Tampilkan postingan dengan label sabotase. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sabotase. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Maret 2008

Sabotase!!!

Kemarin malam waktu aku pulang dari kantor, listrik di flat masih mati sejak sore. Kami semua heran. Perasaan rekening listrik sudah dibayar. Kurang lebih dua bulanan yang lalu. Kalau tidak salah disini pembayaran setiap 4 bulan sekali. Ternyata ada orang yang sabotase listrik di flat tempat tinggal kami. Jengkel. Makan tidak nyaman, mesti pakai penerangan handphone segala. Disini memang tidak sedia lilin karena memang istrik jarang mati. Kalau bayaran lancar, listrik hampir tidak pernah mati.

Masalanya persengketaan sewa flat. Majikanku menyewa flat beserta satu ruangan di belakang flat. Si pemilik flat merasa ruangan itu tidak termasuk yang disewakan. Sengketa ini sudah lama juga. Dulu ada seorang Pakistan yang ingin menyewa ruangan itu juga. Perselisihan pun dimulai. Terakhir si pemilik flat sengaja menyabotase listrik. Gardu listrik yang biasanya terbuka mulai kemarin sore terkunci dengan gembok.

Temanku orang India melapor masalah itu ke majikan. Namun majikan membiarkan saja hal itu karena ingin lewat jalur hukum. Masalah ini menganggu kenyamanan kami. Mati lampu bukanlah hal yang wajar apalagi di jaman modern sekarang ini. Tidak nyaman.

Ternyata tetangga kami pun terkena sabotase juga. Tidak tahu masalahnya apa. Ada beberapa orang yang datang ke gardu listrik untuk membuka gembok itu. Tapi usaha mereka sia-sia. Mereka tidak tahu caranya membuka gembok itu. Lalu teman India-ku membantu untuk membuka gembok itu dengan menggunakan sebuah palu dan obeng. Sebenarnya dia enggan melakukan hal itu. Tapi karena orang-orang itu merasa jengkel, dia pun membantu. Seorang Lebanon yang kelihatannya seorang atasan dari tetanggaku itu bilang bahwa mereka sudah menyewa flat itu selama 4 tahun. Mereka heran dan jengkel kenapa sampai mati listrik.

Akhirnya gembok pun terbuka. Dan mereka (tetangga) segera masuk ke gardu itu lalu menghidupkan saluran listrik ke flat tersebut. Temanku lalu kembali ke flat. Dia tidak mau menghidupkan listrik dengan alasan majikan yang melarang. Bos Lebanon itu lalu menanyakanku saluran listrik ke flat kami. Aku tidak tahu lalu aku panggil kembali teman India-ku. Aku bilang ke temanku itu untuk minta ijin majikan supaya menghidupkan listrik. Tapi dia enggan. Dia menghidupkan listrik tapi katanya besok pagi dia mau mematikan lagi karena takut majikan tahu akan hal itu.

Kenapa masalah yang menimpa kami mesti menunggu persetujuan dari majikan segala? Kok terlalu berlebihan sikap temanku itu terhadap majikan. Kalau kita merasa keberatan akan sikap majikan, kenapa kita mesti menurut segala? Kita juga kan manusia, punya hak. Temanku itu memang terlalu menurut apa-apa yang majian inginkan. Walaupun sebenarnya dia juga kadang-kadang merasa berat menjalankannya. Aku sih apa adanya. Kalau aku sanggup, aku lakukan keinginan majikan. Kalau keberatan ya protes saja lah. Setuju?