Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 Maret 2008

Sahabat Virtual

SALAM ALAIKOM, HOW R U? IS EVERYTHING OK, IT WAS A LONG TIME SINCE I HEARD ANYTHHING FROM U! DID U GOT A #. I HOPE THAT UR N GOOD HEALTH. TAKE A GOOD CARE, REGARDS.

SMS itu terlambat aku baca karena handphone-ku dalam keadaan silent mode. Aku lupa untuk mengganti mode-nya. Datangnya dari sahabatku. Kami sudah lama saling kenal walaupun belum bertemu langsung.

Lalu aku mengirimkan jawaban kepadanya.

Wa 3alaykum salam. I am fine al7amdulillah. What's new? I hope you and your family are better now. Barakallalu fek.

:-) WA FEK. WE R ALL FINE, I'M NOW WORKING AS JOURNALIST. WE SHOULD TALK ONEDAY. WE KNOW EACH OTHER SINCE A LONG TIME. SO TELL ME HOW & WHEN IF U DON'T MIND, REGARDS.

Aku lalu mencoba menghubunginya. Tapi tidak ada jawaban. Lalu aku kirim sms lagi.

Mabruk for your new job. Yes we have know each other for long time. I think you are busy now. I will call you nex time. Allah Hafidz.

10X. I'M NOT BUSY I WAS N BATH :) I'LL CALL U NSHALAH SOON, DON'T COST FROM UR TEL. I'LL CALL AFTER 22:00 NSHALAH THE NEXT DAYS. TELL ME DO U SPEAK ARABIC WELL :)

OIC. Sorry I have disturb you. My english is better then my arabic. Would you mind id I call you now?

NO AT ALL, I'LL REALY B GLAD. BUT I DON'T WANT TO DISTURB U. ANYWAY I AM WAITING UR PRECIOUS CALL.

Lalu aku menelponnya kembali. Percakapan pun berlangsung. Kami saling menanyakan mengenai keadaan, keluarga dan pekerjaan. Dia terdengar bahagia berbicara denganku dan aku sendiri demikian. Kami memang sudah saling kenal lebih dari 6 tahun lamanya. Kenal lewat IRC dalnet di channel #islam.

Waktu itu aku masih kerja sebagai operator warnet di Bandung. Persahabatan kami berlanjut saling kirim email, kirim surat lewat pos udara, dan semenjak aku kerja di Riyadh kami saling kirim sms. Dia orang yang baik walaupun aku hanya bisa menilainya lewat tulisan. Dia adalah sahabat yang menenangkan. Lewat rangkaian kata-katanya terkandung makna bagi kehidupanku. Banyak pelajaran yang berharga yang kudapat darinya. Alhamdulillah.

Aku mengakhiri percakapan karena pulsaku hampir habis. Aku tanya apakah dia masih sering memakai internet. Dia jawab bahwa dia akan menyempatkan untuk online. Klik! Sambungan handphone aku tutup. Lalu dia kirim sms.

WELL! I'M REALY GLAD. NSHALAH WE'LL B ALWAYS N TOUCH. THIS IS MY PRIVATE E MAIL: *SENSOR* NSHALAH WE'LL MANAGE A TIME 4 CHATTING. I PRAY TO ALLAH THAT U'LL ADAPT N KSA & B MORE SUCCESFUL. THERE'S NOTHING EASY N LIFE MY BROTHER. BUT WE HAVE 2 B PATIENT. REGARDS 2 UR FAMILY & GOODNIGHT.

Ya Allah semoga persahabatanku dengan orang-orang akan kekal sampai di akhirat kelak. Ya Allah semoga persahabatanku dengan orang-orang bukan menjadi penyebab permusuhan di akhirat kelak. AMIN.

*tertulis dengan segenap harap

Selasa, 11 Maret 2008

Sabotase!!!

Kemarin malam waktu aku pulang dari kantor, listrik di flat masih mati sejak sore. Kami semua heran. Perasaan rekening listrik sudah dibayar. Kurang lebih dua bulanan yang lalu. Kalau tidak salah disini pembayaran setiap 4 bulan sekali. Ternyata ada orang yang sabotase listrik di flat tempat tinggal kami. Jengkel. Makan tidak nyaman, mesti pakai penerangan handphone segala. Disini memang tidak sedia lilin karena memang istrik jarang mati. Kalau bayaran lancar, listrik hampir tidak pernah mati.

Masalanya persengketaan sewa flat. Majikanku menyewa flat beserta satu ruangan di belakang flat. Si pemilik flat merasa ruangan itu tidak termasuk yang disewakan. Sengketa ini sudah lama juga. Dulu ada seorang Pakistan yang ingin menyewa ruangan itu juga. Perselisihan pun dimulai. Terakhir si pemilik flat sengaja menyabotase listrik. Gardu listrik yang biasanya terbuka mulai kemarin sore terkunci dengan gembok.

Temanku orang India melapor masalah itu ke majikan. Namun majikan membiarkan saja hal itu karena ingin lewat jalur hukum. Masalah ini menganggu kenyamanan kami. Mati lampu bukanlah hal yang wajar apalagi di jaman modern sekarang ini. Tidak nyaman.

Ternyata tetangga kami pun terkena sabotase juga. Tidak tahu masalahnya apa. Ada beberapa orang yang datang ke gardu listrik untuk membuka gembok itu. Tapi usaha mereka sia-sia. Mereka tidak tahu caranya membuka gembok itu. Lalu teman India-ku membantu untuk membuka gembok itu dengan menggunakan sebuah palu dan obeng. Sebenarnya dia enggan melakukan hal itu. Tapi karena orang-orang itu merasa jengkel, dia pun membantu. Seorang Lebanon yang kelihatannya seorang atasan dari tetanggaku itu bilang bahwa mereka sudah menyewa flat itu selama 4 tahun. Mereka heran dan jengkel kenapa sampai mati listrik.

Akhirnya gembok pun terbuka. Dan mereka (tetangga) segera masuk ke gardu itu lalu menghidupkan saluran listrik ke flat tersebut. Temanku lalu kembali ke flat. Dia tidak mau menghidupkan listrik dengan alasan majikan yang melarang. Bos Lebanon itu lalu menanyakanku saluran listrik ke flat kami. Aku tidak tahu lalu aku panggil kembali teman India-ku. Aku bilang ke temanku itu untuk minta ijin majikan supaya menghidupkan listrik. Tapi dia enggan. Dia menghidupkan listrik tapi katanya besok pagi dia mau mematikan lagi karena takut majikan tahu akan hal itu.

Kenapa masalah yang menimpa kami mesti menunggu persetujuan dari majikan segala? Kok terlalu berlebihan sikap temanku itu terhadap majikan. Kalau kita merasa keberatan akan sikap majikan, kenapa kita mesti menurut segala? Kita juga kan manusia, punya hak. Temanku itu memang terlalu menurut apa-apa yang majian inginkan. Walaupun sebenarnya dia juga kadang-kadang merasa berat menjalankannya. Aku sih apa adanya. Kalau aku sanggup, aku lakukan keinginan majikan. Kalau keberatan ya protes saja lah. Setuju?

Rabu, 05 Maret 2008

Makan Kabsah

Kemarin malam seperti biasa setelah jam 11:30 malam, kantor kami tutup. Kami bersiap-siap pulang naik mobil Toyota Cressida tua milik rekan kerja yang berkebangsaan Sudan. Walaupun mobilnya sudah lama tapi kondisinya masih layak dikendarai. Kerjaku memang seperti ini. Setiap hari masuk kerja jam 9 pagi sampai dzuhur. Buka lagi setelah ashar sampai jam 11:30 malam dengan diselingi istirahat setiap kali waktu sholat. Semua toko diwajibkan tutup ketika adzan berkumandang sampai selesai sholat berjamaah di masjid. Kalau fisik tidak terlalu capek, hanya jenuh yang dirasakan kami. Bagi orang indonesia jam kerja seperti ini sangat menjenuhkan apalagi aku terus menerus di depan komputer.

Kantor kami sudah ditutup waktu itu dan kami menunggu seorang teman Sudan yang kerja di toko HP, berdampingan dengan kantorku. Masih ada konsumen sehingga tokonya belum tutup. Ya kami memang selalu pulang bersamanya. Rekan kerjaku agak jengkel menunggunya. Ada banner yang mesti diberikan kepada seseorang yang sudah menunggu di tempat lain. Klakson mobil dibunyikan berkali-kali tetapi teman itu santai saja orangnya. Aku sedikit jengkel dan lucu juga dibuatnya. Kenapa dia masih bisa bersantai di saat orang lain sedang terburu-buru.

Setelah kami berikan banner itu kepada orangnya, rekan kerjaku itu mengajak kami makan-makan. Kami bertiga (orang Indonesia) juga satu orang Sudan lainnya di bawa ke restoran yang sudah terkenal. Aku tanya rekan kerjaku: "Siapa yang mau bayar? Kamu ya?" Lalu dia jawab: "Ya. Ayo cepat keluar dari mobil," katanya sambil berlalu. Kami diam saja di mobil karena mungkin dia hanya bercanda. Dia lalu mendekati kami lagi dan meminta kami supaya keluar. Wah sepertinya serius. Kami akhirnya masuk ke restaurant yang cukup terkenal yaitu Romansia. Kebanyakan yang makan disana orang-orang pribumi. Kami lalu memilih tempat lesehan. Orang arab memang kebanyakan lebih suka makan sambil lesehan.

Aku dengan salah satu temanku pergi ke belakang untuk cuci tangan. Kulihat dua orang pegawai disana. Aku memutar keran tapi airnya belum keluar. Lalu seorang pegawai memberi tahu bahwa keran air itu otomatis. Mengalir dengan sensor. Begitu tangan kita di letakan di bawah keran, air mengalir begitu saja. "Ini restaurant Romansia, bukan seperti tempat lain" katanya. Aku dan temanku sedikit malu. Aku tahu juga bahwa ada jenis keran yang seperti itu, tapi aku baru pertama kali makan di restaurant itu. Makanya belum tahu bahwa kerannya pakai sensor. Kami berdua kembali ke tempat lesehan

Rekan kerjaku memesan menu. Nasi Kabsah dan Fahm (ayam bakar) yang dipesan. Setelah beberapa lama, datanglah seorang pelayan dengan membawa pesanan. Makanan pun digelar. Setelah baca do'a, kami pun menyantap dengan lahap hidangan itu. Sungguh nikmat sekali. Masakannya berbeda dengan restaurant lainnya. Nasinya lebih gurih dan dagingnya pun enak sekali. Kalau di tempat lain ayamnya kurang enak, bumbunya tidak meresap ke dalam daging. Hanya kulitnya saja yang terasa enak. Kalau dagingnya tidak ada rasanya. Tapi daging ayam di restaurant ini sangat enak. Pantas saja banyak pelanggannya.

Rekan kerjaku orang Sudan memesan lagi nasi ke pelayan. Karena menurutnya nasi itu tidak cukup buat kita semua. Lalu datanglah nasi berikutnya. Dia juga ingin memesan lagi ayam tapi kata pelayan ayamnya akan telat datang. Akhirnya tidak jadi memesan. Makanan belum habis tapi kok mau pesan lagi. Memang porsi makan kita berbeda. Ada yang hampir terlewat, sambal. Temanku mengeluarkan sambal dari bungkusan dan menuangkannya ke dalam hidangan. Kalau menurut kita, ini bukan sambal. Tidak ada rasa pedasnya. Hanya tomat, seledri, dan bumbu yang lain mirip terasi. Tidak ada cabainya sama sekali. Orang arab kebanyakan memang tidak suka yang pedas-pedas.

Acara makan-makan pun selesai. Lalu kami ke belakang untuk cuci tangan. Giliran temanku yang dapat olok-olokan dari orang Arab. Dia belum tahu bahwa keran air itu memakai sensor. Aku ceritakan juga tentang kejadianku sebelumnya ke temanku itu. Kami pun tersenyum. Akhirnya kami semua pergi meninggalkan restaurant itu dengan membawa beban di perut alias kekenyangan. Alhamdulillah.

Minggu, 02 Maret 2008

Lagi-lagi Error!

Untuk ke sekian kalinya ada yang keliru dalam hasil kerjaanku. Ini masalahnya satu: terburu-buru plus banged. Ah biarkan saja! Toh kesalahan bukan hanya pada diriku. Lagi pula aku sudah bilang berkali-kali ke atasanku supaya tidak terburu dalam pekerjaan ini. Desain membutuhkan waktu dan kondisi yang nyaman. Kita mesti cek & ricek hasil akhir desain. Tapi kalau dikejar-kejar waktu, mana bisa mengecek dengan cermat? Human error kerap terjadi akibat hal ini.

Sering kali setiap mengerjakan suatu desain, pihak lain tergesa-gesa ingin cepat selesai. Sampai-sampai beberapa kali bertanya kepadaku: "CD-nya sudah beres belum?" Pertanyaan itu ditujukan kepadaku berkali-kali sampai mondar-mandir dari front office ke meja kerjaku. Huh! Padahal kalau sudah beres pasti aku berikan CD desain itu kepada mereka.

Banyak kesalahan yang terjadi dalam pekerjaanku disini diantaranya salah tulisan (alamat, teks isi), nomor, dan lain-lain. Banyak sekali perubahan dalam setiap desainku yang diinginkan bos maupun konsumen. Orang-orang disini memang seleranya berbeda dengan orang Indonesia. Menurut kita bagus, belum tentu bagus menurut penilaian mereka. Kreasiku terlalu banyak dikekang, banyak diatur. Padahal seorang desain memiliki daya kreasi masing-masing. Kalau terlalu banyak diatur, mana bisa berkembang? Kreasiku sekarang ini makin terhambat.

Terus terang aku bukanlah seorang graphic designer yang mahir. Tapi aku juga punya rasa dan kreasi sendiri. Kenapa mereka tidak memberikan kesempatan kepadaku untuk berkembang? Dominasi atasan sangat besar disini. Si bos ikut juga berikan ide-idenya yang "cemerlang". Banyak sekali desain yang sebenarnya sudah disepakati pihak konsumen, eh malah si bos ingin merubah lagi. Aneh deh.

Prinsipku saat ini adalah: Isi di luar tanggung jawab desainer.

Rabu, 20 Februari 2008

Musibah Kehidupan

Persiapan memang sangat diperlukan dalam segala urusan. Karena dengan persiapan itu kita bisa menjalani kehidupan ini dengan baik, Insya Allah. Memang cuaca sekarang ini tidak tentu, terkadang panas terkadang dingin. Kemarin saja pagi hari terasa dingin tapi waktu Maghribnya terasa hangat, tidak perlu memakai jaket. Ketika shalat di masjid, kulihat hanya beberapa orang yang memakai jaket termasuk aku. Lumayan gerah sih dengan jaket tapi tanggung, tidak aku lepas.

Hari ini aku memakai jaket ketika pergi ke tempat kerja setelah Ashar. Dan pada saat Maghrib angin mulai kencang dan suhu lumayan dingin. Alhamdulillah aku pakai jaket. Kalau tidak, aku pasti kedinginan. Ya, semuanya telah aku persiapkan untuk mengantisipasi hal seperti ini.

Sayangnya tahun ini hujan tidak datang sesering tahun lalu. Musim dingin belum berakhir di negeri ini tapi suhu kadang-kadang panas, tidak tentu. Padahal tahun lalu hujan datang begitu deras menyirami negeri padang pasir ini. Hujan adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Mengapa anugerah ini belum kunjung datang di negeri ini? Awal pergantian musim beberapa waktu lalu sempat juga datang hujan tapi hanya hujan rintik-rintik.

Teman India-ku berkomentar: "Ini sesuai dengan karakter orang sini. Janji seringkali tidak ditepati. Seseorang bisa menjanjikan kepulangan pekerja ke negaranya besok. Tapi setelah keesokan harinya, dia bisa saja mengingkari janjinya tanpa alasan yang jelas. Maka hujan pun demikian." Aku tidak begitu paham dengan perkataan temanku itu. Mungkin maksudnya Tuhan memberikan pelajaran atas penduduk negeri ini. Wallahu A'lam.

Berbeda dengan kondisi di Indonesia. Sampai sekarang negeriku itu masih disuguhi hujan deras terus menerus. Banjir dan longsor terjadi di beberapa daerah yang mengkibatkan kerusakan terhadap perumahan penduduk, 100 kilometer jalur pantura rusak, dan tersendatnya pasokan makanan ke beberapa daerah akibat gelombang laut yang membahayakan kapal pengangkut. Mudah-mudahan saja segala musibah yang ada di dunia ini dijadikan peringatan bagi semua manusia. Dan semoga saja kondisi Indonesia segera membaik dalam segala aspek sehingga aku tidak perlu lagi meneruskan perantauanku ini. AMIN yaa rabb...

Rabu, 13 Februari 2008

Valentine's Day

Aku teringat kembali masa laluku ketika masih kerja sebagai operator warnet. Hari itu aku dapat bagian kerja pada waktu sore sampai malam harinya. Setiap orang dapat bagian delapan jam kerja per harinya. Buka selama 24 jam. Jadi terdapat 3 bagian jam kerja.

Seperti biasa aku melayani konsumen yang datang untuk memakai internet. Tidak terlalu banyak yang datang. Hanya beberapa pelanggan tetap saja. Bahkan ketika waktu hampir tengah malam kira-kira jam sebelas-an, konsumen sudah mulai pulang satu persatu. Maklumlah warnet tempat aku bekerja berada di lokasi yang kurang strategis. Jalan yang dilalui kendaraan hanya satu jalur dan banyak sekali warnet lainnya di sekitar itu yang menjadi saingan.

Setelah beberapa saat tidak ada konsumen sama sekali, tiba-tiba datang sekelompok orang. Aku kira mereka mau memakai internet. Ternyata mereka ingin mengedit suatu proposal event organizer. Mereka menyerahkan disket dan lembaran proposal yang telah mereka tandai untuk dikoreksi. Kemudian mereka menunggu di depan warnet yang terdapat beberapa kursi dan sebuah meja. Kulihat salah seorang dari mereka memesan nasi goreng ke pedagang yang lewat.

Mataku tertuju pada judul proposal tersebut. Terdapat kata-kata yang membuatku "alergi" semenjak dulu: Valentine's Day. Wah bagaimana aku bisa menolak mereka. Masalahku bertambah ketika bosku datang. Tambah gawat. Aku tidak mungkin menolak mereka di hadapan bosku. Untungnya dia hanya mampir sebentar untuk mengecek pendapatan dari teman yang jaga sebelum aku. Alhamdulillah. Setelah kepergiannya aku mencari jalan untuk menolak mereka secara halus.

Aku lalu memanggil salah seorang dari mereka. Dia masuk menghampiriku.
"Maaf mas saya tidak bisa melanjutkan pekerjaan ini." kataku dengan sedikit panik. Aku khawatir menyinggung perasaan orang itu.

"Kenapa ya?" tanyanya.

"Barusan saya diingatkan bos untuk menyelesaikan perkerjaan sebelumnya. Ada ketikan yang mesti saya selesaikan." kataku.

"Oh ya? Wah bagaimana nih. Saat ini mana ada rental komputer yang masih buka. Kami sudah mencari ke warnet-warnet. Mereka hanya menyediakan jasa internet. Proposal mesti kami serahkan besok pagi."

"Maaf mas, dengan terpaksa saya tidak bisa membantu."

Lalu aku menyerahkan kembali sebuah disket dan lembaran proposal itu. Orang itu keluar dengan wajah kecewa lalu menjelaskan kepada teman-temannya. Mereka berlalu. Aku merasa bersalah karena telah membohongi mereka. Mau bagaimana lagi? Dari dulu aku tidak suka dengan perayaan Valentine's Day.

Banyak sekali kenyataan bahwa perayaan tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Valentine’s Day digunakan sebagai sarana untuk melegitimasi pola kehidupan hedonisme. Dengan dalih kasih sayang, kaum hedonistik mengeksploitasi momentum hari Valentine untuk memanjakan kepuasan diri secara maksimal dengan menghalalkan segala cara.

Memang tidak dapat disangkal bahwa kasih sayang merupakan salah satu pranata sosial yang paling penting dalam kehidupan modern. Sebab dengan berkasih sayang manusia dalam melakukan interaksi sosial, akan melahirkan peradaban maju yang bertumpu pada nilai-nilai perdamaian abadi. Namun tidak sedikit karena faktor kasih sayang yang diekspresikan secara berlebihan dan non-prosedural dalam konteks moral dan religi bahkan norma, maka manusia dengan segala bentuk peradaban yang diwujudkannya, akan terpuruk dan binasa di lembah kehinaan, sebagaimana yang telah menimpa beberapa kaum di masa lampau.

Beberapa pekan kemudian. Tepatnya tanggal 14 Februari. Aku pulang dari tempat kerjaku setelah shalat Mahgrib. Hari itu aku dapat bagian kerja dari jam 10 pagi sampai jam 6 sore. Seperti biasa aku pulang menggunakan sepedaku. Lumayanlah bisa hemat uang. Tak perlu bayar ongkos. Aku melewati sepanjang jalan utama Dago yang setiap harinya ramai dengan kendaraan. Kulihat penjual bunga di sekitar lampu merah. Ada anak-anak kecil, sampai ibu-ibu tua yang menawarkan bunga-bunga itu. Aku heran, biasanya mereka berjualan pada malam Ahad saja. Dan saat itu lebih banyak penjual. Oh iya hari ini tanggal empat belas Februari, pikirku.

Lampu merah di depanku memberhentikanku. Aku melihat seorang ibu tua yang berkerudung menawarkan bunganya kepada mobil yang berhenti karena lampu merah. "Mas-mas... Beli dong bunga ini! Hari ini kan hari spesial Valentine. Buat pacar mas." katanya. Lalu seorang pemuda itu mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli bunga itu.

Aku perihatin sekali melihat ibu itu. Keadaan ekonomi memaksanya untuk berprofesi seperti itu. Mungkin dia tak tahu apa itu arti Valentine's Day sebenarnya. Dia hanya mencari nafkah untuk keluarganya. Dia adalah korban. Ya, dia salah satu korban dari budaya hedonisme yang telah menjadi trend penduduk dunia. Seandainya ibu itu tahu akan dampak buruk dari Valentine's Day, mungkin dia tidak akan mau berprofesi seperti itu. Seandainya ada seseorang yang memberikannya modal usaha, dia tidak perlu membahayakan dirinya dengan berjualan bunga di sepanjang jalan.

Bunyi klakson mobil membuyarkan lamunanku. Aku melanjutkan perjalanan. Melewati sepanjang jalan dengan membawa segenap harapan.

Kutipan: http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6340&Itemid=1

Senin, 11 Februari 2008

Blog Belum Ada Judul

Beberapa hari ini aku susah tidur. Mungkin karena rindu keluargaku. Rasa rindu memang bisa memengaruhi keadaan seseorang. Karena rindu, seseorang bisa jatuh sakit jika rasa rindunya sudah tak tertahan lagi. Rindu tidak hanya ditujukan kepada orang, akan tetapi bisa juga terhadap sesuatu yang telah hilang dalam kehidupan seseorang.

Kerinduan akan kondisi yang dinilai lebih baik dari yang dialami seseorang sekarang ini bisa mengakibatkan rasa bosan. Seperti yang aku alami sekarang ini. Selain rindu keluarga, pun rindu terhadap kondisi kerja yang aku miliki sebelumnya. Kondisi kerjaku saat ini membuat rasa bosan yang mendalam. Dulu kalau merasa bosan, aku kadang-kadang cari ketenangan. Tentunya bukan dengan narkoba (hehehe...).

Aku pergi jalan-jalan melihat pemandangan yang indah dan sejuk. Ketika tinggal di Bandung, aku kadang kala pergi ke Dago Pakar bersama sahabat-sahabatku. Tenang rasanya. Kami berjalan dari Tubagus Ismail melewati perumahan yang sedang dibangun. Masih asri alamnya. Banyak pohon-pohon rindang. Udaranya masih sejuk. Perjalanan kami cukup jauh tapi terasa menyenangkan. Melewati perkebunan, sungai-sungai kecil. Ah sungguh mengasyikan...

Wah kalau sekarang seperti apa ya perumahan itu? Mungkin sudah dihuni orang-orang yang kebanyakan dari kota. Mereka beli rumah-rumah tersebut hanya untuk beristirahat. Perumahan itu bisa dibilang villa yang jarang dihuni. Mungkin mereka datang ke villa itu waktu week end atau liburan panjang saja. Di komplek Tubagus Ismail saja banyak rumah-rumah megah yang kosong yang hanya dihuni oleh pembantunya saja. Sedangkan sang majikan sangat jarang datang ke rumah tersebut. Istilahnya sang majikan bekerja untuk menafkahi sang pembantu (hehehe...). Sang pembantu tidak terlalu berat kerjanya. Hanya menunggu rumah.

Ada juga sebagian rumah di komplek itu yang disewa oleh para mahasiswa. Kalau aku kurang bersyukur, mungkin aku akan iri jika melihat kondisi mahasiswa yang menghuni rumah-rumah itu. Kebanyakan dari mereka orang kaya. Bahkan ada rumah yang dihuni oleh mahasiswa yang kebanyakan memiliki mobil.

Harta hanya titipan belaka. Tak selamanya dimiliki manusia. Orang kaya bisa saja mendadak miskin dan sebaliknya. Kalau tidak pandai bersyukur, selamanya kita tidak akan merasa puas akan segala sesuatu yang telah kita dapatkan. Hidup di dunia ini adalah mimpi panjang. Hanya sementara. Kita akan terbangun dari mimpi ini. Hidup yang hakiki adalah setelah kematian. Kehidupan yang kekal. Tak ada akhirnya. Sudah siapkah kita terbangun dari mimpi panjang ini? Harta tidak akan dibawa. Hanya amalan saja yang menjadi penentu nasib kita di kehidupan nanti.

Sabtu, 09 Februari 2008

Imajiner

Hari ini di ruangan itu. Kalian telah membuatku tersipu, tak kusadari. Padahal siapa yang lihat aku? Hanya karena kata-kata yang terus berjalan di monitor hadapanku, aku bisa tersipu malu. Aneh ya. Ya begitulah... Kalian telah menjadi bagian dari perjalananku. Kadang kalian membuatku tertawa, menangis, kecewa, MARAH. Dan yang terakhir aku rasakan hari ini, tersipu.

Kalian adalah teman-teman imajinerku yang menyertai hari-hariku. Kalian adalah hidup dalam dunia imajiner yang tak kusangka mempengaruhi dunia nyataku. Apakah ini sebuah penyakit? Tak tahulah... Aku masih normal. Aku masih sehat. Aku tidak gila. Hmmm... apa benar aku tidak gila? Gila? Apakah itu? Apa karena berbeda dengan orang lain dikatakan gila? Aku memang beda. Dan aku sadar akan perbedaan yang aku miliki. Kalau masih sadar berarti masih waras ya? Tak tahulah...

Kuputuskan untuk berhenti mengunjungi dunia yang kalian huni. Dunia imajiner. Namun jari-jariku tak kuasa menahan beban rindu. Jari-jariku ingin selalu menari-nari di atas keyboard. Dalam alunan kata-kata yang dilantunkan pikiranku. Pun perasaanku. Kadang jari-jariku dengan angkuhnya menginjak-injak huruf demi huruf. Bukan lagi tarian. Mungkin ketidakberdayaan atas aliran kata-kata yang cukup memuakkan. Yang terus mengalir lewat layar. /clear /clear /clearall

Jika jariku punya kuasa, maka kick adalah senjata yang ampuh. Mungkin ban. Senjata jika kalian telah menjajahi pikiran dan perasaanku. Ku akui, kadang aku buat guyonan dengan kick. Bukan sebagai senjata. LOL

Terima kasih karena kalian selalu hadir menemani hari-hariku. Walau beda tempat dan waktu. Namun kita satu ruang dalam ruang maya, dunia imajiner. Kalian membuatku tertawa, menangis, kecewa, MARAH. Dan yang terakhir aku rasakan hari ini, TERSIPU. T E R S I P U . . .

Senin, 04 Februari 2008

Koneksi Gratis!!!

Blog kali ini ditulis dengan menggunakan koneksi gratis alias cuma-cuma. Heran, padahal pulsa di bawah 1 riyal tapi masih bisa koneksi internet. Huehuehue. Tapi kekurangannya koneksi hanya beberapa menit saja. Kalau mau melanjutkan, mesti disconnect dan reconnect lagi :P

Lumayanlah daripada mengisi pulsa terus menerus. Wah aku kok pake bahasa baku terus ya? :D Mantaplah koneksi gratis... Apalagi dulu walopun ada pulsa tapi bisa chatting gratis sampe berjam-jam euy! Dulu pulsa gak berkurang lho kalo cuman buat chatting aja. Gak tau neh... Jaringan Aljawal masih banyak yang kurang dalam sistemnya kale...

Jumat, 01 Februari 2008

I Miss You Indonesia!

Alhamdulillah tinggal 6 bulan lagi selesai kontrak kerjaku. Aku kangen deh sama orang-orang Indonesia, hiks hiks hiks... Apa sekarang kondisi Indonesia memberi harapan yang lebih baik lagi buatku? Atau aku mesti menambah kontrak kerjaku karena peluang kerja di Indonesia tak jauh berbeda sebelum waktu aku kesini? Aku tak tahu...

Life is going on...