Selasa, 20 Mei 2008

Ijinkan Aku

Aku tahu. Aku sadar. Seberat apa pun perjuanganku di negeri asing ini, sampai kapan pun takkan pernah cukup untuk menggantikan segala jerih payah kedua orang tuaku. Pengorbananku tidaklah seberapa dibandingkan penderitaan ibu ketika mengandungku selama sembilan bulan lamanya. Bantuan yang aku berikan tidaklah cukup untuk menggantikan segala usaha ayah yang telah banting tulang memenuhi semua kebutuhan hidupku. Sangatlah tolol jika aku berpikir bahwa aku telah berbuat yang terbaik bagi mereka. Aku hanyalah seorang anak yang telah lama menyusahkan dan mengecewakan mereka, memberi beban hidup yang sangat berat untuk dipikul.

Aku bersyukur bahwa aku memiliki kedua orang tua yang paling hebat di dunia ini. Tidak ada yang dapat menggantikan ibu dan ayahku. Tidak ada sesuatu pun yang paling berharga di dunia ini selain kasih sayang dan restu mereka. Ibu dan ayah adalah orang-orang yang paling aku rindui. Setiap saat aku rindu mereka. Aku ingin mencium tangan mereka. Aku ingin memeluk ibu dan ayah. Ya Allah berikanlah aku kesempatan untuk itu.

Teringat ketika aku berkata kepada ibu lewat telepon bahwa aku akan memperpanjang kontrak kerjaku di negeri ini. Aku akan menunda kepulangan. Terdengar ibu terisak penuh kesedihan. Maafkan aku ibu. Bukannya aku tidak rindu ibu. Bukannya aku bermaksud untuk durhaka. Aku hanya ingin meraih cita-citaku. Aku sangat berharap semua adik-adikku bisa menyelesaikan sekolah dan berlanjut ke perguruan tinggi. Aku tak ingin mereka putus kuliah karena kendala biaya. Tidak seperti aku yang tidak selesai kuliah. Cukuplah aku yang bersedih karena tidak selesai kuliah. Semoga saja segala cita-cita adik-adikku tercapai. Semoga saja aku bisa menolong mereka. Dan semoga saja mereka menjadi anak-anak yang sholeh, berbakti kepada ibu dan ayah. Menjadi pembela agama-Nya yang benar. AMIN.

Dengan segala keterbatasanku aku memohon kekuatan-Mu ya Allah. Ijinkan aku…

Senin, 19 Mei 2008

Harley Pemberian Laksamana Sukardi

Kecelakaan di Desa Kedung Galar, Ngawi, Jawa Timur, bukan yang pertama dialami Sophan Sophiaan dengan Harley-Davidson (HD) miliknya. Lima bulan lalu, bintang film senior itu juga sempat terjatuh dari motor gede (moge) kesayangannya.

"Kejadiannya di daerah Permata Hijau (Jakarta Selatan). Tabrakan beruntun, tapi nggak terlalu kencang dan Papa masih sempat lompat dari motor," ungkap Romi Octaviano, putra sulung almarhum.

Setiba di rumah, Sophan langsung menceritakan kejadian yang baru dialami kepada istri tercintanya, Widyawati. "Papa cerita sambil ketawa. Mama yang panik. Orang jatuh malah ketawa-ketawa," kata Romi. Memang, saat itu tak ada cedera serius yang dialami Sophan.

Kecelakaan di Permata Hijau tersebut tak membuat Sophan kapok. Bahkan, putra Manai Sophiaan itu menjadi penggagas Jalur Merah Putih (JMP), tur Kebangkitan Nasional yang membawanya ke peristirahatan terakhir. Widyawati yang sangat panik saat diberi tahu mengenai kecelakaan Permata Hijau tersebut malah menjadi "buntut" dalam tur itu.

Sophan sejak muda tergila-gila pada roda dua. Saat duduk di bangku SMA, ke mana-mana dia bersepeda motor. "Baru kesampaian punya motor gede lima tahun lalu," jelas Romi.

Lantas, berapa harga Harley milik ayahnya itu? "Nggak beli kok. Harley itu pemberian teman dekatnya, yaitu Pak Laks (mantan menteri BUMN yang juga pendiri PDP atau Partai Demokrasi Pembaruan Laksamana Sukardi, Red)," ungkapnya.

Dari price list moge, Harley-Davidson Ultra Classic Electra Glide seperti milik Sophan berbanderol Rp 425 juta.

HD berkapasitas mesin 1.600 cc itu menjadi obat penghilang stres bagi Sophan. Sejak punya mainan baru itu, kata Romi, beberapa penyakit ringan yang kerap dikeluhkan ayahnya berangsur hilang. Misalnya, pusing dan tekanan darah naik.

"Kalau sudah mikirin kondisi negara, biasanya dia pusing. Obatnya ya motor itu. Paling nggak, dengan naik motor, terus dibersihin, dia bisa punya semangat baru," tegas pria yang telah memberikan satu cucu untuk orang tuanya tersebut.

"Papa punya kepanjangan sendiri untuk HD selain Harley-Davidson. Yaitu, healing device," kata Romi lantas tersenyum.

Sophan sangat telaten merawat motor besar kesayangannya itu. Setiap usai dipakai, sebelum diparkir di garasi, pria berkumis tebal tersebut tidak pernah lupa membersihkan lebih dulu. Ibaratnya, sebelum masuk ke kandang, semua harus bersih.

"Kalau sudah ngelus-ngelus motor, bisa berjam-jam. Biasanya di sini nih dia duduknya," ujar Romi sambil menunjuk salah satu sisi teras rumahnya. Namun, untuk servis moge miliknya, almarhum selalu ke bengkel.

Di tempat terpisah, salah seorang sahabat yang paling merasa kehilangan sosok almarhum Sophan Sophiaan adalah aktor senior Slamet Rahardjo. Begitu banyak kenangan yang terekam di memori Slamet tentang Sophan.

Salah satunya, ketika keduanya sama-sama berjalan di tengah tandus industri film pada era 1980-an. "Kami sama-sama membangun kepercayaan masyarakat terhadap film Indonesia. Dia sangat berarti buat saya," tegas Slamet.

Meski berada di bidang dan era yang sama, tidak pernah sedikit pun tebersit dalam pikiran Slamet untuk menganggap Sophan sebagai saingan. Bagi dia, aktor yang juga aktif sebagai sutradara itu lebih seperti tandem dalam menyukseskan perfilman nasional.

"Suatu ketika kami pernah jadi superstar Indonesia. Ketika itu, siapa yang nggak kenal Sophan Sophiaan, Widyawati, Slamet Rahardjo, dan Cristhine Hakim. Empat orang itu. Perlahan tapi pasti. Perfilman yang sedang runtuh sama-sama kami bangun bersama sutradara-sutradara jagoan ketika itu," ungkapnya.

Di mata dia, Sophan merupakan sosok yang sangat bersih. "Seorang yang sangat bersih telah pergi meninggalkan kita. Dia tidak pernah berbuat menyimpang. Rasa cintanya yang begitu besar terhadap bangsa harus kita tiru," ujarnya. (rie/pri/tof)

Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10488

Puntung Rokok Bakar Kapal 769 Penumpang

BALA BANTUAN: Nelayan berusaha menolong penumpang KM Dharma Kencana I yang terbakar kemarin.

SAMPIT - Tragedi angkutan penumpang umum kembali terjadi. Kali ini menimpa kapal penumpang angkutan laut. Kapal feri berjenis roro (roll of - roll on), KM Dharma Kencana I, milik PT Dharma Lautan Utama, terbakar hebat di sekitar perairan Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, sekitar 40 kilometer arah selatan Kota Sampit, Kalimantan Tengah, kemarin (18/5) sekitar pukul 12.45 WIB. Dugaan sementara, api berasal dari puntung rokok salah satu penumpang.

Kapal yang dinakhodai Matheuez Anton Kurniawan Saputra itu sesuai dengan manifes mengangkut 734 penumpang. Mereka terdiri atas 668 penumpang dewasa, 22 anak-anak, dan 22 bayi, serta 22 ABK (Anak Buah Kapal) dan 35 orang pekerja eksternal kapal. Total 769 penumpang. Selain itu, kapal mengangkut 35 kendaraan. Rinciannya, 8 sedan, 6 alat berat, 14 truk, 3 truk tronton, dan 4 truk fuso.

Api hanya membakar bagian dek atas kapal, sehingga puluhan mobil yang berada di dek bawah hingga palka terselamatkan.

Laporan sementara dari Kalteng Pos (Grup Jawa Pos), tidak ada korban jiwa. Namun, 95 penumpang terluka. Dari jumlah itu, tiga orang patah tulang, 1 trauma, 21 orang rawat jalan, dan 70 sisanya hanya luka ringan. Para korban mendapat perawatan intensif di RSU dr Murjani Sampit dan beberapa puskesmas terdekat dengan lokasi kejadian.

Kapal terbakar saat memasuki perairan Sungai Mentaya. Tepatnya di sekitar boy satu, yang berada di sekitar Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Kapal berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, akan merapat di Pelabuhan Sampit, dan melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Belum ada penjelasan resmi menyangkut penyebab utama munculnya api, yang menghanguskan bagian dek penumpang. Informasi yang dihimpun Kalteng Pos menyebutkan, api diduga dari puntung rokok salah satu penumpang. Puntung tersebut jatuh ke tumpukan tali kapal. Embusan angin yang kencang membuat bara api pada puntung tersebut menyala hingga membakar seluruh gulungan tali kapal.

Api yang berkobar dari buritan kapal di dek atas langsung menjalar ke bagian kapal lain. Upaya pemadaman yang terlambat menyebabkan api terus berkobar dan secara bertahap membakar bagian-bagian kapal di dek atas.

Saat api berkobar, hanya sebagian kecil penumpang yang tahu. Pihak ABK, kata sejumlah penumpang yang diwawancarai koran ini, tidak mengumumkan bahaya yang terjadi. Penumpang hanya disuruh kembali ke tempat masing-masing dan dilarang melakukan apa pun.

Asap tebal dari kapal yang terlihat jelas dari dermaga Pelabuhan Pasar Samuda, menarik perhatian sejumlah motoris kelotok penyeberangan yang sandar di dermaga. Tanpa dikomando, mereka langsung menghidupkan mesin kelotoknya dan melaju ke arah kapal.

Menyadari apa yang terjadi, para penumpang langsung panik. Mereka berebut naik ke perahu motor nelayan untuk menyelamatkan diri. Karena berdesakan, tidak sedikit yang terjatuh. Mereka menderita luka berat dan luka ringan. Beberapa di antaranya terjun ke air, tanpa sempat membawa barang bawaan.

Para penumpang dievakuasi di sejumlah tempat, seperti di kawasan Pasar Besar Samuda, Pos Polair Samuda dan Kantor Adpel (Administrator Pelabuhan) Samuda. Para penumpang lantas dibawa ke Kota Sampit, dengan mobil angkutan yang disiapkan Pemkab Kotim.

Karena lokasi kejadian tidak jauh dari kota, upaya penyelamatan terbilang sangat cepat. Baik pemadaman api maupun evakuasi penumpang. Petugas bersama masyarakat bahu-membahu mengatasi kebarakan itu. Puluhan mobil ambulans disiapkan untuk mengevakuasi penumpang yang terluka-luka dan perlu segera mendapat perawatan medis.

Terbakarnya KM Dharma Kencana I mengantarkan para ABK berurusan dengan polisi. Kini, 22 ABK diamankan di Polairud Polda Kalteng untuk dimintai keterangan.

Saat diperiksa Polairud, kondisi para ABK terlihat belum stabil. Di antara para ABK, nakhoda kapal Matheuez Anton Kurniawan Saputra terlihat paling tegang. Dia kesulitan menjawab setiap pertanyaan petugas. "Api pertama terlihat dari gulungan tali jangkar di buritan kapal," tutur Matheuez.

Kaur Bin Ops Dit Polairud Polda Kalteng Kompol Teguh Eko Yulianto saat dikonfirmasi mengungkapkan, pihaknya masih menyelidiki kejadian itu. Teguh belum berani menyebutkan adanya tersangka atau tidak. "Kasus ini masih dalam penyelidikan dan ditangani Polairud karena peristiwanya di air. Tetapi, Polairud tetap berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya," sebutnya.

Dalam penanganan korban, lanjut Teguh, pihaknya menurunkan empat kapal ditambah kapal dari Pos AL (angkatan laut), KP3, polsek, dan banyak pihak lain. "Semua bergerak cepat menolong para penumpang agar tidak ada korban," cetusnya.

Pemimpin Cabang PT Dharma Lautan Utama, Hendroyono ST di lokasi evakuasi korban di Pasar Samuda memastikan, pihaknya siap menangani para penumpang agar bisa sampai tujuan masing-masing. "Kami telah menyiapkan armada pengganti untuk mengangkut para penumpang ke Sampit," jelasnya. (pud/uzi/arb/jpnn)

Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10492

Sophan Dimakamkan Langsung oleh Kedua Anaknya

JAKARTA - Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Begitulah gambaran pemakaman Sophan Sophiaan kemarin (18/5). Ratusan pelayat mengantar kepergian terakhir aktor legendaris itu. Mulai penggemar, para sahabat sesama penggemar moge, rekan-rekan di dunia hiburan, kawan-kawan di panggung politik, hingga para petinggi negara.

Sophan yang dikenal santun itu dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Jenazah lebih dulu disalatkan di ruang tamu rumah duka pukul 8.00. Karena kapasitas terbatas, salat dibagi menjadi tiga rombongan. Setiap rombongan terdiri atas sekitar 30 orang.

Rombongan pertama khusus untuk keluarga. Berikutnya dari rekan-rekan almarhum sesama pengendara motor besar, lalu dilanjutkan tamu pejabat negara. Rombongan terakhir diimami Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie. Di barusan makmum, tampak Mensesneg Hatta Radjasa, Ketua MPR Hidayat Nurwahid, dan Menkominfo M. Nuh.

Pukul 8.25, Jenazah diberangkatkan ke pemakaman. Tak kurang dari 200 pengendara motor besar berada paling depan iring-iringan pengantar jenazah. Berurutan di belakangnya, empat motor besar polisi, mobil jenazah, empat minibus yang ditumpangi keluarga, kemudian diikuti beberapa mobil pejabat negara. Istri almarhum, Widyawati, dan kedua putranya, Romi dan Roma, berada di mobil jenazah.

Raungan mesin motor-motor besar memancing perhatian warga sekitar. Hampir sepanjang empat kilometer masyarakat berjajar di tepi kiri jalan melambaikan tangan menyaksikan iring-iringan pengantar jenazah tokoh yang meninggal dalam kecelakaan tur moge di Mantingan, Ngawi, Jatim, itu.

Berselang dua puluh menit kemudian, mobil jenazah tiba di depan Blok AA1 Blad 31 TPU Tanah Kusir. Widyawati yang mengenakan pakaian muslim dan kerudung serbaputih dituntun dua kerabatnya berjalan menuju kursi di sisi makam yang akan menjadi tempat peristirahatan terakhir suaminya.

Kacamata berlensa cokelat yang dipakai tidak cukup menutupi ekspresi duka begitu mendalam yang dia rasakan. Wajahnya terlihat merah muda. Sambil menyandarkan kepala di pundak kerabatnya, sesekali dia menyeka air mata yang meleleh di pipi.

Saat jenazah dimasukkan ke liang lahad tepat pukul 09.00, Widya terkulai lemas sambil mengarahkan pandangan ke arah makam. Kepalanya disandarkan ke bahu salah seorang kerabat yang duduk di sisi kirinya.

Romi dan Roma menunggu di dalam liang ketika jenazah ayahnya mulai diturunkan ke tanah. Romi lantas mengumandangkan azan serta komat. Setelah itu, giliran Arifin Panigoro membacakan daftar riwayat hidup almarhum.

Erros Djarot mewakili rekan-rekan almarhum memberikan kata sambutan. Dari pihak pejabat negara, sambutan dilakukan Mensesneg Hatta Radjasa. "Almarhum meninggal dalam rangkaian acara memperingati satu abad Kebangkitan Nasional. Bersama-sama kami dalam kepanitiaan nasional membangkitkan semangat kebangsaan yang menurut beliau sudah sangat kurang," ujar Hatta dalam sambutannya.

Lima tenda, masing-masing berukuran 5 x 10 meter, tak cukup memayungi pelayat yang hadir. Selain keluarga dan rekan, puluhan penduduk sekitar yang didominasi anak-anak dan ibu-ibu turut menyesaki lokasi pemakaman.

Pekerja seni yang tampak pagi itu, antara lain, Slamet Rahardjo, Jajang C. Noer, Primus Yustisio, Surya Saputra, Doni Kusuma, Jenny Rachman, Mpok Atiek, dan Helmy Yahya. Dari kalangan politisi dan pejabat, tampak Taufiq Kiemas, Menbudpar Jero Wacik, Fahmi Idris, serta Arifin Panigoro.

Setelah acara tabur bunga, pukul 10.20, Widyawati beserta keluarga beranjak meninggalkan makam. Ditemui di rumah duka, Romi menyatakan ibundanya masih sangat shock dan belum bisa berbicara kepada wartawan.

"Saya nggak bisa mastiin ibu bisa diwawancarai kapan. Tapi, sekarang dia masih shock. Seperti belum bisa sepenuhnya percaya (bahwa Sophan telah tiada). Dia sedang menenangkan diri dengan bermain sama cucunya," ungkap Romi yang telah memberi seorang cucu untuk Sophan dan Widyawati tersebut.

Kondisi fisik Widya masih sangat lemah karena kurang tidur sejak jenazah tiba di rumah duka (16/5) hingga pemakaman. "Tadi malam sudah tidur, tapi sebentar-sebentar doang. Saya sendiri baru tidur setengah jam dari kemarin," ujarnya.

Rencananya, keluarga mengadakan tahlil di rumah duka selama tujuh hari mulai tadi malam. (rie/tof)

Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10489

Nasib Tragis Sophan Sophiaan

Muncul Dugaan Sophan Juga Tertabrak

MALAM Terakhir: Sophan Sophiaan menari dalam acara ramah-tamah penyambutan rombongan tur Jalur Merah Putih di kawasan wisata Gua Selomangleng, Kota Kediri, Jumat (16/5) sekitar pukul 21.15 atau 12 jam sebelum dia tewas.

Tewas saat Konvoi Moge Kebangkitan Nasional di Ngawi
SRAGEN - Dunia film dan jagat politik kita berduka. Sophan Sophiaan, 64, yang menjadi panutan di panggung hiburan itu kemarin (17/5) pagi meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, tepatnya di Desa Kedung Galar, Kedung Galar, Ngawi, Jawa Timur.

Pria yang dikenal santun itu mengalami kecelakaan saat memimpin rombongan 271 bikers motor gede (moge) yang melakukan safari Kebangkitan Nasional. Saat itu, rombongan dari Kediri menuju Jogjakarta. Motor Harley-Davidson Electra Glide nopol B 5833 yang dikendarai Sophan terjungkal setelah terperosok dalam lubang sepanjang dua meter, lebar 15 cm, dengan kedalaman lebih dari 5 cm di Jembatan Plang Lor, Kedung Galar.

Ban depan terperosok, Sophan tidak bisa mengendalikan motornya hingga terjatuh berguling-guling. Dia terjungkal lebih dari 10 meter di depan motornya. Aktor senior itu mengalami patah tulang lengan bawah kanan, paha kiri, paha kanan, tangan kiri, bawah leher memar, serta patah tulang dada kiri dan kanan. Suami aktris Widyawati itu meninggal saat dilarikan ke RSUD Sragen.

Sophan ketika itu berada di urutan terdepan konvoi Jalur Merah Putih (JMP) yang sedang tur untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Dia berada paling depan karena menjadi ketua JMP.

Posisinya persis di belakang motor patwal polisi. Di belakang Sophan saat itu, antara lain, Ketua Harley-Davidson Club Indonesia (HDCI) DKI Peter Watimena, mantan Kapolri Jenderal Pol (pur) Roesmanhadi, dan Project Officer JMP Freddy Soemitro. Mereka bergabung dalam rombongan VIP yang terdiri atas 35 pengendara. Di situ ada pula peserta dari Malaysia dan Singapura.

Berbagai spekulasi berkembang mengenai penyebab kematian putra politisi Manai Sophiaan itu. Muncul kabar, setelah jatuh, Sophan sempat berbenturan dengan moge di belakangnya.

Salah seorang peserta konvoi mengungkapkan, ada benturan tubuh Sophan dengan motor pengendara lain. Benturan itulah yang membuat tubuh mantan ketua FPDIP MPR itu mengalami luka parah.

Bila dilihat, luka di tubuh Sophan memang sangat parah. Kaki, tangan, dan dada patah. Kondisinya sangat memilukan. Sementara motor gede kesayangannya hanya lecet sedikit.

Wartawan koran ini di Solo juga sempat mendengar perbincangan para bikers saat menunggu kedatangan jenazah Sophan di Bandara Adisumarmo. Mereka menyebut adanya moge yang menyerempet Sophan. Tapi, begitu mengetahui kehadiran wartawan, mereka langsung bungkam.

Pengamatan koran ini, motor HD Electra Glide hitam milik Sophan tidak rusak parah. Hanya lecet di tutup bagasi kiri. Sementara itu, black Electra Glide Nopol 4930 milik Peter juga hanya cuil kecil di bagian bodi kiri. Sedangkan motor Roesmanhadi, Honda Gold Wing Nopol B 6868 SAL merah hati, hanya terlihat kempis pada ban belakang. Ketiga motor itu langsung diangkut dua mobil sweeper milik supporting team JMP.

Saat koran ini mengonfirmasikan ke PO JMP Freddy Soemitro, Freddy membantah terjadi tabrakan. Dia mengatakan Sophan saat itu hanya terjatuh usai motornya oleng. Sementara, katanya, Peter Watimena yang gugup ingin menolong lupa untuk menstandar mogenya saat berhenti.

"Pak Sophan setelah motornya oleng lalu berhenti dalam kondisi miring ke kanan. Pak Sophan lalu terjungkal dan berguling-guling di jalan. Tidak tertabrak sama sekali dan tidak kencang. Kecepatan sekitar 60 km per jam. Jadi, kecelakaan Pak Sophan tunggal," jelas Freddy di sela menanti jenazah kemarin.

Kasatlantas Polres Ngawi AKP Eny Mardiasri memperkuat jawaban Freddy. Menurut dia, kecelakaan itu terjadi di km 18-19 Kedung Galar. "Ban depannya terperosok dalam lubang di jembatan tersebut," paparnya kepada sejumlah wartawan.

Peter Watimena yang mengendarai motor tepat di belakang Sophan membantah keras adanya tabrakan. "Tidak benar. Almarhum jatuh karena terperosok lubang aspal yang legok bekas ban truk yang besar," ujar Peter di rumah duka di Bintaro Jakarta.

Dia menceritakan, rombongan sedang dalam perjalanan menuju Jogja dalam etape keenam. Kira-kira 12 kilometer jelang Sragen, motor almarhum terjungkal. "Saya berada di belakang beliau. Jadi, saya tahu persis yang terjadi. Begitu jatuh, langsung kami angkat dari tengah jalan ke pinggir," katanya.

Sophan berada di paling depan iring-iringan 271 motor besar itu. Selain Peter, tak jauh dari Sophan juga ada Le Roy Usmani. "Saya yang buka helm beliau. Matanya membuka, tapi tidak sadar, langsung kami naikkan ambulans," ujarnya.

Roy menambahkan, rahang Sophan berdarah. "Karena beliau tidak pakai helm full face," katanya. Dia sempat melihat kaki Sophan yang patah. "Ada perdarahan di dalam," tambahnya.

Menurut Agus Maulana, wakil Ketua Jalur Merah Putih yang juga ikut touring, motor Sophan sempat melayang, lalu menimpa tubuhnya. "Begitu masuk lubang, ujung motornya ngangkat. Beliau terlempar, lalu tertimpa," ujar pria tinggi besar itu. Akibatnya, dua rusuk Sophan patah dan pendarahan di paru-paru.

"Sebelum sampai rumah sakit, kami mendengar kabar beliau sudah meninggal," katanya. Tiga dokter yang menerima jasad Sophan sempat melakukan rontgen dan pemeriksaan jenazah. "Rombongan lalu isi bensin dan sebagian menuju Jogjakarta. Yang lain ikut membawa almarhum pulang dengan pesawat," tuturnya.

Ide touring Jalur Merah Putih, kata Agus, murni datang dari Sophan. "Ke sana kemari bawa proposal. Sibuk cari donatur juga. Kami ini hanya membantu-bantu," katanya.

Sambil terisak, Agus masih ingat saat Sophan Jumat malam berujar, "Aku pengin cepet nyampe Jakarta." Padahal, sesuai jadwal, rombongan yang selalu menggelar bakti sosial itu baru kembali 20 Mei nanti. "Setiap kami berhenti, Mas Sophan dan Mbak Wid selalu menyanyi lagu-lagu perjuangan," tturnya.

Kondisi Parah

Sophan meninggal saat dilarikan ke RSUD Sragen. Menurut dokter yang menanganinya, dr Agus Dwi Sasangko, Sophan tiba di rumah sakit dalam kondisi tewas. "Kami langsung ambil foto rontgen. Setidaknya tulang dada patah, tulang lengan bawah kanan patah, tulang paha kiri patah, serta tulang paha kanan dan tangan kiri juga patah," ujar dr Agus.

Dari kamar rontgen RSUD Sragen, jenazah Sophan lantas dimandikan dan dikafani. Jenazah disalati di Masjid Al Falah Sragen dengan imam mantan Ketua MUI Sragen Fahrul Fathoni. Sekitar 30 menit kemudian jenazah diberangkatkan dari masjid menuju Bandara Adisoemarmo.

Sekitar pukul 13.05, ambulans dari RSUD Sragen yang membawa jenazah Sophan sampai di halaman transit VIP Adisoemarmo. Kedatangan jenazah disambut linangan air mata rekan Sophan yang menanti sejak pagi.

Banyak tokoh menanti, ketika sekitar satu jam jenazah Sophan disemayamkan di ruang VIP bandara. Selain Roesmanhadi, tampak mantan Kasum ABRI Letjen (pur) Soeyono, mantan Pangarmabar TNI Laskda (pur) Mualimin Santoso, serta sejumlah selebriti dan politisi.

Sebelum jenazah diterbangkan ke Jakarta, peserta JMP terlebih dahulu menggelar upacara penghormatan terakhir dipimpin penasihat JMP Mualimin Santoso. Upacara diakhiri dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Berkibarlah Benderaku. Duka ratusan peserta terlihat karena mereka menyanyikan lagu tersebut sambil meneteskan air mata.

Jenazah Sophan dibawa pesawat Boeing 737-400 Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 225. Pesawat take off dari Adisoemarmo pada pukul 14.10. "Jenazah diterbangkan dengan pesawat reguler, bukan carteran," ujar seorang petugas bandara.(her/oh/tej/rdl/pri/rie/tof)

Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10487
Link Terkait: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10486 | http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10483

Sabtu, 17 Mei 2008

Pelari Cacat Boleh Ikut Olimpiade

MENGEJAR MIMPI: Oscar "Oz" Pistorius saat latihan di Pretoria, Afrika Selatan, 21 Juni 2007.

LAUSANNE - Lomba lari jarak pendek di Olimpiade Beijing 2008 nanti berbeda. Oscar Pistorius, pelari yang kedua kakinya diamputasi, boleh ikut berlomba bersama atlet normal. Pelari yang dijuluki "pria tercepat tanpa kaki" itu memenangi banding di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) di Lausanne, Swiss, tadi malam (16/5) WIB.


Pistorius yang berusia 22 tahun kehilangan kedua kaki mulai lutut ke bawah sejak dia bayi. Dia diamputasi saat berusia 11 bulan karena lahir tanpa tulang betis (fibula). Pemuda penuh semangat itu kemudian menjadi atlet lari jarak pendek dan berlomba dalam olimpiade orang berkebutuhan khusus (paralimpik).


Prestasinya luar biasa. Dia memegang rekor dunia untuk tiga nomor, yaitu 100 meter, 200 meter, dan 400 meter. Dia juga meraih medali emas pada nomor 200 meter dan perunggu 100 meter dalam Paralympic Games Athena 2004.


Prestasi tersebut tak membuat dia berpuas diri. Atlet Afrika Selatan itu gigih melobi Asosiasi Internasioan Federasi Atletik (IAAF) agar mengizinkan ikut berlomba bersama atlet berkaki normal. Namun, Januari lalu permohonan itu ditolak. Alasannya, kaki palsu dari serat karbon berbentuk J itu menguntungkan dia. Pantulan dari bilah (blade) kaki palsu itu dianggap membuat dia berlari lebih cepat dan dengan tenaga lebih enteng.


IAAF mengizinkan atlet dengan kaki palsu atau tangan palsu untuk ikut berlomba dengan atlet normal. Asalkan, dia tak mendapatkan keuntungan dari alat tubuh pengganti itu.


Kemenangan atlet yang dijuluki Blade Runner itu akhirnya datang. CAS membatalkan keputusan IAAF itu. Dalam pernyataan resmi, majelis hakim yang menyidangkan menyatakan, "Tidak meyakinkan bahwa ada bukti cukup adanya keuntungan metabolis atas dua kaki yang teramputasi itu."


Putusan itu bukannya tanpa syarat. CAS tidak mengesampingkan kemungkinan adanya perkembangan dalam tes ilmiah yang membantu IAAF membuktikan kaki palsu (Cheetah Flex Foot) Pistorius menguntungkannya atas atlet berkaki normal.


Tentu saja Pistorius bersuka cita atas kemenangan itu. "Saat ini saya bisa mengejar mimpi di olimpiade. Jika tidak bisa di Beijing, nanti di London 2012," kata ayah dari bayi berusia 11 bulan itu. Saat Olimpiade London nanti, Pistorius berusia 26 tahun.


Namun, kemenangan Pistorious itu bisa memengaruhi citra paralimpik. "Bukankah (putusan) ini tak membantu atlet paralimpik? Apakah ini tidak merendahkan paralimpik," kata Don Riddell dari CNN World Sport. (CNN/AFP/roy)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10482

Jumat, 16 Mei 2008

Praja Tusuk Praja di IPDN

BANDUNG - Kisruh kembali terjadi di IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) Jatinangor. Muzian Belly Eppri, 21, salah seorang madya praja di kampus itu, ditangkap petugas Polres Sumedang karena menusuk kawannya sendiri sesama praja. Peristiwa tersebut terjadi kemarin (15/5).


Vefi Eikeu Yandra, 21, yang menjadi korban penusukan, mengalami luka serius di paha kirinya. Hingga tadi malam, dia masih dirawat di Kamar Sakit Asrama (KSA) setelah sempat dilarikan ke RS AMC Cileunyi.


Menurut informasi yang dihimpun Radar Bandung (Grup Jawa Pos), peristiwa itu dipicu rasa jengkel Muzian terhadap Vefi.


Kejadiannya bermula sekitar pukul 11.30 WIB, menjelang istirahat. Saat itu, sejumlah madya praja (praja tingkat dua) berada di barak Irian Jaya Barat. Kebetulan, hari itu jam kuliah kosong karena dosennya sedang rapat.


Muzian yang tengah beristirahat di tempat tidurnya didatangi Vefi. Muzian dimarahi Vefi karena selalu kurang dalam membayar iuran TV.


Muzian yang merasa uang sakunya memang terbatas dan tidak bisa memberikan lebih itu pun mencoba memberikan pengertian. Namun, Vefi tidak mau mengerti.


Ketika anak Baturaja, Sumatera Selatan, tersebut akan tidur, Vefi membanting barang pecah belah. Itu membuat Muzian kaget. Emosinya pun tersulut. Muzian lantas mengambil pisau pembuka botol dari dalam tasnya.


Sambil menghunus pisau, Muzian menghampiri tempat tidur Vefi. Saat itu madya praja lainnya yang berada dalam satu barak berupaya menghalang-halangi dan meredam emosi Muzian. Tapi, upaya tersebut tak berhasil.


Dalam keadaan emosional, Muzian menusuk paha kiri bagian belakang Vefi. Akibatnya, praja yang berasal dari Sumatera Barat itu mengalami luka serius. Teman-temannya lantas melarikan dia ke RS AMC Cileunyi.


Kasatreskrim AKP Hotben Gultom kepada Radar Bandung ketika dikonfirmasi mengatakan, kejadian itu berlatar belakang rasa jengkel tersangka Muzian terhadap korban Vefi.


Apakah rasa jengkel itu spontan pada saat kejadian, ataukah memang kejadian tersebut merupakan akumulasi rasa jengkel korban dari hari-hari sebelumnya seperti disampaikan tersangka? Hotben belum berani memastikan. "Kami akan memintai keterangan para saksi," jelasnya.


Mengenai ancaman hukuman yang dituduhkan kepada tersangka, Hotben menyebutkan, Muzian dikenai pasal penganiayaan, yaitu pasal 351 KUHP dengan ancaman hukuman seberat-beratnya lima tahun. Sedangkan pemeriksaan terhadap korban belum bisa dilakukan karena luka-lukanya masih dalam perawatan. Luka Vefi, menurut keterangan dokter, cukup dalam dan dijahit sebanyak tujuh jahitan. Tiga jahitan pada bagian dalam dan empat jahitan di bagian kulit luar. "Jadi, korban akan diperiksa belakangan," ujarnya.


Di bagian lain, Rektor IPDN Prof Johannes Kalloh ketika dihubungi tadi malam sedang rapat pimpinan. Melalui telepon, ajudannya menyampaikan bahwa Kalloh tidak bisa diganggu. "Maaf mas, bapak sedang rapat dan tidak bisa diganggu. Rapat sangat penting!" tegasnya.


Sang ajudan mengatakan, rektor telah membuat press release kronologi kejadian itu untuk dipublikasikan. Menurut dia, kejadian tersebut berlangsung siang kemarin sekitar pukul 12.00.


"Muzian menusukkan badik siasan (parang) ke korbannya setelah perang mulut," katanya. Pelaku dan korban sama-sama berstatus madya praja.


Sebelumnya, Vefi yang kontingen Sumbar itu sedang menutup lemari belajar di petak dan barak tersebut. Pelaku Muzian asal Sumsel juga satu petak dengan korban. Saat itu pelaku tengah tertidur lelap. Pintu lemari korban terjatuh ke lantai sehingga menimbulkan bunyi sangat keras.


"Pelaku terbangun dari tidurnya lantaran bunyi dentuman keras tadi. Merasa tidak enak, pelaku marah dan terjadilah perang mulut hingga berakhir ke penusukan," paparnya.(cwp/tri/jpnn/kum)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10474