Tampilkan postingan dengan label olimpiade. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label olimpiade. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Mei 2008

Pelari Cacat Boleh Ikut Olimpiade

MENGEJAR MIMPI: Oscar "Oz" Pistorius saat latihan di Pretoria, Afrika Selatan, 21 Juni 2007.

LAUSANNE - Lomba lari jarak pendek di Olimpiade Beijing 2008 nanti berbeda. Oscar Pistorius, pelari yang kedua kakinya diamputasi, boleh ikut berlomba bersama atlet normal. Pelari yang dijuluki "pria tercepat tanpa kaki" itu memenangi banding di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) di Lausanne, Swiss, tadi malam (16/5) WIB.


Pistorius yang berusia 22 tahun kehilangan kedua kaki mulai lutut ke bawah sejak dia bayi. Dia diamputasi saat berusia 11 bulan karena lahir tanpa tulang betis (fibula). Pemuda penuh semangat itu kemudian menjadi atlet lari jarak pendek dan berlomba dalam olimpiade orang berkebutuhan khusus (paralimpik).


Prestasinya luar biasa. Dia memegang rekor dunia untuk tiga nomor, yaitu 100 meter, 200 meter, dan 400 meter. Dia juga meraih medali emas pada nomor 200 meter dan perunggu 100 meter dalam Paralympic Games Athena 2004.


Prestasi tersebut tak membuat dia berpuas diri. Atlet Afrika Selatan itu gigih melobi Asosiasi Internasioan Federasi Atletik (IAAF) agar mengizinkan ikut berlomba bersama atlet berkaki normal. Namun, Januari lalu permohonan itu ditolak. Alasannya, kaki palsu dari serat karbon berbentuk J itu menguntungkan dia. Pantulan dari bilah (blade) kaki palsu itu dianggap membuat dia berlari lebih cepat dan dengan tenaga lebih enteng.


IAAF mengizinkan atlet dengan kaki palsu atau tangan palsu untuk ikut berlomba dengan atlet normal. Asalkan, dia tak mendapatkan keuntungan dari alat tubuh pengganti itu.


Kemenangan atlet yang dijuluki Blade Runner itu akhirnya datang. CAS membatalkan keputusan IAAF itu. Dalam pernyataan resmi, majelis hakim yang menyidangkan menyatakan, "Tidak meyakinkan bahwa ada bukti cukup adanya keuntungan metabolis atas dua kaki yang teramputasi itu."


Putusan itu bukannya tanpa syarat. CAS tidak mengesampingkan kemungkinan adanya perkembangan dalam tes ilmiah yang membantu IAAF membuktikan kaki palsu (Cheetah Flex Foot) Pistorius menguntungkannya atas atlet berkaki normal.


Tentu saja Pistorius bersuka cita atas kemenangan itu. "Saat ini saya bisa mengejar mimpi di olimpiade. Jika tidak bisa di Beijing, nanti di London 2012," kata ayah dari bayi berusia 11 bulan itu. Saat Olimpiade London nanti, Pistorius berusia 26 tahun.


Namun, kemenangan Pistorious itu bisa memengaruhi citra paralimpik. "Bukankah (putusan) ini tak membantu atlet paralimpik? Apakah ini tidak merendahkan paralimpik," kata Don Riddell dari CNN World Sport. (CNN/AFP/roy)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10482

Selasa, 15 April 2008

Ketika Api Olimpiade Mampir ke Indonesia

Apa yang sebaiknya dilakukan di Indonesia saat api Olimpiade Beijing mampir di Jakarta pada 22 April nanti? Tiba-tiba saya memikirkan ini ketika di Beijing setiap hari mengikuti siaran televisi.


Kedatangan api olimpiade di setiap negara ternyata disiarkan secara nasional di Tiongkok berjam-jam lamanya. Bahkan, dua hari sebelum kedatangan api itu di suatu tempat, televisi Olimpiade Tiongkok (dulu CCTV 5) sudah menyiarkan persiapan-persiapan yang dilakukan negara yang akan disinggahi.


Ini tentu kesempatan besar bagi sebuah negara untuk promosi gratis besar-besaran di Tiongkok. Siaran TV Olimpiade Beijing di waktu pagi adalah acara yang paling disimak di sana. Maklum, berita politik di sebuah negara dengan sistem politik sosialis tidak akan menarik perhatian luas. Acara-acara menarik lainnya, umumnya seperti American Idol dengan segala variasinya, baru disiarkan malam hari.


Maka siaran Olimpiade Beijing dalam bahasa Mandarin itu merupakan kesempatan luar biasa untuk negara seperti Indonesia bila ingin mendapatkan liputan yang luas di Tiongkok. Tentu negara seperti Amerika dan Eropa tidak seberapa memerlukan Tiongkok. Namun, negara yang baru saja terkena krisis seperti Indonesia sangat memerlukan kemajuan Tiongkok untuk kepentingan Indonesia. Setidaknya di bidang pariwisata.


Karena pemerintah lagi menggalakkan Visit Indonesia 2008, kedatangan api olimpiade ini, kalau bisa dimanfaatkan secara baik, akan menjadi acara yang paling menarik sepanjang tahun.


Juga akan menjadi program paling berhasil dibanding program-program visit Indonesia Year 2008 lainnya.


Sayangnya, penanggung jawab kedatangan api olimpiade bukan kementerian pariwisata, melainkan kementerian olahraga. Maka, saya ragu kalau momentum ini bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan Indonesia sendiri. Tapi, karena atasan kedua menteri itu sama, apa salahnya kalau diadakan koordinasi yang intens agar momentum itu bisa sepenuhnya dimanfaatkan untuk kepentingan nasional.


Memang akan muncul kepentingan kelompok yang bisa saja mengalahkan kepentingan nasional. Misalnya, kelompok Menpora yang bisa saja memanfaatkan untuk pemuasan ego sektoralnya. Ada pula kelompok anti-Tiongkok yang akan memanfaatkannya dengan cara menunggangi masalah Tibet.


Tapi, kepentingan nasional mestinya masih yang paling penting. Karena di sekitar tanggal itu saya masih akan di Tiongkok, saya akan melihat dan mengevaluasi apakah kedatangan api olimpiade di Jakarta nanti menimbulkan citra yang baik bagi Indonesia di mata rakyat Tiongkok atau tidak. Kalau saja kedatangan api itu bisa menimbulkan citra aman, meriah, menarik, dan berbeda dengan di negara-negara lain, siapa tahu target kedatangan wisatawan asing ke Indonesia dengan mudah bisa didapat.


Saya melihat liputan kedatangan api olimpiade kini sangat emosional, dan jam tayangnya lama sekali, dan diulang-ulang, dan banyak variasinya. Kapan lagi Indonesia bisa masuk TV di luar negeri begitu panjang dengan citra yang baik. Bukan lagi masuk TV kalau ada tsunami, gempa bumi, meledaknya bom teroris, atau pembunuhan antarkelompok agama. Kinilah saatnya Indonesia mendapatkan panggung internasional yang besar sekali: Inilah Indonesia. Negara yang ketika api itu datang ke Jakarta masyarakatnya tampak sangat aman, ramah, penuh keceriaan, dan kreatif dalam membuat acara serta alamnya yang indah.


Saya khawatir jangan-jangan yang muncul di TV kelak hanya wajah menteri yang biasanya sangat formal itu, atau demo-demo kelompok kepentingan atau citra Jakarta yang banjir dan tidak tertib. Di Beijing, saya sungguh harap-harap cemas citra apa yang akan muncul di siaran televisi kelak.


Di antara acara kedatangan api olimpiade di sebuah negara, yang paling menarik adalah ketika api itu datang di Afrika Selatan yang disiarkan Senin pagi kemarin, hampir satu jam. Atraksinya sangat menarik. Namun, karena Afrika Selatan amat jauh dari Tiongkok, rasanya tidak secara otomatis orang Tiongkok ingin berwisata ke sana. Ini berbeda dengan posisi Indonesia yang amat dekat dan alam serta budayanya yang sangat menarik. Kekurangan kita selama ini, seperti banyak dikeluhkan orang, adalah promosi! Sekarang ada kesempatan promosi yang luar biasa besarnya.


Saya sungguh ingin tahu, sudah mulai cerdas atau belum pemerintah kita memanfaatkan momentum seperti ini. Kita semua akan jadi saksinya.(*)

(Dahlan Iskan)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10319