebenarnya yang telah menyebabkan gedung kembar WTC bisa luluh lantak dan ambruk. Bollyn meragukan teori yang selama ini dikedepankan kelompok-kelompok Zionis dan kelompok lobi Israel pada pemerintah AS dan media massa, bahwa gedung kembar itu roboh dengan bentuk seperti kue panekuk. Karena menurut Bollyn, tidak ada sisa beton dan serpihan mental yang masih saling menempel, yang bisa ditemukan dalam puing reruntuhan.

Dalam artikelnya Bollyn menegaskan, jika dilihat dari serpihan beton menara kembar dan debu berbentuk asap piroklastik serta adanya zat aktif super-termit yang ditemukan di sisa-sisa debu, sulit menyimpulkan bahwa kehancuran total menara kembar disebabkan oleh tabrakan pesawat yang menghantam bagian atap gedung.

Dalam artikelnya, Bollyn juga menjelaskan mengapa ia memutuskan pindah ke Jerman dengan membawa serta keluarganya. Ia mengatakan, keputusannya pindah bertepatan dengan "perang melawan teror" yang dirancang Israel dan kemudian dilaksanakan oleh mantan presiden AS, George W. Bush.

"Dari riset awal saya terhadap bukti-bukti dan laporan-laporan media, ada indikasi kuat bahwa intelejen militer Israel lah pelaku serangan 11 September 2001 yang menghancurkan menara kembar. Operasi teroris itu dilakukan untuk menjadikan pimpinan Al-Qaida, Usamah bin Ladin sebagai kambing hitamnya. Kaum Zionis yang sudah mengendalikan pemerintahan AS dan media massa, menjadikan tragedi 11 September untuk mendorong invasi dan penjajahan di Afghanistan," tulis Bollyn.

Ia juga mengungkap dan membeberkan insiden serangan yang dialaminya pada bulan Agustus 2006. Sekelompok polisi yang menyamar, masuk ke dalam rumahnya dan menyerangnya hingga sikunya patah. "Saya pun sadar bahwa insting saya pada tahun 2001 benar dan AS bukanlah tempat yang aman untuk menyelidiki peristiwa serangan 11 September," ungkap Bollyn.

Di akhir bulan November 2001, Bollyn berkesempatan bertemu dengan mantan anggota parlemen yang juga pakar intelejen, Andreas von Bülow di rumahnya di dekat kawasan Cologne, Jerman. Mereka berdiskusi dan sepakat bahwa ada peran intelijen Israel dalam serangan 11 September 2001 yang dikamuflasekan sebagai serangan teroris yang dilakukan oleh kelompok Al-Qaida.

Untuk melengkapi investigasinya, Bollyn juga menjumpai Markus "Mischa" Wolf, seorang Yahudi Jerman yang dikenal sebagai mata-mata ulung dan pernah memimpin operasi-operasi intelijen di Jerman Timur selama 35 tahun. Bollyn menulis, Markus Wolf yang lahir pada tahun 1923 di selatan Jerman, berasal dari keluarga Yahudi yang cukup berpengaruh. Selama masa Perang Dunia II, Wolf dan keluarganya yang komunis menetap di Uni Soviet. Setelah perang usai, keluarga Wolf dikirim ke Berlin bersama Walter Ulbricht, seorang pendiri kelompok totalitarian DDR di Jerman Timur.

"Dia (Wolf) bekerja sebagai wartawan di sebuah stasiun radio di wilayah Jerman yang masih dikuasai Soviet dan menjadi salah satu saksi mata dalam proses persidangan Nuremberg," tulis Bollyn. Persidangan Nuremberg adalah persidangan untuk mengadili para tentara Nazi setelah kalah dalam Perang Dunia II. Wolf, tambah Bollyn, meninggal pada 9 November 2006 bertepatan dengan peringatan 17 tahun runtuhnya tembok Berlin.

Selain Wolf, tokoh Yahudi lainnya yang ditemui Bollyn adalah Frau Marek yang bekerja untuk sejumlah agen intelijen termasuk agen intelijen Israel, Mossad. "Marek punya latar belakang ilmu fisika dan ia mengatakan pada saya bahwa ia punya informasi tentang senjata sinar infra merah yang bisa diarahkan energinya dan senjata itu dikembangkan oleh Uni Soviet," tulis Bollyn.

Mengutip keterangan Marek, Bollyn mengatakan bahwa senjata infra merah itu kemungkinan digunakan dalam peristiwa serangan 11 September 2001 ke menara kembar WTC. Senjata itu menurut Marek mampu meluluhlantakkan menara-menara beton seperti menara kembar WTC di New York. (ln/prtv)

Kamis, 19 November 2009

Surat dari Seorang Kristiani untuk Wanita Muslim



Oleh: Joanna Francis © 2006 (Penulis, Jurnalis USA)

note: versi bahasa inggris bisa dilihat di http://texasmuslims.lefora.com/2009/03/25/a-letter-from-a-christian-to-a-muslim-woman-by-joa/page1/


Selama serangan Israel ke Lebanon dan “perang melawan teror” Zionis, dunia Islam menjadi pusat perhatian di setiap rumah warga Amerika. Saya melihat pembunuhan, kematian dan kehancuran yang menimpa Lebanon, tapi saya juga melihat sesuatu yang lain: Saya melihat Anda. Saya tidak bisa menolong, tapi yang menjadi perhatian bahwa setiap perempuan yang saya lihat selalu menggendong bayi atau anak-anak disekelilingnya. Meskipun mereka berpakaian sederhana, kecantikan mereka tetap bersinar. Tapi bukan sekedar kecantikan lahiriah. Saya juga merasakan keanehan dalam diri saya: saya merasa iri. Saya merasa tidak senang atas kejadian mengerikan dan kejahatan perang yang rakyat Lebanon derita dan menjadi target oleh musuh kita bersama. Tapi saya hanya bisa mengagumi kekuatan, kecantikan, kesederhanaan, dan lebih dari itu, kebahagiaan kalian.


Ya, ini aneh, tapi itu yang saya rasakan bahwa meskipun dalam keadaan dibom, kalian tetap terlihat lebih bahagia dari pada kami, karena kalian menjalani kehidupan natural sebagai seorang wanita. Cara yang selalu wanita jalani sejak masa awal. Cara yang digunakan di Barat hingga tahun 60-an, ketika kami dibombardir oleh musuh yang sama. Hanya saja kami tidak dibom dengan perlengkapan perang sesungguhnya, tapi dengan tipu daya licik dan kerusakan moral.


Melalui Godaan
Mereka menyerang kami—orang-orang Amerika—dari Hollywood, bukan dari jet tempur atau tank buatan Amerika. Mereka juga akan “membom” kalian dengan cara ini, setelah mereka selesai membom prasarana negara kalian. Saya tidak ingin hal ini terjadi pada kalian. Kalian akan merasa rendah sebagaimana yang kami rasakan. Kalian bisa menghindar dari bom semacam ini kalau kalian mendengar dengan ramah kepada mereka yang sudah menderita dan menjadi korban serius dari pengaruh jahat musuh. Karena segala sesuatu yang kalian lihat dari Hollywood hanyalah kumpulan kebohongan, penyimpangan realita, rokok dan bayangan semu. Mereka menghadirkan masalah seks sebagai “hiburan yang aman” karena tujuan mereka adalah menghancurkan susunan moral masyarakat menjadi apa yang mereka arahkan ke program beracun. Saya meminta kepada kalian agar tidak meminum racun mereka. Tidak ada penangkal baginya sekali Anda mengkonsumsinya. Kalian mungkin bisa pulih setengah-setengah, tapi tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Lebih baik menghindar dari racun sepenuhnya dari pada mencoba untuk sembuh dari penyebab kerusakan ini.


Mereka akan berusaha menggoda kalian dengan rangsangan film dan video musik; dengan licik menggambarkan kami, wanita Amerika, dengan bahagia dan senang, bangga berpakaian layaknya pelacur dan konten tanpa kekeluargaan. Banyak dari kami tidak bahagia, percayalah. Jutaan dari kami menjalani pengobatan anti-depresi, tidak menyukai pekerjaan, dan menangis semalaman karena lelaki yang mengatakan cinta kepada kami, kemudian dengan serakah menggunakan kami lalu pergi. Mereka ingin menghancurkan keluarga kalian dan meyakinkan kalian untuk punya sedikit anak. Mereka melakukan ini dengan menghadirkan pernikahan sebagai sebuah bentuk perbudakan, (tugas) keibuan sebagai kutukan, menjadi sederhana dan murni sebagai model kuno. Mereka ingin merendahkan kalian dan menghilangkan agama kalian. Mereka seperti ular yang menggoda Hawa dengan apel. Don’t bite!


Harga Diri
Saya melihat kalian sebagai mutiara berharga, emas murni, atau “mutiara bernilai tinggi” yang dibicarakan Injil (Matius 13: 45). Semua wanita adalah mutiara bernilai tinggi, tapi beberapa orang memperdaya kita ke dalam keraguan akan nilai kemurnian ini. Yesus (Nabi Isa as.) mengatakan: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.” (Matius 7: 6) Mutiara-mutiara kita tak ternilai harganya, tapi musuh meyakinkan kita bahwa hal itu bernilai rendah. Tapi percayalah; tidak ada pengganti yang dapat memandang ke dalam cermin dan melihat kesucian, kemurnian dan rasa harga diri yang ada pada kalian.


Mode atau fashion yang datang dari para penjahit Barat dirancang agar kalian yakin bahwa asset tak ternilai milik kalian adalah seksualitas. Tapi keindahan busana dan hijab kalian sesungguhnya lebih menarik dibandingkan mode Barat manapun, karena pakaian itu menyelubungi kalian dalam misteri dan menunjukkan harga diri serta kepercayaan. Seksualitas seorang wanita harus dijaga dari mata-mata yang tak layak, karena hal itu seharusnya menjadi hadiah bagi lelaki yang benar-benar mencintai dan menghormati untuk menikahi Anda…


Asset tak ternilai milik kalian adalah inner-beauty, kemurnian, dan segala hal yang membuat kalian apa adanya. Tapi saya melihat beberapa wanita Muslim mendorong batasan itu dan mencoba menjadi kebarat-baratan sebisa mungkin, meskipun tetap menggunakan kerudung (dengan memperlihatkan sebagian rambut mereka). Mengapa meniru wanita yang sudah menyesal, atau akan menyesal, karena kehilangan kebaikannya? Tidak ada pengganti atas kehilangan hal tersebut. Kalian adalah permata yang sempurna. Jangan biarkan mereka menipu kalian dengan menjadi berlian palsu. Karena segala hal yang kalian lihat di majalah mode dan televisi Barat adalah kebohongan. Itu adalah jebakan setan. It is fool’s gold.


Hati Seorang Wanita
Saya akan beri tahu kalian sebuah rahasia kecil, sekiranya kalian ingin tahu: seks sebelum menikah tidaklah “sehebat” yang kalian kira. Kita memberikan tubuh kita kepada lelaki yang kita cintai, yakin bahwa itu adalah cara agar mereka mencintai dan menikahi kita. Sebagaimana yang kita lihat di televisi belakangan ini. Tapi tanpa jaminan pernikahan dan kepastian pengetahuan bahwa ia akan bersama dengan kita, ini bukanlah hal yang menyenangkan! Inilah ironinya. Ini adalah hal yang sia-sia. Hanya akan meninggalkan air mata pada kalian.


Berbicara sebagai seorang wanita kepada wanita lain; saya percaya bahwa kalian sudah mengerti. Karena hanya seorang wanita yang benar-benar mengerti apa yang ada di hati wanita lain. Kita benar-benar sama. Ras kita, keyakinan, atau kebangsaan kita bukanlah persoalan. Hati seorang wanita sama di mana pun mereka berada. We love. Itu hal terbaik yang kita lakukan. Kita memelihara keluarga kita dan memberikan kenyamanan dan kekuatan kepada lelaki yang kita cintai.


Tapi kami wanita Amerika telah dibodohi untuk percaya bahwa kita lebih bahagia dengan berkarier, rumah sendiri untuk hidup sendiri, dan kebebasan memberikan cinta kepada siapapun yang kami pilih. Itu bukanlah kebebasan, dan itu bukanlah cinta. Jangan menerima sesuatu yang penuh kekurangan. Itu tidaklah berharga. Kalian tidak akan menyukainya dan bahkan setelah itu kalian tidak akan menyukai diri kalian sendiri. Lalu dia akan pergi meninggalkan kalian.


Pengorbanan
Sin never pays. It always cheats you. Meskipun saya memperoleh kembali kehormatan, tetap saja tidak ada gantinya… Kami wanita di Barat telah didoktrin ke dalam pemikiran bahwa kalian, wanita Muslim, tertindas. Tapi sejatinya, kamilah yang sedang tertindas; diperbudak oleh mode yang merendahkan kami, terobsesi dengan berat badan, mengharap cinta dari pria yang tidak menginginkan kami bangkit. Jauh dalam diri, kami tahu bahwa kami telah ditipu. Kami dengan diam-diam mengagumi dan iri pada kalian, meski sebagian dari kami tidak akan mengakui hal ini.


Please, jangan remehkan kami atau berpikir bahwa kami menyukai hal-hal seperti ini. Ini semua bukan kesalahan kami. Banyak dari kami tidak memiliki ayah yang menjaga kami sewaktu kami muda karena keluarga kami telah berantakan. Kalian tahu siapa dibalik semua rencana ini. Don’t be fooled, my sisters. Jangan biarkan mereka merampas kalian. Stay innocent and pure. Kami wanita Kristiani butuh untuk melihat bagaimana hidup selayaknya seorang wanita. Kami butuh kalian untuk menyiapkan sebuah teladan bagi kami, karena kami telah kehilangan kesempatan. Jagalah kemurnian kalian. Remember: you can’t put the toothpaste back in the tube. Jadi, jagalah “pasta gigi” kalian dengan baik!

Saya harap kalian menerima pesan ini dalam semangat persahabatan, rasa hormat, dan kebanggaan. Dari saudari Kristiani kalian—with love.

Penerjemah(Bebas)© ejajufri
Catatan:Dipublikasi ulang tanpa izin penulis

Rabu, 12 Agustus 2009

Itinerario, Buku Penyebab Indonesia Dijajah Belanda 3,5 Abad


Tahukah Anda bahwa karena sebuah bukulah maka bangsa Belanda bisa sampai di Nusantara dan melakukan penjajahan atas bumi yang kaya raya ini selama berabad-abad? Buku tersebut berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien, yang ditulis Jan Huygen van Linshoten di tahun 1595. Inilah kisahnya:

Jauh sebelum Eropa terbuka matanya mencari dunia baru, warga pribumi Nusantara hidup dalam kedamaian. Situasi ini berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa pasukan tempur lengkap dengan senjatanya. Hal yang ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua, Paus Alexander VI.

Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropa tentang peradaban yang jauh lebih unggul ketimbang mereka. Eropa mengalami pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum Eropa berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Bahkan kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual pembalseman para Fir’aun di Mesir pada abad sebelum Masehi, didatangkan dari satu kampung kecil bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera tengah.

Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa mengetahui jika ada satu wilayah di selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang tidak terdapat di belahan dunia manapun. Negeri itu penuh dengan karet, lada, dan rempah-rempah lainnya, selain itu Eropa juga mencium adanya emas dan batu permata yang tersimpan di perutnya. Tanah tersebut iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah. Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Nusantara. Mendengar semua kekayaan ini Eropa sangat bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini belum pernah didapatkannya.

Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas.  Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru—kini disebut Benua Amerika—kepada Spanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis. Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua. Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda.

Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rampokan berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan diri. Pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di sekitar Guam.

Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan. Ketika Eropa mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Tiga G”: Gold, Glory, dan Gospel. Seluruh penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri selatan yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detil memuat jalur perjalanan dari Eropa ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedangkan daerah di sebelah timurnya masih gelap.

Dibandingkan Spanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of Christ), dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut menuju Asia Tenggara. Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropa. Namun ibarat pepatah, “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga”, maka demikian pula dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama pada pelaut-pelaut Portugis mengetahui hal ini. Salah satu dari mereka bernama Jan Huygen van Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien, Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang memuat berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai jalur pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur, lengkap dengan segala permasalahannya.

Buku itu laku keras di Eropa, namun tentu saja hal ini tidak disukai Portugis. Bangsa ini menyimpan dendam pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah, Belanda akhirnya mengetahui banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya. Para pengusaha dan penguasa Belanda membangun dan menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan segera, agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan yang kaya raya, dan tidak kalah dengan kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.

Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju Nusantara yang disebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan 249 awak dipimpin Cornelis de Houtman, seorang Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis di Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de Houtman mendarat di pelabuhan Banten yang merupakan pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura, dan lainnya. Kepemimpinan de Houtman sangat buruk. Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada orang-orang pribumi dan juga terhadap sesama pedagang Eropa. Sejumlah konflik menyebabkan dia harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat di Belanda pada tahun 1597, dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau demikian, tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah dan benda berharga lainnya.

Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang de Houtman yang tidak cakap memimpin saja bisa mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang dan armada yang jauh lebih unggul. Kedatangan kembali tim de Houtman menimbulkan semangat yang menyala-nyala di banyak pedagang Belanda untuk mengikut jejaknya. Jejak Houtman diikuti oleh puluhan bahkan ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada mereka ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945. [] (Ridyasmara)

Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/itinerario-buku-penyebab-indonesia-dijajah-belanda-3-5-abad.htm

Selasa, 22 Juli 2008

Saat Pesawat Terbang Dihempas Badai

Hari itu, Sabtu 5 Juli 2008 aku akan bepergian menuju Bandung menyusul isteri dan anak-anakku yang sudah berlibur lebih dulu. Perjalanan yang sangat panjang. Dua kali naik pesawat terbang, yaitu Bontang - Balikpapan, kemudian Balikpapan - Jakarta, dilanjutkan perjalanan darat Jakarta - Bandung. Sudah terbayang dalam benakku, saat hari Sabtu seperti ini perjalanan darat Jakarta – Bandung sangat padat oleh kendaraan. Naik kereta api sebagai alternatif agak merepotkan juga, dari Bandara Soekarno-Hatta harus ke stasiun Gambir terlebih dahulu. Setelah itu, harus berjuang dalam antrian panjang pembeli tiket kereta api. ” Ah, nanti naik kendaraan minibus travel saja dari bandara, ” gumamku dalam hati.

“ Diberitahukan kepada para penumpang pesawat ke Balikpapan, berhubung cuaca jelek di Balikpapan, keberangkatan pesawat ditunda, ” terdengar pemberitahuan lewat paging di bandara Bontang. Dari balik kaca jendela ruang tunggu bandara terlihat sinar matahari, tetapi di arah selatan awan dengan sedikit mendung menggantung di langit. Setelah menunggu hampir setengah jam, petugas bandara mengumumkan bahwa pesawat akan segera diberangkatkan dan penumpang diminta segera menaiki pesawat.

Dengan menjinjing tas kecil di bahu, aku bergegas menuju antrian penumpang yang sedang menaiki pesawat. Cuaca agak cerah, dengan awan tipis yang tidak merata. Setelah mengambil tempat duduk sesuai nomer kursi yang tertulis dalam boarding pass, kupasang safety belt, kusapa penumpang yang duduk berdampingan denganku.

Penumpang di dekatku pada hakikatnya adalah tetangga juga yang harus dihormati. Pengertian tetangga yang paling umum adalah tetangga rumah. Namun, sesungguhnya tetangga tidak hanya sebatas pada pengertian di atas saja, bahkan lebih luas lagi. Karena pengertian tetangga juga berlaku di tempat bekerja mencari nafkah, di tempat belajar dan tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya ketetanggaan. Dengan demikian, hak-hak sebagai tetangga harus diperhatikan juga. ” Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tetangganya. ”(HR Muttafaq ’alaih).

Kubaca do’a perjalanan yang sudah aku hafalkan. Di dalam kantong kursi ada selembar kertas ber-laminating yang berisi do’a perjalanan, mengingatkan penumpang agar berdo’a terlebih dahulu sebelum pesawat diterbangkan. Dini hari tadi, sebelum melaksanakan sholat tahajud, kulakukan sholat safar dilanjutkan do’a memohon perlindungan dan kemudahan dalam perjalanan kepada Allah SWT.

Tepat pukul 7.40 WITA pesawat mengudara. Sepanjang perjalanan sampai di atas kota Samarinda cuaca cerah dengan awan tipis. Ketika mendekati bandara Sepinggan, Balikpapan cuaca gelap. Kulihat dari kaca jendela hujan lebat disertai angin. Jarak pandang sangat terbatas. Roda pesawat sudah keluar dan siap untuk mendarat. Pesawat masuk ke dalam awan tebal. Kelihatan warna putih pekat awan saja dari kaca jendela. Pesawat bergoncang keras beberapa kali karena dihempas badai yang sangat kuat. Kueratkan safety belt lebih kuat, sambil berdo’a memohon perlindungan kepada Allah SWT. Suasana di dalam pesawat terasa mencekam. Penumpang di deretan tempat dudukku kulirik, ternyata tengah berdo’a dengan khusyuk.

Sekitar empat menit, pesawat berbaling-baling dengan penumpang 45 orang mengalami hempasan badai. Berdasarkan pengalamanku dengan turbulensi saat di dalam pesawat, dibandingkan dengan pesawat jet berbadan lebar, goncangan dalam pesawat kecil terasa lebih keras. Beberapa saat kemudian terlihat dari kaca jendela, roda masuk kembali ke dalam badan pesawat. Berarti pesawat tidak jadi mendarat. ” Para penumpang, berhubung cuaca sangat buruk, pesawat akan dialihkan untuk mendarat di Samarinda, ” terdengar suara pilot dari dalam ruang cockpit.

Alhamdulillah, lima belas menit kemudian, tepat jam 8.50 WITA pesawat dapat mendarat dengan selamat di bandara Temindung Samarinda. Ekspresi syukur terlihat dari beberapa penumpang. Aku segera berwudhu, dan melaksanakan sholat Dhuha di Musholla bandara, serta bersujud syukur atas nikmat perlindungan dari Allah SWT. Beberapa penumpang melakukan hal yang sama. ” Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.” (QS Luqman[31]: 32).

Setelah cuaca mulai membaik, sekitar jam 10.00 WITA pesawat diterbangkan ke Balikpapan. Aku melanjutkan perjalananku ke Jakarta terus ke Bandung. Selepas Isya’, aku tiba di Bandung dengan selamat, bertemu dengan keluargaku."Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al-Ahqaaf[46]:15). (Sigit Indriyono)

Sumber: http://eramuslim.com/atk/oim/8721081420-saat-pesawat-terbang-dihempas-badai.htm

Rabu, 02 Juli 2008

We Are Your Brothers...

Kegiatan pelatihan yang diadakan oleh Indonesian Islamic Society of Brisbane (IISB) di salah satu kawasan suburban Brisbane ini telah memasuki akhir sesi kedua. Para peserta silih-berganti keluar untuk mengambil wudhu guna menunaikan shalat Ashar. Di luar ruangan acara, saya melihat pemuda itu. Dari wajahnya, saya belum bisa memastikan apakah ia keturunan Australia atau Melayu, semacam ada kombinasi antara keduanya. Berhubung saya masih baru di sini, saya tidak langsung menyapanya, mungkin saja ia sudah biasa mengikuti acara IISB.

Ia sedikit canggung ketika bergabung dengan kami menikmati snack sore. Akhirnya ia menyapa saya terlebih dulu. Kami pun berkenalan. Sebut saja namanya Hashim, tentu bukan nama sebenarnya. Ia sudah lama tinggal dan bekerja di Brisbane, berayah orang Australia dan beribu orang Malaysia; dan sedikit mengerti bahasa Melayu. Yang jelas, saya menangkap ekspresi murung dari pemuda blasteran itu. Ia terlihat pendiam, lesu, dan berbicara dengan suara pelan. Kemudian, ia lebih banyak mendapat pertanyaan bertubi-tubi dari ibu-ibu IISB, karena mereka mengenal ibunda Hashim. Ternyata Hashim belum pernah mengikuti kegiatan IISB sebelumnya. Ketika sesi selanjutnya dimulai, saya mengajaknya bergabung, “Why don’t you come in and join us?”

Ia pun mengikuti acara yang dibawakan dalam bahasa Indonesia itu. Kehadirannya tentu saja menarik perhatian rekan-rekan IISB. Banyak yang kemudian mengajaknya berbincang, terutama ketika jeda acara untuk makan malam. Ketika acara yang berkesan itu berakhir sekitar pukul 21.30, saya membantu rekan-rekan panitia membereskan ruangan. Sebagai peserta, tidak masalah jika Hashim memilih berpamitan. Tetapi tidak. Ia menunggui kami, lalu menemui Ketua IISB untuk menanyakan kegiatan IISB dan pengajian di mushalla University of Queensland.

Saya dan tiga orang rekan berencana pulang dengan bus, yang berarti harus menempuh jarak cukup jauh menuju tempat tinggal kami. Hashim menawari kami untuk mengantar kami hingga Brisbane Central Business District (CBD), yang kami terima dengan senang hati. Di jok belakang mobilnya, kami mendapati kursi balita di bagian tengah.

You have babies, Hashim?” tanya saya.

Ia menjawab dengan pelan, tetapi lancar, “Yeah … my wife left me to marry someone.”

Oh, I’m sorry …” saya dan rekan yang mendengarnya serentak mengungkapkan penyesalan. Astaghfirullah al-‘Azhim. Tentu kami tidak perlu menanyakan detailnya, apalagi menanyakan siapa yang bersalah. Yang kami tahu, ia baru saja mengungkapkan sebuah kejadian yang mungkin menjadi memori paling menyakitkan dalam hidupnya.

Mobil mulai melaju memasuki kawasan CBD yang gemerlap di akhir pekan. Kami berbincang santai. Tetapi berbagai pertanyaan berkecamuk di benak saya. Hashim sedang mengalami masalah yang demikian berat. Apakah ia merasa sendirian? Apakah alasan yang membuatnya datang ke Masjid Buranda? Apakah ia merasa memerlukan asupan spiritualitas setelah mengalami cobaan itu? Wallahu a’lam.

Kami berhenti di dekat sebuah perhentian bus di CBD. Sebelum turun, saya menyempatkan diri menyampaikan pesan, “Hashim, we’ll be very happy to welcome you anytime. All of us are your brothers and sisters …”

Okay. See you insha Allah …”

Kembali mobil itu melaju membelah keramaian malam Brisbane CBD. Semoga Allah senantiasa melimpahi petunjuk dan melapangkan jalanmu, Brother.

Sunshine State, Juni 2008

Salim Darmadi salimdarmadi.multiply.com

Sumber: http://www.eramuslim.com/atk/oim/8702041953-we-are-your-brothers....htm

Rabu, 04 Juni 2008

Mengajar dengan Bahasa Cinta

Julukan pahlawan tanpa tanda jasa yang diberikan kepada guru memang tak berlebihan. Mencurahkan perhatian dan membagi ilmu kepada anak didik adalah perbuatan mulia. Guru merupakan orang tua kedua, di mana mereka mengajarkan tentang pelajaran dan sesuatu yang sebelumnya belum kita ketahui.


Tak terbayang pengabdian sekian hingga puluhan tahun di dunia pendidikan demi membentuk para tunas bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Agaknya, terima kasih saja belum cukup untuk mengungkapkan rasa hormat kita kepada mereka akan bimbingan selama belajar di bangku sekolah.


Maka, sudah selayaknya pemerintah memberikan apresiasi kepada para guru. Sebab, jauh sebelum masa sertifikasi seperti sekarang, kesejahteraan para guru terbilang cukup memprihatinkan. Apalagi bagi guru yang mengajar di daerah-daerah terpencil dan jauh dari sentuhan informasi. Gaji yang mereka dapatkan kadang jauh dari kata cukup dan tak sepadan dengan pengorbanan serta pengabdiannya selama bertahun-tahun.


***


Ketika kantor kami pernah mengadakan program untuk guru di Jawa Timur, banyak pengalaman dan hikmah yang bisa saya petik dari beliau-beliau, para tenaga pendidik tersebut. Dalam suatu semiloka, saya sempat berbincang dengan beberapa guru. Di antara mereka mengaku bahwa menjadi guru adalah cita-cita mereka. Bahkan, di antaranya pun sadar bahwa tidak mudah untuk menghadapi kenyataan minimnya apresiasi terhadap para guru saat itu.


Tegar dan optimistis. Itulah spirit yang mereka usung dalam mendampingi anak-anak didik mereka. Mengajar dengan sepenuh hati. ”Saya mengajar bukan karena uang semata karena penghasilan guru tak seberapa. Namun, nasib para guru pun tolong diperhatikan, ” tutur salah seorang guru. Ya, tidaklah kecil tanggung jawab yang disematkan di bahu para guru.


Tak sedikit orang tua yang mengeluhkan jika nilai anak mereka jeblok kepada guru. Tak jarang pula, para orang tua menuntut guru harus bisa membuat prestasi anak didiknya meningkat, atau minimal lulus ujian dengan angka baik. Sungguh, ini bukan hal yang semudah membalikkan telapak tangan.


Namun, melihat kesabaran dan kecintaan para guru terhadap profesi mereka, pantaskah guru harus disudutkan dengan dilematika seperti itu? Ada guru yang menyambi memulung sampah plastik seusai mengajar di sekolah. Ada pula guru yang menyambi menjadi tukang pijat keliling kampung. Keadaan ekonomi serba sulitlah yang membuat mereka rela melakukannya. Pendapatan dari mengajar tak cukup untuk menutupi kebutuhan keluarga selama sebulan. Selama pekerjaan sambian itu halal, mereka mengaku ikhlas menjalaninya sembari tak melepaskan tanggung jawab mendidik murid-muridnya. Subhanallah.


Sebuah kisah dari seorang guru SD di Lamongan mampu membuat mata saya basah dan merenungi kembali betapa selama ini posisi guru di daerah seperti beliau tidaklah mudah. Guru tersebut bertutur bahwa pendapatannya dari hasil mengajar hanya sebesar Rp 150 ribu per bulan. Sebagai guru tidak tetap, kondisi tersebut memaksanya untuk bekerja sambian sebagai tukang becak. Sedangkan isterinya membantu ekonomi keluarga sebagai buruh tani. Malu? Tidak. Beliau melakukannya dengan tabah dan senang hati. Meski demikian, beliau memiliki cita-cita agar anaknya bisa mengenyam pendidikan sampai sarjana agar tak mengalami nasib seperti kedua orang tuanya. Cintanya pada profesi guru pun ditekuni dengan rasa tanggung jawab tinggi. Subhanallah.


Patah tumbuh hilang berganti. Namun, harapan itu terus menyala di sanubari sang guru untuk memperjuangkan kesejahteraannya. Sementara masih banyak murid yang acap membuat gaduh di kelas, tidak menghormati saat gurunya menerangkan materi pelajaran, tapi perhatian dan buaian ilmu tetap diberikan oleh bapak dan ibu guru. Terkadang, saya merindukan masa lalu di saat mengenang semasa di bangku sekolah dasar kelas satu. Huruf demi huruf saya eja lewat tuntunan ibu guru. Setelah huruf, lalu menghafal kata dan mengucapkan kalimat lengkap. Saya atau kita mungkin belum tahu apa-apa tentang kalimat dan materi pelajaran waktu itu. Hingga akhrinya belajar memahami materi pelajaran dengan terapannya. Kita bisa karena guru. Kita belajar dengan tuntunan guru. Tugas mulia dan tanggung jawab guru atas kelangsungan pendidikan ada karena cinta. Sebab, mereka mengajar dengan bahasa cinta yang tak pernah meminta balas jasa dari murid lewat ilmu yang diberikannya. Terima kasih bapak dan ibu guru. (Eko Prasetyo)


Sumber: http://eramuslim.com/atk/oim/8530232350-mengajar-dengan-bahasa-cinta.htm

Jumat, 23 Mei 2008

Lelaki Berkacamata Kusam

Bila melihat bingkai kacamatanya saja, kita takkan menyangka bahwa ia adalah seorang cendekiawan. Kacamata kusam dan terlihat sebentuk kawat kecil yang sengaja diikatkan agar bingkainya tidak lepas. Untuk ukuran seorang mahasiswa S3 di Universitas Science Moskow, tak mungkin ia tak dapat membeli kacamata baru. Bahkan ia dapat membeli kacamata berbingkai emas sekalipun dengan tunjangan dollar yang didapatnya. Namun ternyata ia tak memilih itu, bahkan untuk mengganti kacamatanya saja ia enggan.

Sosoknya yang kecil dan kurus, tak bisa dipungkiri memang terlihat sekali ia berasal dari Asia. Ya, ia berasal dari Malaysia tepatnya dari Terengganu. Tak banyak bicara dan amat sangat pendiam. Namun bukan berarti ia tak pernah bicara. Perkataan yang keluar dari mulutnya yang kudengar adalah ilmu. Selebihnya adalah diam dan dzikir.

Dia seorang laki-laki yang sangat bersahaja dan pendiam. Walaupun bergelar sarjana strata tiga, dia mau belajar dan mendengar dari suamiku. Usia suamiku lebih muda dan tingkat akademisnya lebih rendah darinya. Namun langkahnya tak menjadi berat untuk menyambangi rumah kami yang jauhnya 12 stasiun metro dari asrama tempat dia tinggal. Datang dan mendengar dengan khusyu pada setiap kalimat kebaikan yang teruntai pada setiap majlis pekanan.

Perjumpaan mereka diawali dari seringnya suamiku mengikuti program i’tikaf di Masjid Prospek Mira, Moskow. Sosok kecil yang tenggelam di antara ratusan jama’ah kaukasus yang berbadan besar, membuat pandangan suamiku terhujam padanya. Ternyata yang mengalir dari mulutnya adalah bahasa melayu sebab awalnya suamiku menyangka beliau orang Vietnam. Maka sejak itulah sosoknya kerap hadir di rumah kami untuk memperdalam ke-Islaman.

Ternyata kisah hidupnya di masa lalu begitu getir. Berat sekali baginya untuk mengucapkan pengalaman buruk yang pernah dialami. Air susu dibalas air tuba, niat tulusnya untuk mendapatkan nisfu dien dibalas dengan perbuatan yang sulit terlupakan. Namun dia ikhlaskan semuanya kepada Allah dan kembali sibuk menimba ilmu yang lebih tinggi lagi. Rutinitas hariannya banyak di habiskan di kampus dan di masjid. Sangat mudah suamiku menemuinya bila tak ada di asrama, maka dia akan menguntai kalimat cinta di rumah Allah tersebut.

Kini dia telah membuka lembaran hidupnya yang baru bersama seorang muslimah Nalchik, Kaukasus Utara. Kebahagiaan yang ditemuinya saat berada di rumah suci tempat menguntai dzikir. Namun sikap tawadhu-nya masih dipelihara dan masih menjadi sosok kekalnya hingga kini. Seorang lelaki dengan kacamata kusam itu masih kembali mengukir masjid dengan dzikirnya. (Ellina Supendy)

Sumber: http://www.eramuslim.com/atk/oim/8522140007-lelaki-berkacamata-kusam.htm