Tampilkan postingan dengan label kcb. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kcb. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Juni 2008

Syarat, Jadwal dan Formulir Audisi Film Ketika Cinta Bertasbih

Syarat Peserta Audisi:
1. Laki-Laki 18-30 th dan Perempuan 16-25 th
2. WNI dan bisa berbahasa Indonesia dengan baik
3. Penguasaan terhadap isi novel Ketika Cinta Bertasbih
4. Berpenampilan menarik dan proposional
5. Bisa membaca Al Quran dengan baik
6. Tidak terikat kontrak dengan pihak lain

Jadwal Audisi
- Surabaya dan Medan pada 14-15 Juni
- Padang dan Yogyakarta pada 21-22 Juni
- Semarang pada 28-29 Juni
- Pontianak pada 29-30 Juni
- Bandung dan Makassar pada 5-6 Juli
- Jabodetabek pada 10-13 Juli

Alamat pendaftaran di Jabodetabek:
* Delta Enterprise, Kompleks Puri Delta Mas Blok H/6, Jalan Bandengan Selatan No 43, Jakarta Barat. Telp: 021-66601913 / 087881040607 (Connie)

* Call Centre : 021-5807215 atau kunjungi www.filmketikacintabertasbih.com

Untuk mengikuti audisi, peserta harus mengisi formulir yang bisa didapatkan di www.filmketikacintabertasbih.com

Rabu, 11 Juni 2008

Audisi Bintang Film Ketika Cinta Bertasbih Digelar

Jakarta (ANTARA News) - Audisi untuk mencari lima orang pemeran film "Ketika Cinta Bertasbih" segera dimulai.


"Audisi ini akan dilakukan di sembilan kota. Kita ingin mencari lima pemain yang tepat untuk memerankan tokoh Azzam, Eliana, Furqon, Anna dan Husna," kata produser SinemArt Pictures Heru Hendriyarto, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.


Audisi dijadwalkan berlangsung selama satu bulan, mulai 14 Juni-13 Juli 2008.


Kota-kota yang ditetapkan sebagai tempat penyelenggaraan audisi adalah Surabaya, Medan (14-15 Juni), Padang, Yogyakarta (21-22 Juni), Semarang, Pontianak (29-30 Juni), Bandung, Makassar (5-6 Juli), Jabiodetabek (10-13 Juli).


Lima calon pemeran utama film itu akan dipilih langsung oleh Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) selaku penulis novel Ketika Cinta Bertasbih, Chaerul Umam (sutradara), dan Tim Juri yang terdiri dari Didi Petet, Neno Warisman dan Deddy Mizwar.


Neno Warisman mengatakan, "Audisi ini bukan hanya mencari calon bintang film semata tetapi juga sosok yang saleh di dalam maupun di luar film."


Didi Petet mengatakan bahwa bakat akting adalah hal utama.


"Bagi saya bakat adalah yang utama, baru kemudian dilihat persyaratan lainnya," katanya.


Peserta audisi harus memenuhi syarat berjenis kelamin laki-laki dengan batasan usia 18-30 tahun dan perempuan berusia antara 16-25 tahun.


Mereka juga WNI dan dapat berbahasa Indonesia dengan baik, memiliki pengetahuan tentang isi novel "Ketika Cinta Bertasbih", berpenampilan menarik dan profesional, dapat membaca Al Quran, dan tidak terikat kontrak dengan pihak lain.


Sementara itu, Chaerul Umam mengatakan bahwa penyelenggaraan audisi tidak menutup peluang bagi mereka yang telah menjalani profesi bintang film.


"Aktor dan aktris yang sudah ada di pasar tetap bisa ikut main, tetapi harus melalui audisi. Kita tidak membeda-bedakan," katanya.



"Mimpi Positif"


"Audisi 5 Bintang Film Ketika Cinta Bertasbih" merupakan langkah ketiga yang dilakukan SinemAtt dalam persiapan produksi film tersebut.


Sebelumnya, mereka telah melakukan pendekatan ke bebarapa organisasi Islam, termauk PP Muhamadiyah dan MUI, dan kemudian melakukan survai ke kota Kairo dan Alexandria di Mesir.


"Kegiatan survai sudah selesai dan kami pun sudah mendapatkan ijin untuk syuting di beberapa lokasi di kedua kota tersebut," kata Heru.


Menurut Chaerul Umam, semua upaya yang telah dilakukan oleh SinamArt Pictures menunjukkan bahwa mereka tidak main-main dalam rencana pembuatan film dakwah itu.


Didi Petet tidak kurang menyatakan bahwa rencana pembuatan film "Ketika Cinta Bertasbih" adalah mimpi semua orang yang ingin menghadirkan sebuah film yang baik bukan hanya dari sisi cerita, tetapi juga keteladanan para aktornya.


Ia mengakui persyaratan yang harus dipenuhi calon pemain dapat dikatakan sangat berat, tetapi semua itu masih dimungkinkan.


"Calon yang terpilih nanti akan masuk masa pelatihan, dan Tim Juri pun akan mendampingi. Selain itu, tetap saja KCB ini sebuah film. Film adalah hal magis, bisa mengubah A ke Z dan Z ke A," katanya.


"Yang penting mimpi positif ini harus kita upayakan bersama agar terwujud," tambahnya.


Sementara itu, Neno Warisman menyatakan bahwa Tim Juri juga punya "kriteria-kriteria tersembunyi" untuk mendapatkan calon yang sedapat mungkin sesuai yang diinginkan.


"Dari 30 juta anak muda di Indonesia, saya yakin dapat mencari lima yang terbaik untuk film Ketika Cinta Bertasbih," katanya.

(*)


COPYRIGHT © 2008


Sumber: http://www.antara.co.id/arc/2008/6/7/audisi-bintang-film-ketika-cinta-bertasbih-digelar/

Jumat, 18 April 2008

Kru Film "Ketika Cinta Bertasbih" Hadir di Mesir

"Siapa yang pernah minum sungai Nil, maka akan datang lagi ke Mesir berkali-kali". Pepatah ini terbukti pada Habiburrahman El-Shirazy —Kang Abik. Dua bulan yang lalu, Kang Abik datang ke Mesir bersama rombongan IKAPI dan Tapak Tilas Ayat-Ayat Cinta, kemaren, Rabu (16/04) beliau membawa kru film "Ketika Cinta Bertasbih" (KCB) ke Mesir. Tentu saja kedatangan mereka, tidak disia-siakan oleh para mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir) untuk berdialog. Maka Rafi'i Travel Group mensponsori acara "SARASEHAN Bersama Kru Film Ketika Cinta Bertasbih" di Wisma Nusantara.


Acara yang dimoderatori oleh Nidlol Masyhud, Lc., itu, mulai ba'da Maghrib. Di depan ratusan Masisir, hadir Dani, produser dari SinemArt; Chairul Umam, sutradara film KCB; Imam Tantowi, penulis skenario; Kang Abik, penulis novel KCB; Umar Lubis, artis blasteran Indonesia-Mesir, dan beberapa kru film KCB.


"Rombongan kami sebanyak dua puluh orang", ujar produser SinemArt tampil sebagai pembicara pertama, "tujuan kami ke sini untuk hunting film KCB sekaligus mengusahakan agar bisa shooting di Mesir." Ia juga menjelaskan bahwa mereka berada di Negeri Seribu Menara selama sepuluh hari.


Chairul Umam, sambil melihat jam tangannya, beliau berkata, "Saya tidak bisa ceramah. Ditambah lagi, sangat ngantuk. Betul di sini, ba'da maghrib, tapi ini waktu saya tidur di Indonesia. Sebaiknya, kita dialog saja!"


"Sembilan puluh delapan persen, skenario sudah saya tulis", pembicara ketiga, Imam Tantowi, mulai bicara, "namun, setelah menyaksikan langsung sungai Nil, banyak ide yang bermunculan dalam otak saya, untuk mengubah naskah saya itu!"


Setelah mereka bertiga bicara, Nidlol langsung membuka acara dialog sekaligus tanya jawab. Para peserta banyak mengangkat tangan. Satu persatu, mereka dipersilahkan oleh moderator untuk menyampaikan saran, masukan, dan pertanyaan.


"Belajar dari kegagalan MD Picture shooting Ayat-Ayat Cinta di Mesir", kata Dani untuk menjawab pertanyaan kesiapan SinemArt dalam membuat film KCB di Mesir, "selain kami menempuh prosedur dan memenuhi ketentuan yang berlaku, kami juga meminta Umar Lubis, agar membantu kami melakukan lobi-lobi di Mesir. Yang jelas, kami telah menghubungi pihak kedutaan Mesir di Jakarta!"


Chairul Umam, menegaskan bahwa KCB, bukan hanya film religius, melainkan sebagai film dakwah. Beliau juga menceritakan beberapa film yang pernah dibesutnya, diantaranya: Alkautsar, Titian Serambut Dibelah Tujuh, Nada dan Dakwah, Fatahillah, dan yang lainnya.


Sedangkan Imam Tantowi, mengatakan, "Saya semaksimal mungkin, ingin membuat skenario yang sama persis dengan novelnya!" Kemudian beliau, menjelaskan perkembangan dunia perfilman di Indonesia.


Karena banyak pertanyaan yang ditujukan —terutama tentang film Ayat-Ayat Cinta (AAC)— kepada Kang Abik, maka beliau berbicara. Sebagai penulis novel AAC, beliau telah berusaha sekuat tenaga agar film itu sesuai dengan novelnya. Hanya saja, beliau tidak memungkiri bahwa film ACC ada banyak kekurangan, meskipun cukup booming di Indonesia, hingga Asia Tenggara. Oleh sebab itu, dalam membuat KCB ini, Kang Abik ikut serta dalam menentuan pemain, skenario, dan yang lainnya. Dihadapan para mahasiswa Al-Azhar, beliau berpesan, "Sudah saatnya, kita melakukan amal jama'i dan berusaha membuat sunnah hasanah —trend setter— dan saya sangat sedih, jika ada alumni Al-Azhar justru ikut-ikutan dengan trend yang ada, secara pragmatis, tanpa memperjuangkan idealisme keislaman!"


Umar Lubis —bintang film sinetron, putra staff KBRI Mesir, Nabila— ikut tampil bicara. "Saya, insya Allah, akan berusaha, film KCB, bisa shooting di sini. Dan saya berpesan, kepada teman-teman mahasiswa Indonesia Mesir, jadilah kalian duta-duta budaya di sini!"


Dalam acara Sarasehan itu, terlihat Al-Ustadz Abu Ridho, sebagai konsultan keagamaan untuk membuat film KCB. Ini sangat penting, agar film KCB sesuai dengan ajaran Islam, seperti di dalam novelnya dan benar-benar sebagai film dakwah.


Sebelum acara ditutup, tampillah Da'i Nada --group nasyid acapella Masisir yang telah masyhur di Timur Tengah, bahkan telah muncul di 20 channel televisi internasional-- untuk menghibur para peserta. Pukul 23:00 waktu Kairo, acara Sarasehan berakhir. (udo yamin majdi)


Sumber: http://udoyamin.multiply.com/journal/item/84/Kru_Film_Ketika_Cinta_Bertasbih_Hadir_di_Mesir