Minggu, 23 November 2008

Dimanakah Keadilan Itu?

Sudah sepekan lebih aku tidak bisa masuk kerja karena memang tidak diperbolehkan oleh majikanku. Masalah uang memang terkadang sensitif bagi seseorang. Pada tanggal 13 Nopember kemarin aku menagih hak yang semestinya aku dapatkan dari majikan. Setelah kontrak kerja dua tahun, aku sebagai pekerja berhak mendapatkan gaji tambahan sebulan. Hal itu tertulis di surat kontrak kerja. Bahkan dikuatkan lagi dengan janji majikan yang akan membayar setelah kedatanganku kembali dari Indonesia. Dia memang hari itu juga (tanggal 13 Nopember) menitipkan uang ke sopirnya. Setelah aku cek ternyata uang tersebut kurang dari jumlah gaji sebulan.

Malamnya aku tagih kembali ke majikanku kekurangannya. Aku bilang bahwa aku banyak keperluan. Aku mesti kirim uang ke keluargaku di Indonesia. Majikan merasa keberatan sampai marah besar. Padahal itu adalah hak yang mesti aku dapatkan darinya. Bahkan dia bilang bahwa uang tersebut adalah pinjaman, bukan gaji tambahan. Aneh. Dia merasa telah memberikan lebih kepadaku selama ini karena dia telah menaikan gajiku. Padahal gaji itu masih sedikit daripada gaji orang Filipina yang bekerja di bidang yang sama yaitu komputer. Apalagi gaji orang Saudi yang sangat jauh perbedaannya dengan kenaikan gajiku. Masak karena kenaikan gaji, isi dari kontrak kerja dibatalkan? Saking marahnya, dia bilang mau memulangkanku ke Indonesia. Pembicaraan pun terpotong karena kami mesti bergegas ke masjid untuk sholat Isya.

Aku dan rekan-rekanku sudah banyak mengalah. Kami sering pulang pergi kerja berjalan kaki lumayan jauh dengan rintangan sengatan terik matahari yang membakar kulit-kulit kami. Dan kami jalani hal itu dengan tetap berusaha untuk sabar. Kalaiu musim dingin mendingan. Dalam hal jam kerja pun melampaui batas normal. Lebih dari 8 jam kami bekerja sehari-hari. Libur pun kami dapatkan hanya sehari dalam dua pekan.

Setelah sholat Isya, dia mengambil kembali uang yang aku dapatkan dari sopirnya. Iqamah (KTP)ku pun dia ambil. Lalu dia memintaku untuk mencari data lama di komputerku mengenai slip penerimaan gaji. Aku search saja file tersebut. Tidak sengaja aku malah membuka formulir kursus menjahit milik ayahku. Majikanku marah kepadaku karena aku simpan file pribadi. Padahal dari dulu juga aku suka simpan file-file pribadi dan hal itu dia ketahui. Kenapa dia sekarang mempermasalahkannya? Dia sengaja mencari segala kesalahan yang dibuat-buat supaya melemahkan posisiku.

File slip gaji tidak aku temukan. Mungkin sudah terhapus. Aku buat ulang saja draft-nya. Setelah di-print majikan menyuruhku menuliskan kembali jumlah gaji yang telah aku terima dari awal sampai akhir selama dua tahun dengan aku tandatangani di setip bulannya. Setelah selesai, dia menyuruhku untuk menghapus semua file pribadiku. Lalu dia mengeceknya di Recycle Bin. Dia tidak menemukan apa-apa. Setelah itu dia menyuruhku untuk mengambil semua barang pribadiku. Ternyata aku mau diusir dari kantor. Aku tidak terima perlakuannya itu. Aku bertahan tidak mau keluar kantor karena aku ingin tetap kerja.

Dia lalu ungkit lagi masalah yang dulu. Aku pernah meminjam external hard disk milik kantor tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Saat itu juga aku sudah minta maaf kepadanya dan kukira masalah telah beres. Kalau tidak memaafkan, kenapa dia memperpanjang iqamahku sampai dua tahun dan masih mengharapkanku lagi untuk tetap bekerja? Ternyata dia ungkit lagi masalah tersebut malam itu. Dia terus memaksaku untuk keluar kantor sampai dia mengancam untuk memanggil polisi. Aku tak takut karena itu hanya gertakan. Karena aku tidak turuti kemauannya untuk keluar, lalu dia menyuruh semua orang untuk menutup kantor sebelum waktunya.

Kantor pun akhirnya ditutup. Majikanku bilang kepadaku: "Lihatlah! Kantor tutup dua jam sebelum waktunya karena kamu!" Aku jawab: "Aku tidak suruh untuk tutup kantor kok! Aku hanya tidak ingin keluar." Dia berlalu dengan mobil sedannya. Pergi meninggalkan kantor dengan sangat marah. Aku terdiam. Nasib kerja di negeri orang memang seperti ini.

Aku sudah berusaha "minta maaf" tapi majikan tetap saja tidak mau menerimaku kembali untuk bekerja di tempatnya. Aku ceritakan alasanku bekerja di Arab Saudi. Aku ingin membantu Ibu dan Ayahku. Tapi hal itu tidak membuat dia simpati. Banyak orang bilang bahwa orang arab tidak lama-lama menyimpan kemarahannya. Tetapi entah kenapa majikan tetap saja tidak mau menerimaku. Malam Sabtu kemarin terkhir kali aku telepon dia. Aku tanya tentang pekerjaanku. Dia bilang dalam waktu dua sampai tiga hari aku mau dipulangkan. Mungkin karena pegawai yang baru telah ada, jadi tidak masalah kalau aku dipulangkannya. Habis manis sepah dibuang. Bagiku ini adalah masalah besar. Aku tagih uang yang memang menjadi hakku, malah perlakuan seperti ini yang aku dapatkan darinya. Sungguh tidak adil!

Hari ini aku coba menghubungi pihak Pengaduan di KBRI Riyadh. Seorang petugas menerima panggilanku. Setelah kuceritakan masalahku dengan majikan, ternyata dia tidak bisa membantuku. Bahkan dia berkomentar bahwa kenapa aku mengorbankan pekerjaan demi uang itu. Seolah-olah menyalahkan sikapku. Lho kok begitu ya? Tidak bisa membantu malah berkomentar yang aneh. Kalau aku tahu dampaknya, aku takkan menagih kekurangan dari uang itu. Katanya percuma aku adukan masalah ini karena orang arab tidak akan memenuhi panggilan untuk penyelesaian masalah seperti itu. "Terima saja kalau mau dipulangkan! Itu hak majikan." katanya. Aku heran dengan keheranan yang sangat mengherankan...

Setelah adu argumen panjang lebar dengan petugas KBRI itu, dia memotong pembicaraan. "Tunggu sebentar!" katanya. Kudengar suatu pembicaraan dia dengan rekan kerjanya. Beberapa menit kemudian terdengar seseorang memegang kembali pesawat telepon. Kukira dia mau melanjutkan pembicaraan. Ternyata dia langsusng menutup telepon. Aneh deh. Aku coba sekali lagi untuk menghubunginya. "Assalaamu 'alaikum. Bisakah kita lanjutkan pembicaraan barusan?", tanyaku. "Ini beda orang lagi." jawabnya. Kok bisa ganti orang ya? pikirku. Lalu dia minta biodata untuk ditindaklanjuti pengaduanku. Baru saja aku sebut namaku, dia malah meminta mengirimkan fax berupa surat kontrak kerja beserta aduanku. Biar lebih mudah untuk pendataan katanya.

Birokrasi yang rumit. Padahal aku sudah siap-siap mau datang langsung ke KBRI Riyadh untuk meminta bantuan. Tetapi karena tanggapan mereka seperti itu, aku urungkan saja niatku. Daripada tidak jelas urusannya lebih baik aku batalkan saja pengaduan ini. Ternyata benar cerita dari orang-orang bahwa pihak Pengaduan kurang peduli terhadap masalah yang dihadapi TKI.

Aku sekarang pasrah saja. Kalaupun dipulangkan tidak jadi masalah. Segala sesuatunya ada perhitungannya. Kalau tidak selesai di dunia, pasti di akhirat akan dihisab. Cari nafkah bisa dimana saja. Masih banyak peluang lain yang lebih baik, insya Allah. Kepada Allah-lah kita bergantung dan berharap. Hanya Dia yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Ya Allah berikanlah aku dan keluargaku yang terbaik di dunia dan di akhirat. Lindungi kami dari orang-orang yang berbuat dzalim. AMIN.

   

3 komentar: