Tampilkan postingan dengan label politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label politik. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Mei 2008

Gus Dur Raih Medali Perdamaian



Minta AS Tak Berpangku Tangan Hadapi Fundamentalis

JAKARTA - Pengakuan internasional terhadap KH Abdurrahman Wahid sebagai tokoh yang memiliki dedikasi tinggi dalam menyuarakan toleransi dan dialog antaragama kembali diperlihatkan.


Minggu lalu, misalnya, kiai yang biasa disapa Gus Dur itu menerima medal of valor atau medali kesatria dari Yayasan Simon Weisenthal di Amerika Serikat atas komitmen perdamaiannya itu.


"Penghargaan itu diberikan atas jasa Gus Dur memperjuangkan pesan perdamaian dan toleransi di dunia," kata Ali Masykur Musa, ketua umum DPP PKB versi MLB Parung, di Kantor DPP PKB, Jalan Kalibata, Jakarta Selatan, kemarin (14/05). Gus Dur berada di AS sejak 4 Mei lalu dan baru kembali ke tanah air Rabu kemarin.


Acara penyerahan penghargaan di Los Angeles itu berlangsung meriah dan dihadiri lebih dari seribu orang. Tak terkecuali sejumlah tokoh papan atas Hollywood, seperti sutradara film The Da Vinci Code Ron Howard, penguasa studio film DreamWorks Jeffrey Katzenberg, dan aktor Will Smith.


"Pidato Gus Dur mendapatkan standing ovation (aplaus sambil berdiri, Red) dan banyak orang menitikkan air mata," jelas Ali Masykur.


Selain menerima medali perdamaian, Gus Dur sempat mengadakan pertemuan dengan sejumlah senator terkemuka di Amerika Serikat. Misalnya, anggota senior Komite Hubungan Internasional Kongres AS Robert Wexler yang pernah mengusulkan agar Presiden SBY mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian tahun 2006 dan Ketua Kaukus Anti Terorisme Kongres AS Sue Myrick.


Ada juga Joe Rockefeller dan Christopher Bond, dua senator yang sangat berpengaruh menentukan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. "Mereka ikut menentang invansi negaranya ke Iran," imbuh Sekjen DPP PKB Yenny Wahid.


Gus Dur menyampaikan, dirinya juga sempat berdialog dengan Wakil Presiden AS Dick Cheney di Gedung Putih, Washington DC. Seperti ketika berbicara dengan para senator, dia juga berusaha meyakinkan para pengambil keputusan di AS agar tidak berpangku tangan menyikapi gejala menguatnya kelompok fundamentalis.


"Saya minta AS jangan kayak sekarang. Mereka harus lebih jelas sikapnya," ujarnya. Tentu penyikapan itu tidak diterjemahkan sebagai aksi kekerasan atau invasi. Menurut Gus Dur, kelompok fundamentalis cenderung mengajak umat untuk menghadap-hadapkan Islam dengan kelompok yang lain. "Saya termasuk yang menginginkan terjadinya dialog antaragama," tegasnya. (pri/mk)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=341648

Sabtu, 26 April 2008

RI-Inggris Kerja Sama Militer

JAKARTA (SINDO) – Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris dan TNI mengadakan pertemuan membahas keamanan di kawasan Asia Pasifik.


Pertemuan dilakukan Panglima Angkatan Bersenjata Inggris Marsekal Sir Jock Stirrup, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, dan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso di Jakarta kemarin. Jock Stirrup mengatakan, perbincangan selama satu jam tersebut membicarakan beragam kerja sama yang akan digagas kedua negara.


Fokus pembicaraan terutama persoalan keamanan di kawasan Asia Pasifik. ”Kerja sama kedua negara sangat penting, banyak tempat yang sangat berbahaya, sehingga kita harus bisa menghadapinya,” ujar Jock Stirrup.Dalam perspektif Kerajaan Inggris, kerja sama antara Inggris dan Indonesia adalah sinergi yang saling membutuhkan.


Apalagi, Indonesia telah melakukan banyak hal di kawasan Asia Pasifik dalam menjaga stabilitas. Sementara Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengatakan, dalam kunjungan balasan ini dibicarakan upaya mengonkretkan kerja sama antarkedua negara.


”Kami membicarakan peningkatan dan perluasan kerja sama militer, pendidikan, dan pelatihan. Kesepakatan yang telah dibuat akan ditindaklanjuti dengan membuat program bersama secara konkret,” katanya. (amril)


Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/ri-inggris-kerja-sama-militer.html

Kamis, 17 April 2008

Barak Obama, "Saya Akan Melakukan Apapun untuk Israel"



Kandidat presiden AS dari Partai Demokrat Barak Obama kembali menegaskan dukungan penuhnya terhadap Israel. Ia megatakan, jika terpilih sebagai presiden, ia akan sekuat tenaga membantu Israel dari ancaman apapun dan akan menolak semua resolusi anti-Israel di PBB.


Menurut para juru kampanyenya, Obama mengungkapkan hal tersebut dalam kunjungan ke sebuah sinagog di Philadelphia. Pada para pendukungnya di sana, Obama menyatakan bahwa dirinya adalah sahabat bagi komunitas Yahudi dan Israel.


"Sebagai presiden, saya akan melakukan apapun yang saya bisa untuk membantu melindungi Israel... Kami yakinkan bahwa Israel bisa mempertahankan diri dari setiap serangan, apakah itu datang dari tempat sedekat Ghaza atau sejauh Teheran, " kata Obama seperti dikatakan para juru kampanyenya.


Ia menolak disebut bahwa dukungannya terhadap Israel bermotifkan politik, tapi karena "keunikan posisinya" untuk membantu Israel.


Ditanya soal status Yerusalem- wilayah Palestina yang dirampas Israel pada masa perang Arab-Israel tahun 1967-Obama menyatakan bahwa ia menyerahkan keputusannya pada pihak-pihak yang terkait. Namun ia menegaskan bahwa mengembalikan status Yerusalem seperti pada masa sebelum perang tahun 1967, merupakan pilihan yang tidak bisa diterima. Obama sekali lagi menegaskan, bahwa Israel harus tetap menjadi negara Yahudi serta menolak hak kembali warga Palestina ke tanah airnya. (ln/al-arby)


Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/int/8417164852-barak-obama-quotsaya-akan-melakukan-apapun-israelquot.htm

Selasa, 15 April 2008

Markas Hade Dibom Molotov

BANDUNG - Proses pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Barat diwarnai aksi tak terpuji. Kemarin markas pasangan Hade (Ahmad Heryawan-Dede Yusuf), yakni Kantor DPD PKS Kabupaten Bandung, di Jl Ketapang, dilempari bom molotov.


Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 13.00. Ketika itu tujuh pengurus DPD PKS menghitung ulang suara Pilgub Jawa Barat (Jabar) di ruang dokumen C1. Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara percikan api dari luar kantor. "Ternyata api sudah besar dan membakar tiga motor kami, selang air dan spanduk Hade," kata Idan, salah satu pengurus DPD PKS.


Begitu kejadian, beberapa pengurus langsung keluar kantor. Mereka melihat pelempar bom molotov hendak melarikan diri. Sayang, upaya pelaku gagal. Vespa yang dikendarainya ngadat. Tanpa berpikir panjang, si pelaku langsung diamankan.
Tersangka yang belakangan diketahui bernama Didin Tajudin, 28, warga Kampung Cinangka RT 04/7, Desa Margaluyu, Kecamatan Anjarsari, Kabupaten Bandung tersebut, tak melawan saat ditangkap. Bahkan, saat diinterogasi, lelaki berbadan sedang itu lebih memilih diam. "Selanjutnya, kami serahkan ke Polsek Katapang untuk ditindaklanjuti," kata Idan.


Saksi mata lain, Aten Katapang, pemilik toko di seberang kantor PKS menuturkan, saat kejadian, dia melihat tersangka linglung.


"Kejadian ini sangat singkat. Awalnya saya melihat pelaku mondar-mandir di luar kantor. Tapi, saya tak memedulikannya, karena di kantor PKS selalu banyak orang. Namun, setelah melihat kobaran api, saya baru tahu," terangnya.


Setengah jam setelah kejadian, Kapolres Bandung AKBP Ahmad Dofiri tiba di lokasi. Anggota polisi langsung mengamankan lokasi untuk pengusutan dengan memasang police line. Setelah meninjau lokasi dan meminta keterangan saksi mata dan pengurus partai, ia menuju ke Mapolsek Katapang untuk menemui tersangka yang sedang diinterogasi.


Dari hasil pengembangan sementara diketahui bahwa tersangka mengaku melakukan aksi tersebut atas inisiatif sendiri. "Ini tidak direncanakan. Tersangka mengaku atas inisiatif sendiri," kata Ahmad di Mapolsek Ketapang.


Dia menjelaskan, inisiatif tersebut didapatkan saat berjalan-jalan dengan kedua temannya. "Di tengah jalan, tersangka kecewa atas Pilgub Jabar. Kemudian, dia dan temannya menuju kantor DPD PKS dan ingin membakar kantor PKS. Dia juga mengaku tidak ada yang menyuruh," tambah Ahmad.


Di bagian lain, Wakapolda Jabar Brigjen Pol Supriyadi Usman juga terjun ke lokasi kejadian. Suprihadi mengatakan, tindakan yang dilakukan pelaku tidak dikenal di kantor PKS itu terkait dengan Pilgub Jabar. "Ini terkait dengan Pilgub Jabar," kata Supriyadi usai menemui tersangka di Mapolsek Ketapang, Bandung.


Ketua tim sukses Hade Kabupaten Bandung Arifin Sobari mendesak aparat keamanan mengusut persoalan ini sampai tuntas. "Kami yakin di balik serangan ini ada aktor di belakangnya," ungkap Arifin geram.



Pasangan Hade Masih Unggul


Hingga hari kedua pelaksanaan Pilgub Jabar kemarin (14/4), Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat masih memproses perhitungan sementara perolehan suara para calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub).


Pemantauan Radar Bandung (Grup Jawa Pos) kemarin hingga pukul 17.17, perhitungan sementara menunjukkan pasangan nomor urut satu Danny Setiawan-Iwan Ridwan Sulandjana (Dai) mendapatkan 621.443 suara (26 persen). Nomor urut dua Agum Gumelar-Nu�man Abdul Hakim (Aman) memperoleh 815.555 suara (34 persen). Terakhir, pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (Hade) memperoleh 933.324 suara (39 persen). Berarti, untuk sementara pasangan ini masih unggul dibanding dua calon lain.


Jika berdasarkan data versi KPU Jabar kemenangan Hade masih belum pasti, menurut quick count beberapa lembaga survei, pasangan tersebut sudah dinyatakan menang.


Anggota KPU Jabar Ferry Kurnia Rizkiansyah mengatakan, sejak kemarin data yang masuk baru 10 persen atau sekitar 2,5 juta suara. Menurut dia, proses perhitungan dilakukan KPU sesuai prosedur yang berlaku dengan mengunakan sistem manual dan bertahap.


"Lamanya perhitungan suara karena memang kami menjalankan sesuai prosedur yang ditetapkan. Mudah-mudahan, antara 22 atau 23 April mendatang, perhitungan sudah selesai sehingga KPU langsung mengumumkannya kepada publik," terangnya.



Versi Lain, Agum Unggul


Berdasarkan informasi yang diperoleh Radar Bandung dari tabulasi posko Agum Gumelar-Nu�man Abdul Hakim (Aman) sampai pukul 13.00, pasangan nomor urut dua ini tetap menduduki urutan pertama dengan perolehan 6.278.070 suara atau 38,03 persen. Kemudian disusul nomor urut tiga Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (Hade) dengan perolehan 5.986.057 atau 36,26 persen. Terakhir, pasangan nomor urut satu Danny Setiawan-Iwan Ridwan Sulandjana (Dai) dengan perolehan 4.242.364 suara atau 25.70 persen.(aol/dni/jpnn/kum)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10316

Senin, 14 April 2008

Perjalanan Penuh Liku Dede Yusuf Menuju Kursi Wagub Jawa Barat

Untuk Biaya Kampanye, Gadaikan Vila di Puncak

Perjalanan aktor Dede Yusuf hingga dicalonkan sebagai wakil gubernur dalam pilkada Jawa Barat mendampingi Ahmad Heryawan penuh liku. Dia pernah diremehkan internal partainya. Selain itu, dua kali namanya ditolak ketika ditawarkan kepada calon lain.


ADANG D. BOKIN, Jakarta


Siapa yang tak kenal Dede Yusuf. Namanya cukup populer. Selain sebagai bintang sinetron dan layar lebar, putra artis senior Rahayu Effendi itu juga dikenal sebagai bintang iklan obat sakit kepala.


Aktivitasnya merambah dunia politik setelah terpilih menjadi anggota DPR dari PAN untuk periode 2004-2009. Di DPR, dia duduk di komisi VII yang membidangi energi, sumber daya mineral, riset dan teknologi, serta lingkungan hidup.


Di kalangan wartawan, sosok Dede dikenal ramah. Meski kerap membintangi sinetron dan film bertema laga, sikap sehari-harinya tidak mencerminkan sebagai bintang laga. Tutur kata pemegang dan-IV taekwondo itu sopan dan halus.


Ketika namanya mulai masuk dalam bursa cawagub (calon wakil gubernur) di pilkada Jawa Barat, banyak orang meremehkan. "Yang meremehkan dia bahkan dari internal partai sendiri," ungkap salah seorang aktivis PAN yang mengaku kerap di-curhat-i Dede.


Banyak pengurus PAN, mulai pusat sampai daerah, menganggap Dede hanya mencari sensasi. Bahkan, ada yang mengungkit-ungkit latar belakang akademis Dede yang drop out dari Fakultas Teknik Universitas Trisakti Jakarta.


"Pukulan telak dirasakan dia (Dede) ketika Ketua MPP PAN Amien Rais secara terbuka menyatakan tidak mendukung Dede," katanya.


Amien, tutur dia, justru merestui Iwan Sulandjana (pasangan Danny Setiawan). Kata Amien waktu itu, Dede dianggap tidak pantas memimpin Jawa Barat. Ketua MPP PAN Jawa Barat Amir Mahfud juga terang-terangan mendukung Dany Setiawan-Iwan Sulandjana.


Satu hal yang membesarkan Dede saat itu, dia didukung oleh Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir. Pria yang akrab disebut dengan inisial SB itu sejak awal all out mendukung pencalonan Dede. "Di jajaran DPP, tinggal saya sendirian yang mendukung Dede," kata SB suatu ketika.


Banyak pengurus DPP PAN yang menilai Dede tidak punya kecakapan. Selain itu, dia diremehkan karena dianggap tidak punya dana kampanye.


Sehari menjelang pencoblosan, ada kader PAN di Ciamis -daerah asal Dede Yusuf- yang mengirim SMS (pesan singkat). Isinya:
"Saya dari DPC Ciamis, kalau nggak punya uang tak usah nyalon. Kami kapok".


Dede mengakui, dia maju sebagai cawagub bukan karena punya modal banyak uang. Dia maju semata-mata untuk merespons suara masyarakat, khususnya kawula muda dan ibu-ibu. "Jangankan anggaran kampanye, uang saksi saja tak ada. Saya tak punya saksi di TPS-TPS karena tak bisa bayar saksi," ucap pria kelahiran 14 September 1966 itu.


Dana saksi sebenarnya tidak besar, Rp 50 ribu per orang. Tapi, kalau dikalikan seluruh TPS di Jawa Barat, dibutuhkan sekitar Rp 3,4 miliar.


Untuk mendanai kampanyenya, Dede mengaku terpaksa menggadaikan sebuah vilanya di Puncak, Bogor. Untung, SB tidak hanya menyokong habis-habisan secara politis. Pengusaha asal Pekalongan itu juga menggelontorkan uang untuk mendukung kemenangan kadernya.


"Saya menitipkan sebagian dana zakat ke Dede Yusuf untuk disampaikan ke masyarakat," kata SB.


Zakat titipan SB itu, saat keliling Jawa Barat, oleh Dede diberikan kepada fakir miskin, yatim piatu, yayasan-yayasan sosial, dan lembaga keagamaan.


"Oleh SB, kami (Heryawan-Dede, Red) ini disebut calon duafa. Tapi, doa para duafa itulah justru yang mendorong kemenangan kami," ujar Dede.


Yang meremehkan Dede tak hanya politisi di partainya. Dua calon gubernur yang bertarung dalam pilkada Jabar (Danny Setiawan dan Agum Gumelar) juga tak memasukkan Dede ke dalam hitungan. Itu dibuktikan saat pencarian pasangan sebelum mendaftar ke KPU Jabar. Ceritanya begini.


Setelah mengantongi surat keputusan (SK) sebagai cawagub dari DPP PAN, hampir dua bulan lamanya Dede belum menemukan jodoh. SB sempat mengontak Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla untuk menawarkan Dede agar dipasangkan dengan Danny Setiawan yang diusung Golkar.


"Silakan Kak Ucu tanya lembaga survei, Danny akan sulit menang kalau tidak berpasangan dengan Dede Yusuf," begitu SB mengontak Kalla, seperti ditirukan sumber yang sangat dekat dengan SB.


Saat itu Kalla menjawab akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan Danny. Belakangan Wapres menolak secara halus tawaran SB. Alasannya, polling Dede rendah sehingga tidak bisa dipasangkan dengan Danny. Kalla malah mengajak SB agar PAN mendukung Danny-Iwan Sulandjana.


SB tak patah arang. Dia kemudian mempertemukan Dede dengan Agum Gumelar di Hotel Dharmawangsa. Di hadapan SB, Agum mengaku senang berpasangan dengan Dede karena yakin menang. Tapi, setelah pertemuan itu, tak ada kabar berita dari Agum.


Belakangan Agum lebih memilih Nu’man dari PPP. Dede dianggap tidak menjual karena hanya berlatar belakang artis. Padahal, yang dibutuhkan Agum adalah tokoh yang berpengalaman di pemerintahan.


Ditolak Danny dan Agum, SB lalu mengontak Presiden PKS Tifatul Sembiring. Dia menawarkan Dede berpasangan dengan Ahmad Heryawan. "Ustad, saya yakin pasangan muda ini akan menang," begitu SB merayu Tifatul.


Awalnya, Tifatul mengaku tak bisa menerima Dede karena Heryawan sudah diberi harapan akan berpasangan dengan Danny. Tifatul menolak halus dengan mengatakan bahwa usul SB mendadak, sedangkan pencalonan di PKS sudah berlangsung jauh hari sebelumnya.


Belakangan, sikap PKS berubah 180 derajat setelah Heryawan ditendang Danny. Dengan mediator Chandra Wijaya dan Adang Durahman, beberapa hari sebelum pendaftaran ke KPUD, Heryawan dan Dede bertemu. Setelah itu, keduanya menghadap SB di Hotel Grand Mahakam, Jakarta Selatan.


Dalam pertemuan tersebut, disepakati koalisi PKS-PAN. Yang sempat dipersoalkan dalam koalisi itu, siapa yang akan menjadi cagub? SB bingung memutuskan. Dilihat dari umur, Heryawan maupun Dede sama-sama 41 tahun. "Tapi, saya tiga bulan lebih tua lho," ujar Heryawan saat itu.


"Karena Heryawan lebih tua, Anda yang cagub. Dede harus rela menjadi cawagub saja," ujar SB kepada kedua calon tersebut. Heryawan dan Dede hanya tertawa. Keduanya lalu bersalaman dan menyatakan siap maju dalam pilgub lewat paket Heryawan-Dede dengan singkatan Hade. Akhirnya, pasangan tersebut berhasil unggul sementara. Semua versi quick count memenangkan pasangan tersebut. Begitu juga, data terakhir di KPU Jabar. (kum)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10311

Pasangan Muda Menang

HADE MENANG: Pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf setelah hasil quick count yang mengunggulkan mereka diumumkan kemarin.

Pilgub Jabar, Kalla Ucapkan Selamat ke Ahmad Heryawan - Dede Yusuf

JAKARTA - Jawa Barat bakal mempunyai gubernur baru. Hasil pemilihan gubernur yang berlangsung kemarin menempatkan pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (Hade) unggul. Semua lembaga yang melakukan quick count (penghitungan cepat) menunjukkan pasangan yang diusung duet PKS-PAN itu sebagai pemenang.


Hasil (lihat grafis) tersebut sangat mengejutkan. Sebab, sebelum pencoblosan, berbagai polling menyatakan bahwa pasangan paling populer adalah Agum Gumelar-Nu’man (Aman) yang diusung PDIP dan PPP. Tapi, perolehan suara pasangan itu sementara tertinggal dari Hade.


Di lihat dari basis politik, keunggulan Hade itu di luar "matematika" politik. Jawa Barat adalah basis Golkar di Pulau Jawa. Tapi, dalam pencoblosan kemarin, suara yang diraih pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulandjana (Da’i) justru tertinggal jauh. Padahal, Danny adalah incumbent gubernur.


Walaupun kalah di basisnya, Golkar sudah legawa menerima hasil itu. Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla sudah melempar handuk dengan mengucapkan selamat kepada pasangan Hade. Menurut Ketua DPP PKS Bidang Humas Ahmad Mabruri, Kalla sudah memberikan ucapan selamat kepada Presiden PKS Tifatul Sembiring lewat SMS.


"Sdr Tifatul, Ass ww. Selamat atas kemenangan Hade di Jabar. Wass JK," kata Mabruri menirukan isi pesan singkat itu kemarin malam. Menurut dia, ucapan selamat tersebut bisa diartikan sebagai pengakuan Kalla atas kekalahan kadernya dalam pilgub Jabar, yakni Danny Setiawan.


Kemenangan Hade itu benar-benar di luar perhitungan. Mereka hanya dianggap sebagai underdog. Buktinya, Heryawan maupun Dede pernah ditolak Danny Setiawan saat melamar posisi calon gubernur. Mereka juga ditolak Agum Gumelar.


Saat berkampanye pasangan Hade selalu memunculkan isu pemimpin muda dan perubahan. Maklum, keduanya sama-sama berusia 41 tahun. Jauh lebih muda daripada saingannya. Danny menapak usia 58 tahun, sedangkan pasangannya, Iwan, 55 tahun. Sedangkan Agum berusia 63 tahun, sedangkan pasangannya, Nu’man, 53 tahun.


Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai, kekalahan Danny Setiawan lebih dipengaruhi faktor kekecewaan masyarakat terhadap calon incumbent itu. Sosok Agum Gumelar juga dianggap sebagai bagian dari wajah lama. "Siapa pun calon di luar mereka berdua (Danny dan Agum, Red) memang bisa menang asalkan populer dan mesin politiknya bisa mengakselerasi," katanya.


Apalagi, jelas dia, Hade benar-benar terlihat sebagai figur muda. "Jadi, pemilih pemuda mungkin ngeblok ke mereka," ujarnya.


Di luar itu, mesin politik Golkar dan PDIP tidak begitu berjalan. Padahal, kata Qodari, perolehan suara Partai Golkar di Jawa Barat mencapai 29,4 persen dan PDIP 16,7 persen pada Pemilu 2004. Sementara itu, PKS berada di posisi ketiga dengan perolehan suara 11,4 persen. Kemudian, PPP memperoleh 9,9 persen dan Partai Demokrat meraup 8,3 persen suara.


"Seperti biasa, saya dengar PKS memang lebih aktif," ungkapnya. Karena itu, mereka bisa mengangkat popularitas Hade yang awalnya jauh di bawah popularitas dua pasangan lainnya.


Sekjen PDIP Pramono Anung juga melihat fenomena kaum muda yang mendongkrak pasangan Heryawan-Dede. "Masyarakat memang menaruh harapan pada orang muda," tegas Pram, panggilan Pramono.


PDIP, kata dia, akan melakukan evaluasi menyeluruh atas kekalahan jagonya, Agum-Nu’man. Sebab, setelah Jabar, masih akan berjalan pilgub lain di sejumlah daerah, seperti Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan Bali.


Di tempat terpisah, Presiden PKS Tifatul Sembiring menuturkan, sejak awal, partainya memang fokus menyosialisasikan Hade di sejumlah kabupaten-kota yang terbukti menjadi kantong massa PKS. Misalnya, Bekasi, Cianjur, Kota Bandung, Sukabumi, Depok, dan Bogor. "Di situ, pilkada bupati atau wali kota juga dimenangkan PKS," katanya.


Dia membantah bahwa dalam masa kampanye, sosok Dede Yusuf dianggap lebih ditonjolkan daripada Ahmad Heryawan. "Keduanya sama-sama kami tonjolkan," tegasnya.


Tifatul menyebutkan, sosok Ahmad Heryawan cukup dikenal di Bandung sebagai Ketum Persatuan Umat Islam (PUI) yang model politiknya mirip Masyumi. Namun, PUI tidak menganut politik aliran. Sebab, anggotanya berasal dari berbagai golongan. "Popularitas PUI di Jabar itu mirip NU di Jatim," ungkapnya.


Sementara itu, kata dia, Dede Yusuf cukup familier di kalangan anak muda. "Jadi, keduanya merupakan kombinasi yang cukup menarik," ujarnya.


Pengamat politik dari The Habibie Center Andrinof A. Chaniago berpandangan, kemenangan Hade mengindikasikan besarnya kerinduan masyarakat kepada tokoh-tokoh baru dan menguatnya rasa jenuh terhadap status quo. Padahal, Hade tidak mempunyai pengalaman sama sekali dalam pemerintahan. "Masyarakat hanya ingin suasana baru, walaupun tidak ada jaminan suasana baru itu akan terwujud dengan terpilihnya sosok baru," ungkapnya.


Menurut dia, politisi harus memetik pelajaran berharga dari pilgub Jabar. "Posisi incumbent atau besarnya pengikut partai terbukti tidak bisa diandalkan," tegasnya.


Sementara itu, mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung menilai kekalahan calon Golkar di Jawa Barat merupakan bukti buruknya konsolidasi para elite di tingkat pusat. Hal tersebut, menurut dia, sangat berpengaruh pada kinerja kader Partai Golkar di tataran akar rumput.


Padahal, tambah mantan menteri perumahan rakyat itu, dari komposisi pemilihan cagub dan cawagub, pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana sangat ideal. "Yang satu incumbent dan pasangannya dari latar belakang TNI cukup bagus," jelasnya. Karena itu, Akbar menyimpulkan kekalahan tersebut sebagai kegagalan pimpinan Partai Golkar memotivasi kader di daerah untuk bekerja keras. (pri/cak/jpnn/mk/tof)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10315

Senin, 31 Maret 2008

Harus Terukur secara Hukum

Senin, 31 Mar 2008,


Rumusan Capres Tak Tercela di RUU Pilpres Perlu Disempurnakan
JAKARTA - Persyaratan capres tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang diatur UU No 23/2003 tentang Pilpres dinilai terlalu normatif. Akibatnya, aturan yang mengategorikan judi, mabuk, penggunaan narkoba, dan zina sebagai perbuatan tercela itu menjadi kurang aplikatif.

Sejalan dengan perumusan RUU Pilpres yang baru di DPR, kini berkembang wacana di sejumlah fraksi untuk menyempurnakan rumusan tersebut.

"Penggunaan klausul apa pun dalam undang-undang harus definitif dalam terminologi hukum," kata Ketua FPKS Mahfudz Siddiq di Jakarta kemarin (30/03).

Salah satu alternatif rumusan yang ditawarkan FPKS adalah tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang mendapatkan sanksi pidana. Menurut dia, tanpa menggunakan pendekatan hukum, aturan mengenai perbuatan tercela akan terasa samar dan bias. Bahkan, berpotensi memicu munculnya fitnah.

"Perbuatan tercela bukan sekadar tuduhan, tapi harus bisa dibuktikan di hadapan hukum," tegas Mahfudz.

Tapi, apakah tetap harus menggunakan klausul tidak pernah? Bukankah kita hendak memilih presiden, bukan malaikat? "Kalau ingin menjaga posisi presiden betul-betul sakral, kita tetap harus menggunakan klausul tidak pernah," jawabnya. Dengan demikian, imbuh dia, setiap orang, khususnya yang berniat menjadi pemimpin, secara sadar akan menata hidupnya sejak dini.

Secara terpisah, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung juga meminta syarat itu tetap dipertahankan. Menurut dia, pemimpin harus orang yang benar-benar terpilih. Sebab, persoalan negatif yang melekat pada diri pemimpin pasti akan berimbas kepada negara.

"Tapi, supaya tidak normatif, multitafsir dan memicu fitnah, ukurannya perlu diperjelas," kata Pram, demikian dia akrab disapa.

Untuk itu, Pram mendukung penyempurnaan klausul syarat tersebut dengan memasukkan unsur pembuktian hukum. "Kita memang tidak sedang memilih malaikat. Karena itu, patokannya harus hukum," ujarnya. (pri/mk)

Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=333531

Sabtu, 29 Maret 2008

Obama ”Ancam” keluar Gereja

Sabtu, 29 Mar 2008,

NEW YORK - Bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Barack Obama "mengancam" akan keluar dari gereja, tempat dia beribadah sejak lama, jika Pastur Jeremiah A. Wright, tidak mundur atau meminta maaf. "Saat ini saya merasa tidak nyaman lagi berada di gereja tersebut," katanya dalam acara talk show di stasiun televisi ABC 25 Maret lalu.

Rasa tidak nyaman dan "ancaman" Obama itu muncul menyusul komentar pedas Wright kepada pemerintah AS. Dalam sebuah ceramahnya, pastur itu mencela AS dengan ungkapan God damn America (Sialan kamu, Amerika).

Pastur yang dikenal anti-AS itu juga menyebut kebijakan luar negeri negeri itulah yang membuat berkembangnya terorisme internasional. Selain itu, dia juga menuding AS sengaja menyebarkan AIDS untuk menghancurkan bangsa kulit berwarna di dunia. Komentar pedas Wright itu dimanfaatkan kubu Hillary Clinton - rival Obama - untuk menyerangnya.

Meski saling serang, Obama dan Hillary sepakat untuk saling dukung setelah calon terpilih ditentukan lewat konvensi nasional Partai Demokrat 25-28 Agustus mendatang. "Ketika persaingan ini berakhir dan kita memiliki calon kuat, kita akan menutup pertempuran ini dan kembali bersatu," ujar Hillary.

Hal senada juga dikatakan Obama, kepada salah stasiun televise berita ABC News. Kekalahan dalam pertarungan menuju pilpres bagaimana pun juga adalah kekalahan yang memalukan karena masing-masing dari mereka memiliki pendukung yang kuat, "Harus ada sebuah kerja sama untuk yang terpilih agar membawa partai bersama kembali," ujar Obama. (AFP/AP/tik/ruk)

Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=333272

Rabu, 26 Maret 2008

Mendobrak Sistem Monarki dengan Demokrasi

Rabu, 26/03/2008


Kematangan seorang pemimpin tidak bisa diukur dari usia.Pada usianya yang sangat muda,Raja Jigme Khesar mampu membuat rakyatnya bangga.


BETAPA tidak,Jigme Khesar Namgyal Wangchuck, 28, mampu mendobrak monarki kerajaan Bhutan menjadi monarki konstitusional tanpa harus ketakutan akan kehilangan kekuasaan. Khesar, panggilan akrabnya, merobohkan ”tembok” monarki absolut yang sudah berlangsung 100 tahun dengan menggelar pemilihan umum yang pertama kali dalam sejarah Bhutan.


Dia juga menjadikan Bhutan dijuluki sebagai negara demokrasi paling muda di dunia. Kini, dialah raja yang membawa masa depan demokrasi bagi negaranya. Khesar juga menyarankan kepada seluruh rakyatnya untuk memberikan suara dalam pemilu. Sebab, pemilu diyakini akan membawa negeri di Pegunungan Himalaya ini sebagai negara demokrasi.


”Adalah suatu kebanggaan dan percaya diri bagi seluruh rakyat bisa melaksanakan proses demokrasi,”ujarnya. Khesar melanjutkan apa yang disebut konsep kebahagiaan nasional bruto (GNH) yang digagas ayahnya,Raja Jigme Singye Wangchuck. GNH bersumber dari pertumbuhan ekonomi yang diseimbangkan dengan sikap menghormati tradisi dan lingkungan.


Selain itu,GNH juga menganggap kebahagiaan mengacu pada spiritualitas yang merupakan masalah penting bagi rakyat Bhutan yang sebagian besar memeluk agama Buddha. Khesar mengaku akan mengembangkan sistem demokrasi supaya berjalan beriringan dengan GNH. Dia menganggap kedua sistem tersebut akan memperkuat negaranya menjadi sebuah sistem negara demokrasi yang baru. ”Demokrasi dan GNH akan mengukuhkan perdamaian dan keamanan di negara kita menuju negara yang berdaulat penuh,”ujarnya.


Di samping itu, Khesar yakin perpaduan demokrasi dan GNH akan memperkuat sistem dan fondasi ekonomi negaranya. Khesar juga menyarankan warganya tetap bekerja keras walaupun tingkat kemakmuran di negeri berpenduduk 660.000 itu sudah bisa dicapai. ”Demokrasi tanpa dukungan ekonomi negara yang kuat, justru akan menghancurkan demokrasi itu sendiri,” ujarnya. Pada 16 Maret lalu,Khesar masuk dalam 245 pemimpin muda berpengaruh di dunia atau Young Global Leaders 2008 oleh World Economic Forum (WEF) yang berbasis di Jenewa,Swiss.


Khesar masuk kategori itu karena dinilai sebagai sosok pemimpin yang mampu menunjukkan kemampuannya pada masa depan untuk menghadapi tantangan. Dia juga bertindak sebagai katalis untuk melahirkan inisiatif bagi kepentingan masyarakat global. WEF menilai Khesar mendedikasikan waktu untuk mencari solusi menghadapi tantangan global dan menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk bekerja sama membangun masa depan yang lebih baik.


Khesar dipandang sebagai pemimpin muda inisiatif, berkembang, dan memberikan angin segar bagi perubahan negaranya. Sebagai pemimpin, Khesar melancarkan diplomasi luar negeri yang progresif. Dia mengikutsertakan Bhutan dalam berbagai kerja sama budaya, pendidikan, dan ekonomi. Dia juga menjalin kerja sama dengan berbagai negara untuk memperkuat tatanan demokrasi.


Di tingkat regional,dia membangun kerja sama pakta pertahanan dengan India pada 2007. Khesar ingin menegaskan pada dunia internasional bahwa negaranya tidak bisa dipandang remeh karena wilayahnya kecil, hanya 47.500 km2. ”Negara kita kecil, tapi kuat,”ujarnya. Dia mengatakan bahwa Bhutan dengan berbagai kelemahannya, justru memiliki kemenangan dalam hal manajemen pemerintahan. Di samping itu, Bhutan tidak takut dengan dua raksasa yang mengelilinginya, China dan India.


”Kita memiliki posisi tawar di mata negara lain walaupun kita ini kecil.” Di mata rakyatnya,Khesar dikenal sebagai raja yang tidak egois mementingkan kepentingan pribadi dan kerajaannya. Khesar juga mengaku tidak memiliki agenda pribadi untuk menopang kepentingan kekuasaannya. ”Saya memiliki ambisi dan harapan besar hanya diperuntukkan negara saja, bukan pribadi,”ujarnya. Khesar dinobatkan menjadi Raja Bhutan kelima saat berusia 26 tahun.


Dia mendapatkan gelar raja pada 14 Desember 2006. Dia menggantikan ayahnya yang sudah ingin pensiun setelah menjadi raja selama 38 tahun. Sejak saat itu,dia menjadi raja termuda di dunia.Khesar merupakan putra mantan Raja Jigme Singye Wangchuck dan Ratu (Ashi) Tshering Yangdon.


Dalam pidato pelantikan pertamanya, Khesar mengatakan dengan percaya diri bahwa dia mampu memimpin Bhutan. Khesar mendapatkan julukan sebagai ”Pangeran Sejuta Pesona”oleh publik Thailand ketika menghadiri perayaan ulang tahun Raja Thailand Bhumibol Adulyadej, sebelumdiamenjadiraja. Media di Thailand menggambarkan dia sebagai sosok orang kerajaan yang penuh sensasi dan membuat ribuan perempuan di Negeri Gajah Putih itu menjerit ketika melihatnya.


Walaupun tumbuh kembang di Nepal, dia mampu menyelesaikan pendidikannya di Universitas Oxford dengan mengambil kuliah program diplomasi luar negeri dan menggaet pascasarjana di bidang filsafat politik. Khesar mengatakan bahwa latar pendidikannya di Barat mendorong dirinya segara merealisasikan perubahan sistem kenegaraan di negaranya dan tidak tertinggal satu langkah di belakang negara maju.


”Kita boleh berpikir ala Barat, tetapi tradisi dan budaya tidak boleh disingkirkan,” ungkapnya. Nicholas Farrelly, teman kuliahnya di Oxford,memandang Khesar sebagai sosok yang menarik dari sisi kepribadian dan pemikiran.Farrelly menuturkan,Khesar sebagai sosok yang ingin belajar tentang budaya dan tradisi lintas benua. (andika hendra m/ berbagai sumber)


Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/mendobrak-sistem-monarki-dengan-demo.html