JAKARTA - Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Begitulah gambaran pemakaman Sophan Sophiaan kemarin (18/5). Ratusan pelayat mengantar kepergian terakhir aktor legendaris itu. Mulai penggemar, para sahabat sesama penggemar moge, rekan-rekan di dunia hiburan, kawan-kawan di panggung politik, hingga para petinggi negara.
Sophan yang dikenal santun itu dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Jenazah lebih dulu disalatkan di ruang tamu rumah duka pukul 8.00. Karena kapasitas terbatas, salat dibagi menjadi tiga rombongan. Setiap rombongan terdiri atas sekitar 30 orang.
Rombongan pertama khusus untuk keluarga. Berikutnya dari rekan-rekan almarhum sesama pengendara motor besar, lalu dilanjutkan tamu pejabat negara. Rombongan terakhir diimami Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie. Di barusan makmum, tampak Mensesneg Hatta Radjasa, Ketua MPR Hidayat Nurwahid, dan Menkominfo M. Nuh.
Pukul 8.25, Jenazah diberangkatkan ke pemakaman. Tak kurang dari 200 pengendara motor besar berada paling depan iring-iringan pengantar jenazah. Berurutan di belakangnya, empat motor besar polisi, mobil jenazah, empat minibus yang ditumpangi keluarga, kemudian diikuti beberapa mobil pejabat negara. Istri almarhum, Widyawati, dan kedua putranya, Romi dan Roma, berada di mobil jenazah.
Raungan mesin motor-motor besar memancing perhatian warga sekitar. Hampir sepanjang empat kilometer masyarakat berjajar di tepi kiri jalan melambaikan tangan menyaksikan iring-iringan pengantar jenazah tokoh yang meninggal dalam kecelakaan tur moge di Mantingan, Ngawi, Jatim, itu.
Berselang dua puluh menit kemudian, mobil jenazah tiba di depan Blok AA1 Blad 31 TPU Tanah Kusir. Widyawati yang mengenakan pakaian muslim dan kerudung serbaputih dituntun dua kerabatnya berjalan menuju kursi di sisi makam yang akan menjadi tempat peristirahatan terakhir suaminya.
Kacamata berlensa cokelat yang dipakai tidak cukup menutupi ekspresi duka begitu mendalam yang dia rasakan. Wajahnya terlihat merah muda. Sambil menyandarkan kepala di pundak kerabatnya, sesekali dia menyeka air mata yang meleleh di pipi.
Saat jenazah dimasukkan ke liang lahad tepat pukul 09.00, Widya terkulai lemas sambil mengarahkan pandangan ke arah makam. Kepalanya disandarkan ke bahu salah seorang kerabat yang duduk di sisi kirinya.
Romi dan Roma menunggu di dalam liang ketika jenazah ayahnya mulai diturunkan ke tanah. Romi lantas mengumandangkan azan serta komat. Setelah itu, giliran Arifin Panigoro membacakan daftar riwayat hidup almarhum.
Erros Djarot mewakili rekan-rekan almarhum memberikan kata sambutan. Dari pihak pejabat negara, sambutan dilakukan Mensesneg Hatta Radjasa. "Almarhum meninggal dalam rangkaian acara memperingati satu abad Kebangkitan Nasional. Bersama-sama kami dalam kepanitiaan nasional membangkitkan semangat kebangsaan yang menurut beliau sudah sangat kurang," ujar Hatta dalam sambutannya.
Lima tenda, masing-masing berukuran 5 x 10 meter, tak cukup memayungi pelayat yang hadir. Selain keluarga dan rekan, puluhan penduduk sekitar yang didominasi anak-anak dan ibu-ibu turut menyesaki lokasi pemakaman.
Pekerja seni yang tampak pagi itu, antara lain, Slamet Rahardjo, Jajang C. Noer, Primus Yustisio, Surya Saputra, Doni Kusuma, Jenny Rachman, Mpok Atiek, dan Helmy Yahya. Dari kalangan politisi dan pejabat, tampak Taufiq Kiemas, Menbudpar Jero Wacik, Fahmi Idris, serta Arifin Panigoro.
Setelah acara tabur bunga, pukul 10.20, Widyawati beserta keluarga beranjak meninggalkan makam. Ditemui di rumah duka, Romi menyatakan ibundanya masih sangat shock dan belum bisa berbicara kepada wartawan.
"Saya nggak bisa mastiin ibu bisa diwawancarai kapan. Tapi, sekarang dia masih shock. Seperti belum bisa sepenuhnya percaya (bahwa Sophan telah tiada). Dia sedang menenangkan diri dengan bermain sama cucunya," ungkap Romi yang telah memberi seorang cucu untuk Sophan dan Widyawati tersebut.
Kondisi fisik Widya masih sangat lemah karena kurang tidur sejak jenazah tiba di rumah duka (16/5) hingga pemakaman. "Tadi malam sudah tidur, tapi sebentar-sebentar doang. Saya sendiri baru tidur setengah jam dari kemarin," ujarnya.
Rencananya, keluarga mengadakan tahlil di rumah duka selama tujuh hari mulai tadi malam. (rie/tof)
Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10489
Tidak ada komentar:
Posting Komentar