MALAM hari sebelum dibawa berobat ke dokter spesialis anak di sebuah rumah sakit, kondisi Salsa tampak mengenaskan. Bocah tiga tahun ini mengalami demam tinggi. Seluruh tubuh panas hingga lebih 37 derajat selsius.
Tapi di bawah selimut, Salsa justru merasa dingin, bahkan sampai menggigil. Padahal Sahnaz sudah memakaikan sweater, penutup kepala, selimut, dan memeluknya. Sebelumya, Gagan bahkan sempat mengompres dahi dengan air biasa sambil sesekali memulasi perut Salsa yang terasa sakit dengan minyak kayu putih.
"Anehnya kemarin siang Salsa begitu ceria. Main kejar-kejaran di halaman. Sama sekali nggak kelihatan dia sakit. Setelah periksa urine dan darah di laboratorium, baru ketahuan dia positif tifus," sesal Sahnaz.
Di musim kemarau seperti saat ini, bakteri Salmonella typhi penyebab sakit tifus memang mudah menyebar. Terutama di genangan air kotor, makanan tercemar, alas tidur dan lingkungan sekitar rumah yang jarang dibersihkan.
Sebagian orang menganggap tifus berasal dari kotoran dan air kencing tikus. Padahal dalam rantai penyebaran tifus, tikus hanyalah hewan pembawa bakteri Salmonella typhi. Sama halnya dengan lalat dan kecoa yang sering hinggap di tempat kotor. Bahkan debu yang tertiup angin bisa menjadi media penyebar bakteri Salmonella typhi.
Biasanya, tikus yang disebut-sebut penyebab tifus tadi sudah terinfeksi bakteri Salmonella typhi. Kemudian mencemari lingkungan saat mengeluarkan sebagian bakteri itu melalui kotoran dan air kencing. Kotoran dan air kencing penderita tifus juga perlu diwaspadai karena berpotensi menyebarkan bakteri Salmonella typhi.
Salmonella thyposa masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman, lalu berkembang biak di usus halus yang merupakan bagian dari sistem pencernaan. Karena tidak dinetralkan oleh asam lambung, kuman yang berhasil berkembang biak mengakibatkan proses inflamasi (peradangan) lokal.
Bila kondisi penderita tifus cukup parah, mereka perlu dirawat di rumah sakit. Biasanya para dokter memberi obat antibiotik untuk mengatasi penyakit tifus. Penyembuhan bisa makan waktu dua minggu hingga sebulan. (ricky reynald yulman)
Cegah dengan Vaksin Tifoid
TIFUS tak bisa dianggap remeh. Sebab bila dibiarkan bisa menyebabkan pembengkakan hati, limfa, dan menyebabkan luka pada usus. Kondisi tersebut sangat tergantung pada kekebalan tubuh masing-masing penderita.
Para dokter biasanya memberi obat antibiotik pada penderita tifus. Penyembuhan akan banyak terbantu bila penderita cukup istirahat untuk menghindari metabolisme tubuh berlebihan. Sedapat mungkin mereka tidak mengonsumsi makanan yang sulit dicerna dan makanan berserat tinggi.
Pencegahan tifus dilakukan lewat pemberian vaksinasi tifoid yang harus diperbarui setiap tiga tahun. Vaksin tifoid ini bisa meningkatkan kekebalan tubuh terhadap bakteri Salmonella typhi. Kalaupun terkena tifus biasanya tak sampai membahayakan kondisi jiwa anak.
Vaksin tifoid penting diberikan terutama kepada anak-anak yang sering jajan aneka makanan dan minuman, atau belum sempurna membersihkan bagian tubuh tertentu setelah ia buang air.
Namun di balik berbagai upaya tersebut, pencegahan tetap merupakan cara terbaik. Misalnya, membiasakan cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan. Begitu juga sesudah buang air besar atau kecil. Tidak jajan sembarangan, selalu mengonsumsi makanan sehat, dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. (ricky reynald yulman)
Kenali Gejalanya
GEJALA klinis tifus pada anak bervariasi selama tujuh hingga 14 hari masa inkubasi. Namun, kebanyakan menyerupai penyakit infeksi akut lainnya. Berikut beberapa antaranya:
Minggu I dan II
- demam
- sakit kepala
- nafsu makan menurun
- mual
- sakit perut
- muntah
- diare atau justru sembelit
- sulit tidur dan banyak mengigau
Minggu III
- demam makin tinggi
- bibir kering
- kembung
- lidah kotor
Sumber: http://tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=15522&kategori=16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar