Minggu, 01 Juni 2008

Kombinasikan Kuliner dan Dunia Ilmiah

Image


Ferran Adria, 46, disebut-sebut sebagai koki terbaik di dunia. Bahkan restoran miliknya, El Bulli, di Spanyol juga dijuluki yang terbaik.


BERANI beda adalah motivasi utama dari setiap hal yang dia lakukan. Pada akhir 1980-an, dia menggebrak dunia kuliner dengan eksperimennya, Molecular Gastronomy. Eksperimen ini yaitu mengeksplorasi resep yang sudah ada menggunakan metode dan alat memasak yang sama sekali berbeda dan belum pernah dicoba.


Adria berusaha memadukan dunia kuliner dengan dunia ilmiah. ”Rasa yang diciptakan dari Molecular Gastronomy juga memikat dan lain daripada yang lain,” tuturnya. Adria juga dikenal sebagai koki terhebat dalam membuat makanan berbuih atau culinary foam. Dialah yang pertama kali memopulerkan model makanan berbuih. Kini, makanan model itu menjadi tren di seluruh dunia dan dibuat banyak koki.


Rumusnya, mencampur bumbu alami dengan agar-agar. Baginya, menciptakan sesuatu yang bisa menjadi trend setter bagi koki di seluruh dunia merupakan suatu kebanggaan. ”Semua resep yang saya ciptakan mengacu pada metode dan pengembangan resep. Saya mencari informasi, informasi, dan informasi sebanyak mungkin dari keliling dunia, mencoba berbagai resep makanan, dan membaca buku,” ujarnya dikutip dari foodandwine. com.


Tidak tanggung-tanggung, dia juga membuat laboratorium masakan di Barcelona yang disebut El Taller. Dari tempat inspiratif itulah, Adria membuat berbagai menu baru menjadi luar biasa.Dia juga mencatat ribuan resep baru. Bahkan, di dalam laboratorium itu dia membuat kajian psikologi rasa. Dia mengatakan setiap orang memiliki rasa terhadap makanan yang berbeda.


”Untuk bisa membuat makanan baru, kita harus mengetahui psikis konsumen tentang rasa makanan,” ujarnya. Dia mengatakan alasannya mengenalkan psikologi rasa karena setiap orang pasti bosan dengan rasa masakan yang sama. Dalam psikologi selera yang dikenalkan pada dunia, Adria ingin mengenalkan kepada komunitas internasional bahwa makanan bukan hanya urusan kenyang di perut.


Tidak semudah pula, orang makan burger,makanan kaleng, dan makanan instan. Dia mengatakan, dalam psikologi selera, makanan menyangkut selera dan bumbu. Selain itu, menurut dia, psikologi selera juga mengungkap, memilih, dan menikmati makanan yang berkaitan dengan logika. Tentu pula, makanan berkaitan dengan hiburan bagi seseorang. Tren kembali ke alam juga tidak ditinggalkan Adria.


Dia mengatakan selalu menggunakan menu makanan berbasis buah-buahan. Salah satu temuannya, jus bola.Kuliner hijau menjadi salah satu cirinya. Gebrakan Adria dinilai superkoki Paul Bocuse sebagai sesuatu yang sangat menakjubkan dalam dunia kuliner. Bocuse memuji Adria sebagai koki cerdas yang tidak malu dan berani menawarkan sesuatu yang berbeda bagi para penikmat makanan.


”Adria juga satu-satunya koki yang bukan hanya memikirkan resep semata. Dia mampu memikirkan bagaimana kajian ilmiah, baik ilmu pasti maupun psikologi dalam membantu membuat resep,” ungkap Bocuse kepada International Herald Tribune. Adria dilahirkan pada 14 Mei 1962 di Barcelona, Spanyol. Pada usia 14, dia masuk sekolah bisnis dan administrasi. Tapi pada usia 18 tahun, dia tidak melanjutkan sekolah karena merasa jenuh dengan rutinitasnya.


Dia memilih menjadi pencuci piring di restoran Prancis di Hotel Playafels di Castelldefels, Spanyol. Dari tukang cuci piring itulah, awal kariernya dalam bidang kuliner. Berawal dari tukang cuci piring itu pula,dia mendapatkan banyak pelajaran teknik memasak dari para koki di restoran itu. Sejak saat itu, pandangannya tentang bisnis kuliner mulai terbuka. Bahkan, dia mulai berpikir untuk terus berkarier dan berbisnis di bidang kuliner.


Dia kembali ke Barcelona dan menjadi asisten koki. Program wajib militer memaksanya menjadi tentara angkatan laut. Dia memilih bekerja di bagian dapur dengan menjadi koki. Ketika itu, masakan yang dia buat selalu disenangi para komandan militernya, hingga dia menjadi koki andalan para jenderal sampai 1983. Setelah menjadi tentara, dia bekerja di El Bulli, Roses, Spanyol. Dia langsung menjadi koki andalan, padahal usianya baru 22 tahun. Delapan belas bulan kemudian, dia menjadi kepala koki dan restorannya mendapatkan bintang tiga.


Padahal, sebelumnya El Bulli tidak pernah mendapatkan penghargaan bintang dan merupakan restoran tidak terkenal. Adria bukan tipe orang yang mudah puas.Walaupun namanya sudah berkibar, dia tetap saja mau belajar pada para koki andal lainnya. Dia pun berkeliling ke Prancis, mendatangi restoran terkenal dan belajar bagaimana meramu makanan yang lezat dan enak.Kemauannya yang keras menjadikan dia memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang dunia kuliner.


Selain aktivitas masakmemasak, Adria pun banyak menghadiri acara-acara yang mengajari ibu-ibu belajar memasak mewah. Dia juga berkampanye agar ibu-ibu tidak membiasakan makanan instan. ”Saya tidak akan mengajari membuat burger, berarti saya sudah gila,” tuturnya dikutip Daily Telegraph. Dia ingin semua keluarga di dunia bisa membuat masakan yang sehat. Adria juga telah menerbitkan puluhan buku seri gampang memasak dan puluhan DVD. (andika hendra mustaqim)


Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/kombinasikan-kuliner-dan-dunia-ilmiah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar