Minggu, 29 Juni 2008

Makanan Otak Buat Sang Buah Hati

SEJUMLAH orangtua menggelengkan kepala waktu ditanya tentang makanan otak bagi anaknya yang masih balita. Beberapa orangtua malah balik bertanya saking bingungnya. "Emang sudah boleh anak balita makan gulai otak yang dari rumah makan Padang?"


MEMAHAMI makanan otak memang tak semudah memahami makanan sehat atau makanan gizi seimbang. Makanan gizi seimbang dipakai untuk menyebut aneka makanan penunjang pertumbuhan fisik anak-anak. Sementara makanan otak, bukan makanan dalam pengertian sesungguhnya seperti yang dipahami sebagian orang tua tadi.


Makanan otak adalah sering dipakai para dokter maupun ahli ilmu jiwa, untuk menyebut rangsangan dari lingkungan di luar tubuh anak. Rangsangan tersebut diterima perangkat indera manusia lalu diteruskan ke organ otak.


Dalam Seminar The Power of Play di Hotel Panghegar, belum lama ini, Ketua Umum Yayasan Surya Kanti Prof DR Anna Alisjahbana dr SpA mengungkap, makanan otak berfungsi membentuk jaringan saraf otak.


"Makanan otak yang tepat membantu jaringan saraf membentuk pola tertentu. Pola jaringan otak ini mempengaruhi perilaku atau reaksi seseorang terhadap lingkungan sekitar," jelas Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak ini.


Dulu, terang Prof Anna, pembentukan jaringan saraf otak diperkirakan berhenti ketika anak berusia tiga tahun. Namun, penelitian terbaru belakangan membuktikan bahwa proses itu tetap berlangsung sampai remaja dan dewasa, meski tak sebaik pada usia dini (golden age).


Ahli terapi okupasi dari Jerman, Mrs Rega Schaefgen, menganalogikan proses penerimaan rangsangan sampai pembentukkan pola jejaring saraf otak layaknya pertumbuhan batang dan ranting pohon.


Perangkat indera manusia berfungsi seperti akar yang menyerap aneka mineral dari tanah. Sari makanan otak berupa rangsanganrangsangan, lalu dibawa ke otak. Di pohon otak, cabang dan ranting terus tumbuh membentuk pola seperti pembentukkan jejaring saraf otak.


"Perangkat indera makin peka dan terlatih menyerap makanan otak ketika anak-anak diberi kesempatan memperoleh berbagai pengalaman dari lingkungan sekitar. Dan, bermain merupakan cara penting bagi anak untuk memperoleh makanan otak sebanyak-banyaknya," tegas Rega. (ricky reynald yulman)


Lebih dari Lima Indera

DALAM proses pembentukkan jaringan syaraf otak, peran perangkat indera begitu penting. Namun, kebanyakan kita hanya tahu seseorang hanya mempunyai pancaindera yakni pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Padahal ada beberapa indera perasa lain yang tersembunyi yakni body senses atau proprioseptive senses di kulit, otot, persendian, dan dalam organ vestibuler (keseimbangan). Ada pula indera perasa di bagian dalam telinga yang memberi informasi posisi tubuh dan gerakan ketika melawan gravitasi bumi.


Direktur Institut Interdisiplin Integrasi Sensorik (SI) untuk pendidikan dan terapi dari Jerman, Mrs Rega Schaefgen, memberi contoh beberapa tindakan untuk memenuhi kebutuhan makanan otak bagi anak-anak di tahun pertama.


"Mendekap tubuh bayi, memandikan bayi, memakaikan popok dengan bahan katun halus, melakukan pijat bayi seperti sudah dilakukan banyak orangtua di Indonesia. Serta biarkan anak bebas bermain dan menjelajah tubuh mereka sendiri," ungkap Rega.


Pada tahapan berikutnya biarkan anak bebas bergerak. Berguling, mengangkat tubuh, belajar merangkak, berdiri, dan berjalan. Jangan gunakan baby walker atau alat bantu lain. Tapi orangtua harus memfasilitasi lantai yang aman, bersih, dan nyaman.


"Selain gerakan aktif, anak juga perlu digendong. Sebab tubuh bayi perlu dilatih menyesuaikan gerakan orang yang menggendong. Saat itu bayi akan berusaha tetap tegak atau menyesuaikan posisi tubuh dengan cara berbeda. Saat itulah organ vestibuler mendapat rangsangan," ungkap Rega. (ricky reynald yulman)


Mainan Tradisional Sangat Disarankan

PENELITI metode Integrasi Sensorik (SI) dari Jerman, Mrs Rega Schaefgen memperoleh temuan menarik setelah meneliti aneka jenis permainan anak. Menurutnya, permainan yang merangsang semua perangkat indera, dapat memperkuat proses belajar sekaligus mempercepat perkembangan jaringan otak.


Wanita berambut pirang ini meneliti banyak aspek tentang permainan anak. Mulai cara bermain, aturan, berapa anak terlibat, alat yang dipakai, serta durasinya. Rega menemukan beberapa jenis permainan memiliki kesamaan bermanfaat bagi perkembangan otak anak.


Di berbagai negara Eropa, Amerika, dan Asia, Rega menemukan permainan anak yang menggabungkan gerakan mendaki, melompat, berlari, bermain tebak-tebakan, bernyanyi, menggambar, berhitung, dan berpikir.


"Kegiatan tersebut membuat anak-anak dapat mengembangkan kontrol tubuh dan keseimbangan tubuh. Semua itu bisa memberi rasa aman sekaligus fondasi untuk kemampuan koordinasi," jelas Rega sambil menunjukkan cuplikan video maupun slide permainan.


Satu kejutan, Rega ternyata menunjukkan beberapa permainan tradisional anak-anak di benua Eropa yang mirip dengan kaulinan barudak lembur di tanah Sunda. Di antaranya mirip permainan sondah, engkle, papanggalan (gasing) dan oray-orayan. (ricky reynald yulman)


Sumber: http://tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=12687&kategori=16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar