Senin, 21 Juli 2008

Angklung, Baik untuk Anak

BINGUNG memilih alat musik yang tepat bagi anak Anda? Gampang saja. Tak perlu jauh-jauh pergi ke luar negeri untuk mencarinya. Sebab seorang peneliti alat musik dari Korea Selatan pun tahun 2002 silam justru memilih pergi ke Bandung dan mempelajari angklung.

TAHUN-tahun sebelumnya, dia sempat berkeliling ke negara-negara Asia dan Afrika untuk keperluan itu. Begitu tiba di Malaysia dan mau pulang ke negaranya, ia melihat situs kami di internet dan memutuskan bertolak ke Bandung,” terang Maulana, Marketing Manager Saung Angklung Mang Udjo, tempo hari.

Setelah diteliti ternyata angklung memiliki banyak keunggulan dibanding beberapa alat musik lain. Angklung mudah dimainkan, tidak berbahaya, membuat suasana jadi meriah, dan bentuknya yang menarik. 

“Anak-anak usia tiga tahun pun sudah bisa main angklung. Cara main yang cuma digoyang sekaligus melatih motorik mereka. Ketika dimainkan berkelompok makin banyak manfaatnya. Anak-anak bisa belajar kerjasama tim, disiplin, berkoordinasi, saling mengisi nada, dan tetap menjaga seni tradisi warisan nenek moyang,” ungkap Maulana tersenyum.

Setelah tiga bulan belajar, sang peneliti tadi membawa perangkat angklung lengkap ke Korea. Setelah dikenalkan kini setiap taman kanak-kanak (TK) di sana wajib memiliki sekurangnya satu set angklung. Menurut Maulana si peneliti mendapat penghargaan pemerintahnya sebagai pengembang instrumen musik dari luar negeri.

Kaitan antara musik dengan kemajuan perkembangan anak sendiri sebenarnya telah diketahui sejak lama. Sejumlah pakar neurologis menemukan musik dengan komposisi seimbang dan ritme teratur seperti pada musik klasik atau orkes simfonik bisa membantu pertumbuhan kecerdasan otak manusia.

Komposisi orkes simfonik bahkan memiliki keseimbangan rasa (EQ, emotional quotient) dan logika (IQ, intelligence quotient) hingga mereka yang memainkannya bisa mengasah ketajaman rasa dan logika sekaligus.

“Makanya, sekolah-sekolah Jepang, Korea, dan Singapura sudah mewajibkan para siswa belajar musik simfonik. Berbagai fakta tersebut membuat saya tidak ragu memaksa ketiga anak saya belajar musik sejak usia mereka 3,5 tahun,” papar komposer Addie MS yang juga suami dari penyanyi Memes ini, beberapa waktu lalu.

Elia Wardhani MPsi, penulis buku Musik Pengaruhi Kecerdasan Anak, menegaskan mengenalkan musik sejak dini pada anak dapat membantu anak menjadi pribadi mandiri, mampu memperbaiki kontrol motorik, meningkatkan kemampuan bahasa dan berbicara, sekaligus mengontrol emosional dan perkembangan sosial anak.

“Lebih jauh musik bisa menjadi alat terapi bagi anak. Bermusik berarti berekspresi. Dengan bermusik seorang anak bisa terbantu dalam mengontrol emosinya. Sehingga bila si anak marah, ia terlatih menyalurkan emosi melalui musik,” jelas Elia. (ricky reynald yulman)

Tak Selamanya Mulus
TAK
selamanya pengenalan musik kepada anak dapat berjalan mulus. Karena itu, beberapa hal berikut sebaiknya diperhatikan.
1. Perdengarkan musik-musik lembut sejak anak masih dalam kandungan.
2. Ajak si kecil menonton pertunjukkan musik secara langsung.
3. Perkenalkan nama alat musik dan ajarkan cara memainkannya.
4. Jangan memaksa bila anak tak suka.
5. Kondisikan lingkungan agar saat mengenalkan musik, suasana menjadi ceria.
6. Pilih alat musik yang mudah dimainkan seperti digoyang, dipukul, dan ditiup. Makin anak tertarik baru dikenalkan alat musik yang agak sulit dimainkan.

Sumber: http://tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=14705&kategori=16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar