Jumat, 18 April 2008

Kru Film "Ketika Cinta Bertasbih" Hadir di Mesir

"Siapa yang pernah minum sungai Nil, maka akan datang lagi ke Mesir berkali-kali". Pepatah ini terbukti pada Habiburrahman El-Shirazy —Kang Abik. Dua bulan yang lalu, Kang Abik datang ke Mesir bersama rombongan IKAPI dan Tapak Tilas Ayat-Ayat Cinta, kemaren, Rabu (16/04) beliau membawa kru film "Ketika Cinta Bertasbih" (KCB) ke Mesir. Tentu saja kedatangan mereka, tidak disia-siakan oleh para mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir) untuk berdialog. Maka Rafi'i Travel Group mensponsori acara "SARASEHAN Bersama Kru Film Ketika Cinta Bertasbih" di Wisma Nusantara.


Acara yang dimoderatori oleh Nidlol Masyhud, Lc., itu, mulai ba'da Maghrib. Di depan ratusan Masisir, hadir Dani, produser dari SinemArt; Chairul Umam, sutradara film KCB; Imam Tantowi, penulis skenario; Kang Abik, penulis novel KCB; Umar Lubis, artis blasteran Indonesia-Mesir, dan beberapa kru film KCB.


"Rombongan kami sebanyak dua puluh orang", ujar produser SinemArt tampil sebagai pembicara pertama, "tujuan kami ke sini untuk hunting film KCB sekaligus mengusahakan agar bisa shooting di Mesir." Ia juga menjelaskan bahwa mereka berada di Negeri Seribu Menara selama sepuluh hari.


Chairul Umam, sambil melihat jam tangannya, beliau berkata, "Saya tidak bisa ceramah. Ditambah lagi, sangat ngantuk. Betul di sini, ba'da maghrib, tapi ini waktu saya tidur di Indonesia. Sebaiknya, kita dialog saja!"


"Sembilan puluh delapan persen, skenario sudah saya tulis", pembicara ketiga, Imam Tantowi, mulai bicara, "namun, setelah menyaksikan langsung sungai Nil, banyak ide yang bermunculan dalam otak saya, untuk mengubah naskah saya itu!"


Setelah mereka bertiga bicara, Nidlol langsung membuka acara dialog sekaligus tanya jawab. Para peserta banyak mengangkat tangan. Satu persatu, mereka dipersilahkan oleh moderator untuk menyampaikan saran, masukan, dan pertanyaan.


"Belajar dari kegagalan MD Picture shooting Ayat-Ayat Cinta di Mesir", kata Dani untuk menjawab pertanyaan kesiapan SinemArt dalam membuat film KCB di Mesir, "selain kami menempuh prosedur dan memenuhi ketentuan yang berlaku, kami juga meminta Umar Lubis, agar membantu kami melakukan lobi-lobi di Mesir. Yang jelas, kami telah menghubungi pihak kedutaan Mesir di Jakarta!"


Chairul Umam, menegaskan bahwa KCB, bukan hanya film religius, melainkan sebagai film dakwah. Beliau juga menceritakan beberapa film yang pernah dibesutnya, diantaranya: Alkautsar, Titian Serambut Dibelah Tujuh, Nada dan Dakwah, Fatahillah, dan yang lainnya.


Sedangkan Imam Tantowi, mengatakan, "Saya semaksimal mungkin, ingin membuat skenario yang sama persis dengan novelnya!" Kemudian beliau, menjelaskan perkembangan dunia perfilman di Indonesia.


Karena banyak pertanyaan yang ditujukan —terutama tentang film Ayat-Ayat Cinta (AAC)— kepada Kang Abik, maka beliau berbicara. Sebagai penulis novel AAC, beliau telah berusaha sekuat tenaga agar film itu sesuai dengan novelnya. Hanya saja, beliau tidak memungkiri bahwa film ACC ada banyak kekurangan, meskipun cukup booming di Indonesia, hingga Asia Tenggara. Oleh sebab itu, dalam membuat KCB ini, Kang Abik ikut serta dalam menentuan pemain, skenario, dan yang lainnya. Dihadapan para mahasiswa Al-Azhar, beliau berpesan, "Sudah saatnya, kita melakukan amal jama'i dan berusaha membuat sunnah hasanah —trend setter— dan saya sangat sedih, jika ada alumni Al-Azhar justru ikut-ikutan dengan trend yang ada, secara pragmatis, tanpa memperjuangkan idealisme keislaman!"


Umar Lubis —bintang film sinetron, putra staff KBRI Mesir, Nabila— ikut tampil bicara. "Saya, insya Allah, akan berusaha, film KCB, bisa shooting di sini. Dan saya berpesan, kepada teman-teman mahasiswa Indonesia Mesir, jadilah kalian duta-duta budaya di sini!"


Dalam acara Sarasehan itu, terlihat Al-Ustadz Abu Ridho, sebagai konsultan keagamaan untuk membuat film KCB. Ini sangat penting, agar film KCB sesuai dengan ajaran Islam, seperti di dalam novelnya dan benar-benar sebagai film dakwah.


Sebelum acara ditutup, tampillah Da'i Nada --group nasyid acapella Masisir yang telah masyhur di Timur Tengah, bahkan telah muncul di 20 channel televisi internasional-- untuk menghibur para peserta. Pukul 23:00 waktu Kairo, acara Sarasehan berakhir. (udo yamin majdi)


Sumber: http://udoyamin.multiply.com/journal/item/84/Kru_Film_Ketika_Cinta_Bertasbih_Hadir_di_Mesir

Kamis, 17 April 2008

Barak Obama, "Saya Akan Melakukan Apapun untuk Israel"



Kandidat presiden AS dari Partai Demokrat Barak Obama kembali menegaskan dukungan penuhnya terhadap Israel. Ia megatakan, jika terpilih sebagai presiden, ia akan sekuat tenaga membantu Israel dari ancaman apapun dan akan menolak semua resolusi anti-Israel di PBB.


Menurut para juru kampanyenya, Obama mengungkapkan hal tersebut dalam kunjungan ke sebuah sinagog di Philadelphia. Pada para pendukungnya di sana, Obama menyatakan bahwa dirinya adalah sahabat bagi komunitas Yahudi dan Israel.


"Sebagai presiden, saya akan melakukan apapun yang saya bisa untuk membantu melindungi Israel... Kami yakinkan bahwa Israel bisa mempertahankan diri dari setiap serangan, apakah itu datang dari tempat sedekat Ghaza atau sejauh Teheran, " kata Obama seperti dikatakan para juru kampanyenya.


Ia menolak disebut bahwa dukungannya terhadap Israel bermotifkan politik, tapi karena "keunikan posisinya" untuk membantu Israel.


Ditanya soal status Yerusalem- wilayah Palestina yang dirampas Israel pada masa perang Arab-Israel tahun 1967-Obama menyatakan bahwa ia menyerahkan keputusannya pada pihak-pihak yang terkait. Namun ia menegaskan bahwa mengembalikan status Yerusalem seperti pada masa sebelum perang tahun 1967, merupakan pilihan yang tidak bisa diterima. Obama sekali lagi menegaskan, bahwa Israel harus tetap menjadi negara Yahudi serta menolak hak kembali warga Palestina ke tanah airnya. (ln/al-arby)


Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/int/8417164852-barak-obama-quotsaya-akan-melakukan-apapun-israelquot.htm

Misteri Kunci Ka'bah, Umat Islam Wajib Mengembalikannya ke Tempat Semula



Saleh Al-Shaybi, orang yang diserahi tanggung jawab untuk menjaga Ka'bah, menghimbau Muslim yang kaya di seluruh dunia untuk membantu mengembalikan kunci Ka'bah yang terjual seharga 18 juta dollar di balai lelang Sotheby, London sepekan yang lalu.


Shaybi dan nenek moyangnya telah mengemban tugas menjaga Ka'bah sejak berabad-abad yang lalu. Ia mengatakan, kunci Ka'bah yang berusia 800 tahun itu kemungkinan dicuri, meski tidak diketahui apakah kunci yang terjual di balang lelang itu palsu atau asli.


Sejumlah kalangan di Arab Saudi bereaksi setelah membaca pemberitaan di media massa tentang terjualnya kunci Ka'bah tersebut. Sejarahwan Saudi, Hani Fairouzi mempertanyakan bagaimana kunci Ka'bah bisa dicuri. Ia mengatakan, pencurian itu bukan tindakan kriminal biasa, tapi bisa dibilang sebagai perampokan terhadap masyarakat secara keseluruhan.


"Sungguh menyedihkan, ketika tahu ada warisan sejarah yang tak ternilai harganya telah diselundupkan dari tempat di mana benda itu seharusnya berada. Dengan segala hormat dan penghargaan pada Saleh Al-Shaybi, saya ingin mengatakan bahwa para penjaga Ka'bah juga bertanggung jawab atas kunci-kuncinya, " kata Fairouzi.


Ia juga meminta pihak berwenang di Kerajaan Saudi untuk melakukan penyelidikan. "Jika kunci Ka'bah saja bisa diselundupkan, benda-benda bersejarah lainnya kemungkinan bisa bernasib sama. Faktanya, kunci itu dipercayakan Rasulullah pada keluarga Shaybi, keluarga yang paling bertanggung jawab dibandingkan dengan lainnya. Adalah kewajiban umat Islam di dunia, termasuk Kerajaan Saudi untuk mengembalikan kunci itu ke tempat asalnya, " tukas Fairouzi.


Menurutnya, Organisasi Konferensi Islam, Liga Muslim Dunia dan asosiasi-asosiasi Islam lainnya harus bekerjasama untuk mengembalikan kunci Ka'bah tersebut. Fairouzi juga meminta UNESCO ikut turun tangan untuk menghentikan pencurian benda-benda budaya dan benda-benda yang dilihat dari sisi keagamaan, sangat penting.


Penulis Saudi Al-Okayl ikut berkomentar. Ia menyatakan ada kontradiksi dalam pernyataan Al-Shaybi. "Dia tidak bisa memastikan apakah kunci itu hilang. Tapi ia menginginkan kunci itu dikembalikan, " kata Okayl.


Okayl berpendapat, keberadaan kunci-kunci Ka'bah seharusnya dicatat dengan baik, sehingga jika ada yang hilang bisa langsung terdeteksi. "Pencuri yang mengambil kunci Ka'bah akan melakukannya, setelah tahu nilai dan arti penting benda itu. Tujuannya, tentu saja untuk mendapatkan uang, " ujar Okayl.


Okayl sependapat bahwa umat Islam wajib mengembalikan kunci itu ke tempatnya semula. "Kalau pemiliknya sekarang minta harga yang tinggi, umat Islam bisa mengumpulkan dananya bersama-sama. Besar kemungkin, kunci itu dibeli oleh seorang Muslim. Tapi bisa muncul orang lain yang mengklaim punya kunci Ka'bah yang lain. Jadi, harus benar-benar diteliti, setiap upaya yang ingin mengeksploitasi sentimen umat Islam, " tukas Okayl. (ln/arabnews)


Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/int/8417113208-misteri-kunci-ka039bah-umat-islam-wajib-mengembalikannya-ke-tempat-semula.htm

Rabu, 16 April 2008

Kartini di Zaman Ini


Oleh: Udo Yamin Majdi


Masih ada yang tersisa, untuk aku ceritakan, dari pertemuan dengan Bu Marwah Daud, dalam acara Pelatihan Basic Life Skill MHMMD (Merencanakan Hidup dan Mengelola Masa Depan). Aku sangat terkesan, dengan cerita beliau. "Awalnya, saya sangat berat ke Mesir", Bu Marwah mulai bercerita, "sebab, saat ini, anak saya sedang ujian. Selama ini, setiapkali anak saya ujian, saya selalu menemani mereka. Saya akan tinggalkan semua agenda saya, sepenting apapun, baik itu di ICMI, Golkar, maupun pertemuan dengan presiden, apabila anak saya ujian. Urusan yang lain, masih ada orang lain yang bisa melakukannya. Tapi, urusan anak-anak saya, hanya satu orang yang bisa melakukannya, yaitu saya sebagai ibunya. Alhamdulillah, setelah saya tanya anak saya, ternyata ujian anak saya ini hanya ujian olahraga. Ini masih bisa saya tinggalkan. Beda kalau ujian eksak, saya akan temani anak saya. Saya akan bantu anak saya belajar. Dan sebelum berangkat ujian, saya akan akan menepuk-nepuk punggung anak saya, mencium keningnya, dan mendo'akan anak saya!"


Subhanallah, cerita ini sangat menyentuh labirin hatiku, sebab aku dan isteriku memiliki "frekuensi" yang sama dengan Bu Marwah, yaitu lebih mengutamakan anak dibandingkan urusan lain. Inilah yang membuatku tidak bisa melupakan cerita Bu Marwah. Mengapa aku dan isteriku lebih mementingkan anak dibandingkan yang lain? Sebab, menurut kami, anak adalah warisan untuk dunia sekaligus bekal untuk akhirat. Menurut saya, apa yang dicari oleh setiap orang dalam hidup ini, tidak lebih dari tiga hal: (1) mencari rizki; (2) mencari ilmu; dan (3) mencari pasangan hidup.


Proses mencari rizki, itu kita sebut dengan "bekerja". Coba, Anda perhatikan, apa yang dilakukan oleh manusia, baik itu di sawah, di kebun, di laut, di jalan, di kantor, dan di mana saja, bukankah semua itu dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan perut, alias kebutuhan fisik? Hanya namanya saja yang berbeda, kalau di sawah kita sebut petani, di kebun disebut peladang, di laut disebut nelayan, di jalan ada yang disebut sopir, polisi lalu lintas, pedagang asongan, dst; di kantor kita sebut pegawai, karyawan, atau buruh. Namun, hakikatnya satu yaitu bekerja.


Selanjutnya, proses mencari ilmu, kita kenal dengan "belajar". Lagi-lagi, coba Anda perhatikan, apa yang dicari oleh anak-anak TK, murid SD, siswa SLTP dan SLTA, dan mahasiswa PT? Atau apa yang dicari orang di tempat kursus? Atau, apa yang dicari oleh orang sampai ke luar negeri, termasuk saya ke Mesir? Bukankah, yang mereka dan saya cari adalah ilmu? Iya, yang kami cari adalah ilmu. Kalau bekerja lebih pada pemenuhan kebutuhan fisik --makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan seterusnya--, maka belajar untuk mencukupi kebutuhan batin atau psikologis.


Adapun, proses mencari teman hidup, kita beri nama "mencintai" atau "menyayangi". Di dunia ini, manusia terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu laki-laki dan perempuan. Kalau pun ada jenis lain, itu menyalahi kodrat. Lalu, coba Anda tanya, apa yang dicari oleh seseorang, baik ia sebagai laki-laki, perempuan, atau jenis lain --banci atau waria? Jawabannya adalah sangat sederhana, yaitu mencari teman hidup.


Jika orang menemukan "pasangan hidup" --sebagai tindak lanjut dari perteman-- dan dilakukan secara resmi, kita kenal dengan pernikahan, maka lahirlah sebutan suami dan isteri. Dari sini pula terciptalah peran-peran lain, yaitu sebagai ayah-ibu; kakek-nenek; dan seterusnya. Pernikahan atau keluarga ini untuk memenuhi gabungan dari dua kebutuhan sebelumnya. Kebutuhan ini kita sebut kebutuhan psiologis.


Nah, dalam mencari tiga hal itu (mencari rizki, mencari ilmu, dan mencari teman hidup) atau dengan kata lain, dalam bekerja, belajar, dan mencintai, manusia banyak yang keliru, sehingga merasa kehilangan makna. Sebab, mereka lakukan hal itu tanpa tujuan jelas. Padahal, dalam Islam, tujuan kita melakukan tiga hal --bekerja, belajar, dan mencintai-- tersebut adalah memberikan warisan untuk dunia dan mengumpulkan bekal untuk akhirat, atau bekal untuk mati.


Ya, bagiku, bekerja, belajar, dan mencintai adalah bekal untuk mati. Mengapa aku berpendapat demikian? Sebab, empat belas abad yang lalu, idola hidupku: Nabi Muhammad Saw., telah merumuskan tentang konsep bekerja, belajar, dan mencintai. Mari kita dengarkan sabda beliau: "Apabila manusia mati, maka semuanya terputus, kecuali tiga hal: (1) shodaqah jariyah; (2) aw ilmu yuntafa'u bihi; (3) aw waladin sholihin yad'u lahu.


Sangat menarik dan sangat cerdas, Nabi merumuskan bekerja, belajar, dan mencintai dalam konsep Islam. Beliau menjelaskan "memulai dari akhir", menyebutkan tujuan dari bekerja, belajar, dan mencintai, tanpa harus menyebutkan caranya. Secara luar bisa pula, beliau menyimpulkan kebutuhan manusia di dunia ini sekaligus kebutuhan di akhirat nanti. Mari, secara satu persatu kita bahas secara singkat.


Pertama, Nabi Muhammad Saw., menyebutkan bahwa amalan yang tidak terputus adalah shodaqah jariyah. Selama ini, makna shodaqoh jariyah, sering diartikan --oleh sebagian orang-- adalah membangun masjid, mewakafkan tanah, dan sejenisnya. Sedangkan membangun pabrik, lalu lintas, dan sejenisnya, seolah-olah bukan shodaqah jariyah. Padahl dalam hadis tersebut, shaqaqoh jariyah, lebih pada pembangunan karakter dermawan. Shadaqoh jariyah artinya memberi secara mengalir seperti air mengalir atau hembusan angin; tiada henti; terus menerus.


Pertanyaannya adalah bisakah kita dermawan tanpa harta? Tentu saja tidak bisa! Betul, senyum itu shadaqah. Tapi, apakah bangunan masjid atau jalan raya akan selesai, hanya dengan senyuman? Oleh sebab itu, kita butuh harta yang banyak. Sedangkan harta kita peroleh dengan bekerja. Jadi, makna shadaqah jariyah adalah Bekerjalah, namun hasil kerja itu, jangan hanya untuk diri sendiri; jangan hanya untuk keluarga saja; tapi berikan kepada siapa saja yang membutuhkan uluran tangan kita. Dengan kata lain, tujuan kita bekerja, adalah agar kita bisa shadaqoh.


Sebagai contoh, Kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy, penulis novel Ayat-Ayat Cinta). Beliau menjadikan menulis sebagai profesi alias pekerjaan. Dan alhamdulillah, hasil kerja sebagai penulis itu, lebih dari 1,5 milyar. Sampai saat ini, Kang Abik, tetap hidup sederhana. Bahkan, mobil pun beliau tidak punya. Kemanakah uang sebanyak itu? Ternyata uang tersebut, beliau pergunakan untuk membangun Pesantren Basmala. Dan pesantren ini sebagai sarana untuk membina umat. Lantas, apa yang menggerakan Kang Abik tetap hidup sederhana dan mempergunakan hasil kerjanya untuk orang lain? Inilah yang menggerakan beliau: karena beliau butuh bekal mati.


Kedua, al-'ilmu yuntaf'u bihi. Selama ini, kalimat ini sering orang artikan dengan kata "ilmu yang bermanfa'at". Sedangkan makna sebenarnya, lebih dari itu. Nabi mengunakan diksi "intafa'a", tidak memakai "nafa'a"? Apa beda dua kata ini?


Nafa'a artinya berfaidah. Sedangkan intafa'a, selain berarti berfaidah, juga bermakna "berfungsi". Agar lebih memudahkan kita memahaminya, aku akan berikan contoh. Dalam acara Dialog Umum di Azhar Conference Center (ACC) kemaren, di hadapan ribuan mahasiswa Indonesia Mesir, KH. Hasim Muzadi bercerita, bahwa di Amerika, beliau bertemu dengan seorang profesor yang hapal Al-Quran, namun ia tidak mengimani Al-Quran sebagai wahyu alias tidak memeluk Islam. Namun, profesor yang mengajar Islamic Studies tersebut, berkontribusi memperkenalkan Islam dan Al-Quran di Barat.


Apa yang terjadi pada profesor tersebut adalah contoh dari kata "nafa'a": ilmunya berfaidah pada orang lain, namun tidak berfungsi dalam dirinya. Di sini kita melihat bahwa antara ilmu dan karakter diri, dua hal yang berbeda. Ilmu tidak selamanya berbanding lurus dengan tingkah laku seseorang. Maka tidak aneh, ada ekonom yang mengajarkan ilmu ekonomi, namun ia seorang koruptor. Atau seorang agamawan, namun tindakannya jauh dari nilai-nilai agama yang ia ceramahkan. Dan seterusnya.


Adapun intafa'a, selain berfaidah, ilmu itu berfungsi untuk dirinya sendiri. Sebagai contoh, kita lihat dua pendiri Forum Lingkar Pena (FLP): Mbak Helvy (Helvy Tiana Rosa) dan Mbak Asma Nadia (Asmarani Rosalba). Ilmu menulis kakak beradik ini, selain berfaidah untuk orang lain, namun berfungsi dalam diri beliau berdua: mereka menulis. Mereka berdua begitu semangat menulis sekaligus mengajarkan ilmu menulis. Sehingga FLP bukan hanya bertebaran di pelosok nusantara, namun juga sampai ke manca negara, termasuk di Mesir. Lebih menariknya lagi adalah Mbak Helvy bisa mendidik anaknya Faiz dan Mbak Asma mendidik anaknya Caca menjadi penulis.


Apa yang menggerakkan Mbak Helvy dan Mbak Asma untuk membagikan ilmu lewat tulisan dan pelatihan --serta acara yang lainnya? Dari beberapa pertemuan dengan beliau berdua, aku menangkap semangat yang sama, seperti Kang Abik, beliau berdua lakukan sebagai bekal mati.


Jadi, makna sabda nabi tersebut, belajarlah Anda, lalu jadikan ilmu itu berfungsi dalam dirimu dan berfaidah bagi orang lain.


Ketiga, aw waladin shalihin yad'u lahu. Artinya, anak sholeh (sholehah) yang mendo'akan kedua orang tuanya. Apa hubungan anak sholeh dengan mencintai? Baik, untuk menjawabnya, kita kembali kepada kaidah di atas "Nabi memulai dari akhir" atau "menyebutkan tujuan, tapi tidak menyebutkan caranya".


Ya, anak sholeh adalah akhir atau tujuan. Mungkinkah kita punya anak sholeh, tanpa pasangan hidup? Berarti jalan untuk memiliki anak sholeh adalah menikah. Apakah dengan menikah, serta merta akan punya anak sholeh? Tentu saja tidak! Air yang jernih, keluar dari mata air yang jernih. Begitu juga anak yang sholeh lahir dari orang tua yang sholeh. Maka sungguh aneh, jika ada yang mengharapkan anak sholeh, tapi dengan cara melacur, atau menikah sesama jenis (lesbian dan homo)!


Dari sekian banyak ortu yang sungguh-sungguh mendidik anaknya menjadi anak sholeh adalah Mas Tamim (Mutammimul Ula, anggota DPR RI dari PKS) dan isterinya, Dra. Wirianingsing, sering dipanggil Mbak Wiwi. Aku mengenal Mas Tamim, sebab kami pernah aktif di organisasi yang sama, yaitu Pelajar Islam Indonesia (PII) dan tahun 2004, kami bertemu di Mesir. Yang menarik bagiku, kedua ortu ini, mendidik anak mereka, mereka tidak tidak mendikotomi ilmu, agama dan umum. Mereka ajarkan semua, dan awalnya menghapal Al-Quran. Untuk lebih jelasnya, coba Anda perhatikan biodata anak mereka ini:


Afzalurrahman, 21 tahun, semester 6 Teknik Geofisika ITB, Hapal Al-Qur'an sejak usia 13 tahun. Sekarang masuk dalam program PPSDMS, Ketua Pembina Majelis Taklim Salman ITB, terpilih peserta Pertamina Youth Programme 2007 dari ITB;

Faris Jihady Hanifa, 20 thn, semester 4 Fakultas Syariah LIPIA hafal Al-Qur'an sejak usia 10 tahun (mumtaz). Juara 1 lomba tahfiz Al-Qur'an 30 Juz yang diselenggarakan Kerajaan Saudi di Jakarta 2003, Juara 1 lomba olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ 2004;

Maryam Qonitat, 18 thn, semster 2 Fakultas Ushuludin Universitas Al-Azhar Cairo (tinggal dekat apartemenku di Nasr City Cairo), hapal Al Qur'an usia 16 tahun. Pelajar teladan/lulusan terbaik Husnul Khotimah 2006;

Scientia Afifah, 17 tahun, kelas 3 SMU 28 hapal 10 Juz Al Qur'an, juara mengarang tingkat SD se-Kab Bogor 2000, Pelajar Teladan, lulusan terbaik Mts Al Hikmah 2004;

Ahmad Rosikh Ilmi, 15 thn, kelas 1 MA Khusnul Khotimah, baru hafal 6 juz, Pelajar Teladan SDIT Al Hikmah thn 2002, Lulusan terbaik MTs AlKahfi 2006

Ismail Ghulam Halim, 13 tahun kelas 2 Mts Al Kahfi, baru hafal 8 juz, Juara Olimpiade IPA tkt SD Jaksel 2003, meraih 4 penghargaan Al-Kahfi 2006 (tahfiz terbaik, santri favorit, santri Teladan, Juara Umum) Ketua OSIS Pesantren Al-Kahfi;

Yusuf Zain Hakim, 12 thn, kls 1 Mts Al Kahfi, hafal 5 juz. rangking 1 dikelasnya;

Muh Saihul Basyir, 11 thn, kelas 5 SDIT Al Hikmah, hafal 2,5 juz;

Hadi Sabila Rosyad, 9 tahun, kelas 4 SDIT Al HIkmah, hapal 2 Juz;

Himmaty Musyassarah, 7 tahun, hapal 1 juz; dan

Hasna wafat usia 3 thn 7 bulan, bulan Juli 2006


Jadi, maksud hadis nabi, waladin sholihin yad'u lahu adalah bila Anda mencintai lawan jenismu, maka menikahlah. Setelah menikah, bentuklah generasi yang sholeh-sholehah.


Kesimpulan dari hadis nabi tersebut adalah apabila Anda bekerja, maka shodaqohlah; apabila Anda belajar, maka fungsikan dan manfa'atkanlah ilmu; dan jika Anda mencintai pasanganmu, maka menikahlah dan didiklah anak Anda menjadi sholeh-sholehah. Dan niatkan tiga hal ini --bekerja, belajar, dan mencintai-- sebagai bekal mati.


Baik, kita kembali kepada kisah Bu Marwah dan alasanku bersama isteriku yang lebih mengutamakan pendidikan anak. Dari pemaparan di atas, aku ingin menegaskan bahwa mendidik anak adalah kebutuhan hidup, bukan sebuah kewajiban. Selama ini, tidak sedikit yang memahami bahwa pendidikan anak hanya sebuah kewajiban. Lebih parahnya lagi, ada tahu itu sebuah kewajiban, tapi tidak serius mendidik anaknya, mereka menganggap dengan memasukan ke sekolah atau perguruan tinggi, maka telah menunaikan kewajiban. Sedangkan mereka, terutama kaum ibu, dengan bangga menjadi wanita karir dan menggembar-gemborkan kesetaraan (emansipasi).


Oleh sebab itu, dalam mementum Hari Kartini, aku mengajak isteriku dan siapa saja, untuk sebentar saja merenung tentang peran kita sebagai ortu, terutama sebagai ibu. Selama ini, banyak yang tidak tahu, bahkan keliru, memahami Hari Kartini. Para feminis, sering mengangkat sosok R.A. Kartini sebagai perjuangan seorang perempuan agar setara dengan kamu laki-laki. Lebih parahnya lagi, mereka menyembunyikan faktor yang menggerakkan Kartini berjuang, yaitu Islam. Malahan sekarang sebaliknya, seolah-olah, Islam menjadikan kaum perempuan terkungkung.


Padahal perjuangan R.A. Kartini, bukan untuk kesetaraan gender (emansipasi), melainkan menuntut pendidikan untuk kaum wanita agar mereka bisa menjadi para ibu cerdas yang bisa mendidikan anak mereka dengan baik. Ini terlihat dari surat R.A Kartini yang beliau tujukan untuk Prof. Anton dan Nyonya pada 4 oktober 1902: "Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali, karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya, tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya; menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."


Begitu juga halnya, sangat salah, kalau ada yang berpendapat bahwa Islam menjadikan kaum wanita terbelakang. Justru sebaliknya, sejak Islam datang, untuk memperjuangkan hak dan kedudukan perempuan pada posisi terhormat. Bahkan, Islamlah yang memberikan inspirasi kepada R.A. Kartini untuk berjuang. Ini dapat kita lihat pada surat beliau untuk Ny. Van Kol, 21 Juli 1902: "Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai." Lebih jelas lagi, kepada gurunya; Kyai Sholeh Darat, beliau berkata: "Kyai, selama kehidupanku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan bualan rasa syukur hatiku kepada Allah. Namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa para ulama saat ini melarang keras penerjemahan dan penafsiran al-Quran dalam bahasa Jawa? Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?"


Lebih lanjut, perjuangan Kartini bukan ingin meniru Barat seperti yang dilakukan feminis saat ini, melainkan ingin memperkenalkan Islam kepada Eropa. Ini terlihat dari tulisan beliau kepada kepada Abendanon, 27 Oktober 1902 yang berbunyi: "Sudah lewat masamu, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah Ibu menyangkal bahwa di balik sesuatu yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban?"


Jika R.A Kartini berjuang setelah memahami Islam dan mengkaji isi al-Quran -- terutama terinspirasi dengan firman Allah SWT: minadh-dhulumati ilan-nur [mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman) dalam surat Al-Baqarah [2]: 257, lalu diistilahkan Armyn Pane dalam tulisannya dengan, "Habis GelapTerbitlah Terang"-- lalu mengapa ada yang menuduh Islam sebagai pengekang kehidupan perempuan? Islam memposisikan perempuan sebagai pendidik anak, bukan untuk menindas mereka, melainkan hanya sebatas pembagian kerja saja. Islam juga tidak melarang wanita untuk menjadi wanita karir, aktif di luar rumah, dan berperan di dunia publik, tapi dengan syarat mereka tidak melupakan peran domestik mereka, yaitu mendidik anak.


Dengan sengaja, aku memberikan contoh Bu Marwah Daud, Mbak Helvy, Mbak Asma, dan Mbak Wiwi, karena beliau berempat adalah perempuan yang super-sibuk dan seabrek dengan aktifitas di luar rumah, namun mereka tetap punya komitmen: lebih mendahulukan anak-anak mereka. Nah, sudahkah Anda menjadikan pendidikan anak sebagai skala prioritas utama? Dan siapkah Anda menjadi Kartini zaman ini?


* * *


Cathar ini awalnya sebagai kado untuk isteriku pada hari Wedding Anniversary ke-3 kami, namun aku persembahkan untuk siapa saja yang punya komitmen mendidik anak-anaknya dalam rangkat merenungi Hari Kartini.


Sumber: http://udoyamin.multiply.com/journal/item/83/Kartini_di_Zaman_Ini

Selasa, 15 April 2008

Sate Mobil, Siapa Mau?


ONGKOS KIRIM LEBIH MAHAL:  "Patung" delapan mobil yang ditusuk baja di Berwyn, Illinois, AS.

BERWYN - Delapan mobil ditusuk dengan batang baja, maka mirip sate mobil. Karya unik bernama Spindle (Kumparan) di Berwyn, Illinois, AS, itu ditawarkan kepada penawar tertinggi lewat eBay. Harga pembukaannya USD 50 ribu (sekitar Rp 460 juta).


Situs eBay menggoda calon pembeli dengan menyebutnya sebagai "monumen tepi jalan yang tersohor secara internasional." Sate mobil tersebut memang ngetop sebagai tempat singgah turis. "Patung" itu pernah muncul di film Wayne’s World (1992). Cerita film komedi itu berpusat di sekitar kedai donat, yang di depannya menjulang sate mobil tersebut.


"Landasan betonnya tidak termasuk yang dijual. Hanya mobil dan tiang," kata Michael Flight dari agen properti pengelola mal tempat sate mobil ini berada. Kepada UPI, dia mengakui, sebenarnya sate mobil itu mau dipindah saja, tetapi ongkosnya sangat mahal. Maka dijual saja.


Karena itu, calon pembeli harus siap-siap merogoh kantong lebih dalam. Sebab, diperkirakan ongkos bongkar dan pengirimannya lebih mahal daripada harga yang ditawarkan. Bisa-bisa mencapai USD 100 ribu (sekitar Rp 918 juta).


Menurut Chicago Tribune, setelah penawaran dibuka Minggu, pada malamnya (Senin siang WIB) sudah ada yang 2.000 orang yang mengklik penawaran tersebut. Namun, belum ada yang deal. Lelang ditutup pada Kamis nanti. (roy)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10320

Markas Hade Dibom Molotov

BANDUNG - Proses pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Barat diwarnai aksi tak terpuji. Kemarin markas pasangan Hade (Ahmad Heryawan-Dede Yusuf), yakni Kantor DPD PKS Kabupaten Bandung, di Jl Ketapang, dilempari bom molotov.


Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 13.00. Ketika itu tujuh pengurus DPD PKS menghitung ulang suara Pilgub Jawa Barat (Jabar) di ruang dokumen C1. Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara percikan api dari luar kantor. "Ternyata api sudah besar dan membakar tiga motor kami, selang air dan spanduk Hade," kata Idan, salah satu pengurus DPD PKS.


Begitu kejadian, beberapa pengurus langsung keluar kantor. Mereka melihat pelempar bom molotov hendak melarikan diri. Sayang, upaya pelaku gagal. Vespa yang dikendarainya ngadat. Tanpa berpikir panjang, si pelaku langsung diamankan.
Tersangka yang belakangan diketahui bernama Didin Tajudin, 28, warga Kampung Cinangka RT 04/7, Desa Margaluyu, Kecamatan Anjarsari, Kabupaten Bandung tersebut, tak melawan saat ditangkap. Bahkan, saat diinterogasi, lelaki berbadan sedang itu lebih memilih diam. "Selanjutnya, kami serahkan ke Polsek Katapang untuk ditindaklanjuti," kata Idan.


Saksi mata lain, Aten Katapang, pemilik toko di seberang kantor PKS menuturkan, saat kejadian, dia melihat tersangka linglung.


"Kejadian ini sangat singkat. Awalnya saya melihat pelaku mondar-mandir di luar kantor. Tapi, saya tak memedulikannya, karena di kantor PKS selalu banyak orang. Namun, setelah melihat kobaran api, saya baru tahu," terangnya.


Setengah jam setelah kejadian, Kapolres Bandung AKBP Ahmad Dofiri tiba di lokasi. Anggota polisi langsung mengamankan lokasi untuk pengusutan dengan memasang police line. Setelah meninjau lokasi dan meminta keterangan saksi mata dan pengurus partai, ia menuju ke Mapolsek Katapang untuk menemui tersangka yang sedang diinterogasi.


Dari hasil pengembangan sementara diketahui bahwa tersangka mengaku melakukan aksi tersebut atas inisiatif sendiri. "Ini tidak direncanakan. Tersangka mengaku atas inisiatif sendiri," kata Ahmad di Mapolsek Ketapang.


Dia menjelaskan, inisiatif tersebut didapatkan saat berjalan-jalan dengan kedua temannya. "Di tengah jalan, tersangka kecewa atas Pilgub Jabar. Kemudian, dia dan temannya menuju kantor DPD PKS dan ingin membakar kantor PKS. Dia juga mengaku tidak ada yang menyuruh," tambah Ahmad.


Di bagian lain, Wakapolda Jabar Brigjen Pol Supriyadi Usman juga terjun ke lokasi kejadian. Suprihadi mengatakan, tindakan yang dilakukan pelaku tidak dikenal di kantor PKS itu terkait dengan Pilgub Jabar. "Ini terkait dengan Pilgub Jabar," kata Supriyadi usai menemui tersangka di Mapolsek Ketapang, Bandung.


Ketua tim sukses Hade Kabupaten Bandung Arifin Sobari mendesak aparat keamanan mengusut persoalan ini sampai tuntas. "Kami yakin di balik serangan ini ada aktor di belakangnya," ungkap Arifin geram.



Pasangan Hade Masih Unggul


Hingga hari kedua pelaksanaan Pilgub Jabar kemarin (14/4), Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat masih memproses perhitungan sementara perolehan suara para calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub).


Pemantauan Radar Bandung (Grup Jawa Pos) kemarin hingga pukul 17.17, perhitungan sementara menunjukkan pasangan nomor urut satu Danny Setiawan-Iwan Ridwan Sulandjana (Dai) mendapatkan 621.443 suara (26 persen). Nomor urut dua Agum Gumelar-Nu�man Abdul Hakim (Aman) memperoleh 815.555 suara (34 persen). Terakhir, pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (Hade) memperoleh 933.324 suara (39 persen). Berarti, untuk sementara pasangan ini masih unggul dibanding dua calon lain.


Jika berdasarkan data versi KPU Jabar kemenangan Hade masih belum pasti, menurut quick count beberapa lembaga survei, pasangan tersebut sudah dinyatakan menang.


Anggota KPU Jabar Ferry Kurnia Rizkiansyah mengatakan, sejak kemarin data yang masuk baru 10 persen atau sekitar 2,5 juta suara. Menurut dia, proses perhitungan dilakukan KPU sesuai prosedur yang berlaku dengan mengunakan sistem manual dan bertahap.


"Lamanya perhitungan suara karena memang kami menjalankan sesuai prosedur yang ditetapkan. Mudah-mudahan, antara 22 atau 23 April mendatang, perhitungan sudah selesai sehingga KPU langsung mengumumkannya kepada publik," terangnya.



Versi Lain, Agum Unggul


Berdasarkan informasi yang diperoleh Radar Bandung dari tabulasi posko Agum Gumelar-Nu�man Abdul Hakim (Aman) sampai pukul 13.00, pasangan nomor urut dua ini tetap menduduki urutan pertama dengan perolehan 6.278.070 suara atau 38,03 persen. Kemudian disusul nomor urut tiga Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (Hade) dengan perolehan 5.986.057 atau 36,26 persen. Terakhir, pasangan nomor urut satu Danny Setiawan-Iwan Ridwan Sulandjana (Dai) dengan perolehan 4.242.364 suara atau 25.70 persen.(aol/dni/jpnn/kum)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10316

Ketika Api Olimpiade Mampir ke Indonesia

Apa yang sebaiknya dilakukan di Indonesia saat api Olimpiade Beijing mampir di Jakarta pada 22 April nanti? Tiba-tiba saya memikirkan ini ketika di Beijing setiap hari mengikuti siaran televisi.


Kedatangan api olimpiade di setiap negara ternyata disiarkan secara nasional di Tiongkok berjam-jam lamanya. Bahkan, dua hari sebelum kedatangan api itu di suatu tempat, televisi Olimpiade Tiongkok (dulu CCTV 5) sudah menyiarkan persiapan-persiapan yang dilakukan negara yang akan disinggahi.


Ini tentu kesempatan besar bagi sebuah negara untuk promosi gratis besar-besaran di Tiongkok. Siaran TV Olimpiade Beijing di waktu pagi adalah acara yang paling disimak di sana. Maklum, berita politik di sebuah negara dengan sistem politik sosialis tidak akan menarik perhatian luas. Acara-acara menarik lainnya, umumnya seperti American Idol dengan segala variasinya, baru disiarkan malam hari.


Maka siaran Olimpiade Beijing dalam bahasa Mandarin itu merupakan kesempatan luar biasa untuk negara seperti Indonesia bila ingin mendapatkan liputan yang luas di Tiongkok. Tentu negara seperti Amerika dan Eropa tidak seberapa memerlukan Tiongkok. Namun, negara yang baru saja terkena krisis seperti Indonesia sangat memerlukan kemajuan Tiongkok untuk kepentingan Indonesia. Setidaknya di bidang pariwisata.


Karena pemerintah lagi menggalakkan Visit Indonesia 2008, kedatangan api olimpiade ini, kalau bisa dimanfaatkan secara baik, akan menjadi acara yang paling menarik sepanjang tahun.


Juga akan menjadi program paling berhasil dibanding program-program visit Indonesia Year 2008 lainnya.


Sayangnya, penanggung jawab kedatangan api olimpiade bukan kementerian pariwisata, melainkan kementerian olahraga. Maka, saya ragu kalau momentum ini bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan Indonesia sendiri. Tapi, karena atasan kedua menteri itu sama, apa salahnya kalau diadakan koordinasi yang intens agar momentum itu bisa sepenuhnya dimanfaatkan untuk kepentingan nasional.


Memang akan muncul kepentingan kelompok yang bisa saja mengalahkan kepentingan nasional. Misalnya, kelompok Menpora yang bisa saja memanfaatkan untuk pemuasan ego sektoralnya. Ada pula kelompok anti-Tiongkok yang akan memanfaatkannya dengan cara menunggangi masalah Tibet.


Tapi, kepentingan nasional mestinya masih yang paling penting. Karena di sekitar tanggal itu saya masih akan di Tiongkok, saya akan melihat dan mengevaluasi apakah kedatangan api olimpiade di Jakarta nanti menimbulkan citra yang baik bagi Indonesia di mata rakyat Tiongkok atau tidak. Kalau saja kedatangan api itu bisa menimbulkan citra aman, meriah, menarik, dan berbeda dengan di negara-negara lain, siapa tahu target kedatangan wisatawan asing ke Indonesia dengan mudah bisa didapat.


Saya melihat liputan kedatangan api olimpiade kini sangat emosional, dan jam tayangnya lama sekali, dan diulang-ulang, dan banyak variasinya. Kapan lagi Indonesia bisa masuk TV di luar negeri begitu panjang dengan citra yang baik. Bukan lagi masuk TV kalau ada tsunami, gempa bumi, meledaknya bom teroris, atau pembunuhan antarkelompok agama. Kinilah saatnya Indonesia mendapatkan panggung internasional yang besar sekali: Inilah Indonesia. Negara yang ketika api itu datang ke Jakarta masyarakatnya tampak sangat aman, ramah, penuh keceriaan, dan kreatif dalam membuat acara serta alamnya yang indah.


Saya khawatir jangan-jangan yang muncul di TV kelak hanya wajah menteri yang biasanya sangat formal itu, atau demo-demo kelompok kepentingan atau citra Jakarta yang banjir dan tidak tertib. Di Beijing, saya sungguh harap-harap cemas citra apa yang akan muncul di siaran televisi kelak.


Di antara acara kedatangan api olimpiade di sebuah negara, yang paling menarik adalah ketika api itu datang di Afrika Selatan yang disiarkan Senin pagi kemarin, hampir satu jam. Atraksinya sangat menarik. Namun, karena Afrika Selatan amat jauh dari Tiongkok, rasanya tidak secara otomatis orang Tiongkok ingin berwisata ke sana. Ini berbeda dengan posisi Indonesia yang amat dekat dan alam serta budayanya yang sangat menarik. Kekurangan kita selama ini, seperti banyak dikeluhkan orang, adalah promosi! Sekarang ada kesempatan promosi yang luar biasa besarnya.


Saya sungguh ingin tahu, sudah mulai cerdas atau belum pemerintah kita memanfaatkan momentum seperti ini. Kita semua akan jadi saksinya.(*)

(Dahlan Iskan)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10319