Hanya karena terlalu kreatif dan kerap berimajinasi saat menulis, seorang bocah 13 tahun yang duduk di kelas dua madrasah tsanawiyah (SMP) kini jadi tersangka. Kasus "jurnalis cilik" yang aktif bikin buletin ini sedang ditangani Polres Malang, Jawa Timur.
MARDI SAMPURNO, Malang
BINTANG sekilas seperti anak-anak pada umumnya. Status tersangka tak membuat dirinya murung. Dia terlihat ceria dan gemar berceloteh tentang apa saja yang diamati.
"Wah, masuk koran. Bisa terkenal dong," ujarnya sambil mengulurkan tangan kepada Radar Malang (Grup Jawa Pos) di rumahnya, Kompleks Perum Persada Bhayangkara, Singosari, Malang, Minggu (11/5) lalu.
Khoirul Abadi, 44, ayah Bintang, yang ikut mendampingi langsung merespons sikap anaknya. "Katanya ingin jadi wartawan. Nah ini ada orangnya," kata bapak tiga anak yang sehari-hari menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.
Menurut Khoirul, anak pertamanya itu memang bercita-cita menjadi wartawan. Tak heran jika selama ini banyak karya tulis asal-asalan yang berbau karya jurnalistik.
Lihat saja buletin mini karyanya yang diberi nama Korap Cak! yang merupakan singkatan Korane Wong Sarap (Korannya Orang Gila, Cak). "Entah apa maksudnya. Yang jelas, itu sekadar ungkapan tanpa makna yang menunjukkan kreativitasnya," ujar Khoirul.
Buletin ini sudah dibuat dua edisi. Isinya kumpulan esai dan tempelan guntingan gambar foto yang diambil dari koran atau majalah. Buletin tersebut dibikin bocah yang hobi main sepak bola itu dari kertas sisa milik ayahnya yang tak terpakai.
Dari buletin itu, terlihat Bintang memang superkreatif dan lucu. Halaman depan salah satu buletin menampilkan guntingan foto pejabat sedang berceramah di depan warga. Pada teks foto diberi tulisan HANYA BENGONG: Pakde Yit ngapusi wong-wong. Sedangkan judul berita tersebut adalah Pakde Ngapusi? Inti beritanya, Pakde Yit sedang berpidato di depan warga dan para perangkat desa, karena sebentar lagi mereka bakal mendapat bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah. Namun, saat itu warga sedang membutuhkan fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Karena tak sesuai keinginan warga, Bintang menilai Pakde Yit ngapusi (membohongi, Red) warga.
Di buletin itu juga tak lupa dicantumkan acara stasiun televisi yang diberi nama "Duren TV". Acara favorit pukul 04.00-05.00 adalah kejatuhan durian (ketiban duren). Lalu, pukul 05.00-06.00 dilanjutkan acara makan durian.
Hal serupa ditunjukkan di rubrik olahraga. Dia memasang gambar mobil balap F-1 yang dikendarai Felipe Massa. Dalam gambar itu Felipe Massa membuka sedikit helmnya. Dari gambar itu, teks foto berbunyi mobil Felipe sedang mogok dan pengemudinya mencoba menyembuyikan rasa malu dengan membuka sedikit kaca helmnya.
Dalam isi beritanya, pengemar busana T-shirt itu melakukan wawancara imajiner dengan pembalap asal Brazil tersebut di Australia. Salah satu kutipannya "My car is very bad!" ungkap Felipe, saat ditemui tim Korap Cak di Australia.
Buletin itu juga dibumbui iklan versinya, baik iklan lowongan maupun iklan jasa. Bahkan, dia membuat 10 peribahasa yang dipelesetkan.
Contohnya: Air susu dibalas dengan airmail = Kebaikan sesorang dibalas dengan surat; Ma’lu bertanya ma’gue yang jawab = Ibumu tanya, ibuku menjawab; Nasir sudah menjadi tukang bubur = Nasir sudah dapat kerja; dan serigala berbulu ayam = Serigala terkena kutukan.
Karena kreativitasnya itu, Bintang yang kini kelas II Madrasah Tsanawiyah (MTs) 1 Malang didapuk menjadi pengurus majalah sekolah. "Saya sudah mengisi satu kali tulisan tentang tokoh-tokoh wanita penting di Indonesia. Sedianya bulan depan baru terbit," kata Bintang. Bahkan, karena kepiawaiannya itu pula, dia kerap meraih peringkat 10 besar di kelasnya.
Disinggung tentang ulah usilnya menulis dua selebaran dari kertas kalender yang ditempel di gerbang sekolah Bani Hasyim (lokasinya berdekatan dengan rumahnya di Perum Persada Bhayangkara, Singosari) yang membuat dia jadi tersangka, Bintang mengaku menyesal. "Saya harus banyak mengendalikan diri saya. Saya salah dan minta maaf kepada Pak Aji (Aji Dedi Mulawarman, pengelola sekolah Bani Hasyim)," katanya.
Isi selebaran usilnya adalah pengumuman bahwa gedung sekolah itu dijual. Lalu, di selebaran lain ditulis "Dicari" yang diikuti nama anak Aji Dedi Mulawarman.
Menurut dia, saat membuat selebaran pada siang 24 Februari lalu itu tak ada sedikit pun niat untuk mengejek atau mempermalukan sekolah. Dengan tulisan itu, dia berharap bisa membuat teman-temannya tertawa. "Saya hanya ingin dua teman saya (diajak saat menempelkan selebaran) tersenyum melihat tulisan itu," katanya.
Meski sudah menjadi tersangka, Bintang mengaku tak bersedih. Kata dia, kedua orang tua dan teman-teman sekelasnya membesarkan hatinya kalau sekarang sedang diuji. "Saya harus lulus menghadapi ujian ini," katanya lirih.
Ada satu hal yang ditakutkan jika kelak dia menghadapi persidangan. Dia mengaku grogi saat duduk di kursi pesakitan sebagai terdakwa. "Yang pasti rasanya berbeda ketika duduk di bangku sekolah atau bangku di rumah. Katanya kursinya jika diduduki rasanya panas," katanya.
Sang ayah, Khoirul, mengakui bahwa anak pertamanya itu memang terlihat berbeda dengan beberapa teman sepermainannya. Sejak duduk di bangku madrasah (SD), dia sangat kritis. "Dia selalu bertanya tentang apa yang dilihat," jelasnya.
Jika tak puas, dia mencoba membuktikannya sendiri. "Pokoknya mirip wartawan, banyak tanya dan selalu ngeyel untuk mempertahankan argumennya. Karena itu, kami sempat kewalahan mengarahkannya," kata Khoirul.
Bocah yang gemar membaca novel ini selalu meluangkan sebagian waktunya untuk membuka internet. "Kemungkinan dari situlah dia banyak tahu tentang informasi terkini. Termasuk kemampuan berimprovisasi yang membuat dia jauh dari anak-anak seusianya," tambahnya.
Khoirul menyadari peristiwa yang menimpa anaknya kali ini cukup berat. Namun, dia mencoba mengambil hikmah dari semuanya. Khoirul berjanji mengawasi serta mengarahkan anaknya agar tidak mengulangi perbuatannya.
Kasus Bintang yang dilaporkan Aji Dedi Mulawarman dengan pasal pencemaran nama baik itu kini ditangani Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Malang. Dalam waktu dekat kasusnya dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Kepanjen, Malang.
Berbagai upaya damai sudah dilakukan keluarga Bintang. Namun, Aji Dedi dan Sekolah Bani Hasyim tetap melanjutkan proses hukum ke kepolisian. Mengapa tega memerkarakan anak kecil? Maskur SH, penasihat hukum pelapor, mengatakan, kasus itu tak bisa dianggap sepele. Sebab, hal itu sudah dilakukan beberapa kali.
Kata dia, tersangka harus diberi pembelajaran agar tak mengulangi perbuatannya. "Langkah hukum adalah langkah yang tepat untuk memberi pembelajaran," katanya. (el)
Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10463
kemana aja mas??? udah lama ngak liat..insyaallah sehat2 aja yaaa
BalasHapusal7amdulillah baek. aku jarang online karena kesibukan.
BalasHapusuni sekeluarga apa kabar?
gimana kuliahnya?
mudah2an selalu sehat dan dimudahkan dalam segala urusan.
AMIN.
al7amdulillah baek. aku jarang online karena kesibukan.
BalasHapusuni sekeluarga apa kabar?
gimana kuliahnya?
mudah2an selalu sehat dan dimudahkan dalam segala urusan.
AMIN.