KOMPOR yang kini mulai diedarkan secara terbatas di Ciamis ini diberinama kompor Gasma, atau Galuh Siliwangi Manunggal oleh penemunya. Galuh Siliwangi Manunggal sendiri adalah nama UKM yang membawahi kreativitas Ujang selama ini.
Sebagian orang menyebut Gasma juga dengan sebutan kompor briket arang anti-ledak. Ujang tak melarang itu. "Bahan bakarnya memang briket arang sampah yang teknik pembuatannya juga saya yang menemukan," katanya.
Ditemui di rumahnya di Gang Cempaka RT 01/09, Jalan Kertasari, Ciamis, belum lama ini, Ujang yang juga purnawirawan TNI itu tengah menyalakan kompor anti-ledak itu. Bentuk kompornya sedikit berbeda dari kompor biasa. Kompor ini lebih mirip ember yang lengkap dengan gagang pengangkatnya.
Kompor anti-ledak tersebut terbuat dari plat besi yang diberi lapisan peredam panas di bagian tengah. Lapisan peredam panas tersebut membuat panas dari api yang menyala tak menjalar ke bagian luar kompor.
"Dengan begitu, sepanas apa pun kompor ini tidak akan meledak seperti kompor gas, atau kompor minyak tanah," katanya.
Berat kompor produksi Ujang hanya sekitar 5 kilogram. Bagian yang cukup berat adalah lapisan peredam api tersebut.
"Karena terbuat dari plat besi, kompor ini juga tak akan pecah jika terjatuh seperti kompor anglo yang terbuat dari tembikar," ujarnya.
Untuk menyalakan kompor Gasma, hanya dibutuhkan sedikit kertas agar api dapat segera membakar tumpukan arang yang sudah disimpan pada bagian tengah kompor. Kertas yang menyala tadi, cukup dimasukkan ke lubang kecil yang ada pada bagian bawah kompor. Yang luar biasa, nyala api dari kompor Gasma berwarna biru dengan panas merata.
"Jika arang briketnya habis sementara memasak masih cukup lama, kita tinggal memasukkan arang briket baru lalu melanjutkan memasak," katanya.
Untuk setiap unit kompor Gasma, kata Ujang, ia menjualnya antara Rp 55 ribu hingga Rp 70 ribu tergantung kualitas. Dan di teras rumahnya, kini Ujang memajang tak kurang dari 50 kompor Gasma setiap harinya. Ujang juga memajang sebuah kompor tembikar (angglo) sebagai pembanding.
Bagaimana dengan bahan bakarnya? Jika mau menggunakan briket sampah, bahan bakar bisa diperoleh di kediaman Ujang dengan harga relatif murah, hanya Rp 2.200 per kilogram.
"Satu kilogram arang briket bisa digunakan untuk berkali-kali memasak," kata Ujang seraya menyebutkan bahwa selain menggunakan briket arang sampah, kompor ini juga bisa dipakai dengan menggunakan arang biasa.(andri m dani)
Nyala Stabil Tanpa Jelaga
KELEBIHAN lain dari kompor Gasma berbahan bakar briket arang sampah adalah nyala apinya yang stabil. Meski angin berembus kencang nyala apinya tak akan meredup, atau berkobar-kobar.
"Kestabilan api inilah yang membuatnya berbeda dengan kopor minyak tanah atau kompor gas. Kompor minyak tanah apinya akan padam atau bahkan berkobar besar saat angin besar bertiup. Inilah yang membuat kompor minyak tanah kerap meledak karena terlalu panas," paparnya.
Selain itu, nyala apinya yang biru membuat kompor Gasma buatannya tak menimbulkan jelaga pada alat masak.
Nyala api dari kompor Gasma ini, terang Ujang, juga tak mungkin merembet karena ia hanya akan membakar tumpukan arang yang ada di dalam kompor.
Untuk mengatur nyala kompor, di bagian bawah ada pintu khusus sebagai celah masuk angin. Bila pintu dibuka full, nyala api akan besar, dan sebaliknya jika celah pintu diperkecil.
Yang lebih utama, nyala api di kompor Gasma ini juga bisa dimatikan sebagaimana layaknya kompor gas atau kompor minyak tanah. Untuk mematikan api tinggal tutup habis celah yang sudah dilengkapi pintu khusus pada bagian bawah kompor tadi.
"Briket arang yang tersisa, masih dapat digunakan kembali," katanya. Abu hasil pembakaran arang briket, kata Ujang, juga sangat baik digunakan sebagai abu gosok atau pupuk tanaman.(andri m dani)
Bahan Bakar Bisa Buat Sendiri
UJANG Solihin mengatakan, bukan pekerjaan sulit untuk membuat arang briket dari sampah.
"Ibu-ibu bahkan bisa membuatnya sendiri. Saya siap memberikan pelatihan. Ibu-ibu bisa membuat arang briket dari sampah rumah tangga masing-masing. Jadi tak perlu membeli arang briket. Cukup beli kompornya saja," kata Ujang.
Pemanfaatan kompor Gasma ini, menurut Ujang, tidak hanya menjadi solusi saat minyak tanah dan gas mahal dan sulit didapat. Briket arang sampah adalah solusi masalah sampah mulai dari tingkat rumah tangga.
"Coba jika setiap rumah tangga sudah memanfaatkan sampah rumah tangga mereka sendiri untuk membuat arang briket, tentu persoalan sampah terutama di perkotaan dapat sedikit teratasi. Sampah tak perlu sampai menumpuk di TPA, TPS, atau di pinggir jalan. Sebab, sejak dari hulu, yakni di tingkat rumah tangga sudah dimanfaatkan jadi arang briket," katanya.
Kabag Perekonomian Pemkab Ciamis, Drs Yoni Kuswardono, menilai langkah Ujang sangat inovatif dan memberi harapan. "Karena itu, sudah sewajarnya ia segera mendaftarkan temuannya soal arang briket sampah dan kompor Gasma itu ke lembaga hak cipta, untuk kemudian menjaga keterjaminan mutu. Setelah itu libatkan manejemen yang profesional agar inovasi-inovasinya cepat berkembang dan menyebar luas ke masyarakat," saran Yoni.(andri m dani)
TERTARIK pada kompor Gasma dan briket arang sampah? Silakan hubungi langsung Ujang Solihin di kediamannya, Gang Cempaka RT 01/09, Jalan Kertasari, Ciamis Kota, Kabupaten Ciamis.
Sumber: http://tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=23122&kategori=17
Waduh ad perwakilan di jak/depok blm?hp ujang?
BalasHapuskontak aja temen mp yang ada di sekitar ciamis.
BalasHapusmungkin bisa bantu.
:)
kompor briket,, wah muantep,,, bagus donk klo di pasarkan di banjarmasin,, kalsel,,,
BalasHapusgimana cara nya ya memasarkan,,,