Selasa, 22 Juli 2008

Negara Barat Tertawai Praktek Demokrasi di Indonesia

PANGKALPINANG--Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB) Dr.Bustami Rahman, mengemukakan, kalangan akademisi di negara-negara barat menertawai praktek demokrasi langsung di Indonesia karena dinilai terlalu liberal.

"Pelaksanaan demokrasi langsung di Indonesia terlalu liberal sehingga kehilangan makna dan substansi nilainya. Makanya jangan heran dengan demokrasi rakyat bukannya sejahtera, tetapi justru tambah tidak bisa makan dan hidup dalam ancaman dan ketertekanan sosial," ujarnya di Pangkalpinang, Selasa.

Menurut dia, teman-teman kami dari kalangan akademisi bidang sosial dan politik di negara-negara Barat melihat praktek demokrasi di Indonesia secara mengherankan, karena terlalu liberal, penuh kekerasan konflik dan tanpa arah yang jelas untuk membawa rakyatnya menuju kehidupan lebih baik.

Terkait demokrasi, katanya, bukan hanya pelaksanaannya yang salah tetapi juga sistemnya yang memang tidak relevan dijadikan sistem politik di Indonesia karena bukan budaya bangsa Indonesia, tetapi produk budaya barat yang menjunjung tinggi budaya individualis dan materialismenya.

"Jadi karena demokrasi bukan budaya bangsa sebaiknya harus memiliki keberanian membentuk sistem politik baru yang lebih sesuai dan mencerminkan budaya dan karakter bangsa serta dinamika sosial yang berkembang," ujarnya.

Menurut dia, bila berhasil membangun sistem politik yang sesuai dengan budaya dan karakter bangsa, bisa dipastikan gairah kehidupan akan bangkit kembali dalam suasana keteraturan sosial yang penuh kedamaian dan kesejahteraan, bukan justru selalu dalam ancaman kemiskinan dan disintegrasi sosial.

Permasalahan ini, menurutnya, sudah kami sampaikan bersama teman-teman akademisi ke DPR-RI dengan harapan ada inisiatif untuk melakukan perubahan sistem politik yang terbukti tidak efektif dilaksanakan di Indonesia. Hanya saja respon DPR-RI dan pejabat terkait sangat mengecewakan, ujarnya.

Ia mengemukakan, kalangan elit bangsa terlalu memuja-muji sistem pemerintahan demokrasi sebagai produk peradaban barat yang sempurna, padahal demokrasi sebetulnya bukan segalanya yang mampu menjadi jaminan membawa bangsa menuju kemandirian ekonomi, politik sosial dan budaya.

"Kan banyak negara yang tidak menggunakan sistem demokrasi ala barat, tetapi rakyatnya kenyang dan sejahtera sehingga negaranya menjadi kuat. Katakan lah beberapa negara di kawasan Timur Tengah, Amerika Latin dan juga Eropa Timur rakyatnya tetap sejahtera, jadi demokrasi harus dikaji lagi," ujarnya. antara/pur

Sumber: http://www.republika.co.id/launcher/view/mid/19/news_id/1110

3 komentar:

  1. Kita jangan terlalu percaya ke Barat. Mereka bilang semua harus demokrasi sekarang ada ilmuwan seperti itu pendapatnya. Lebih baik memanfaatkan alam demokrasi dengan baik lalu menguatkannya. Toh di dunia ini tidak ada sistem sempurna. Sejahtera memang tujuan dari penyelenggaraan negara namun kita juga melihat konteks Indonesia sebagai negara berkembang yang banyak diperas oleh negara maju.

    BalasHapus
  2. inilah yg namanya jurnalisme lisan. ada seorang narasumber ngomong, ya dikutip aja mentah2. Kagak didalami: siapa sih yg ngetawain? ilmuwan ahli apa dan dari universitas apa (dan bukunya apa aja?); apa sih yg dimaksud "terlalu liberal"? Bustami Rahman ini lucu: menyarankan agar demokrasi Indonesia harus membedakan diri dari Barat, dengan landasan karena orang Barat bilang begitu.... Menurut gw sih, ini mah si doktor dari Belitong itu saja yg kurang paham yg dia omongin sendiri. Model2 politik di Bolivia, Mexico, Venezuela dan lain2 adalah model demokrasi juga, tapi bercorak sosialis --sebuah model yg dulu disarankan oleh Mohammad Hatta, dan beberapa bapak bangsa kita yg lain. Sedangkan kebanyakan negara Timur Tengah seperti Arab Saudi kan memang bukan demokrasi, tapi kerajaan. Apakah "tapi rakyat kenyang" itu (1) memang benar (mana surveynya?)? (2) jadi tolok ukur satu2nya. Ingat2 deh, di Arab itu kan perempuan kagak boleh nyetir sendiri, dan berapa banyak kasus TKW kita yg disiksa dan bahkan diperkosa gara2 dianggap "budak"? Saya bukannya mau menjelek2kan Arab Saudi (kalau memang benar jelek, kan gak usah dijelek-jelekkan, bukan?:P). Saya hanya menjunjung sabda Nabi Muhammad SAW: "Tidaklah lebih tinggi orang Arab dibanding bangsa lain."

    Soal kekerasan dlm proses demokrasi kita ....puh-leaze.... Mesir, Pakistan, India, Israel, (semuanya menggunakan model demokrasi juga --paling tidak, secara prosedural) jauh lebih penuh kekerasan daripada negara kita. Kenapa mereka tak ditertawakan?
    Memang, bangsa kita sedang susah. Tapi ingat2 deh, negara macam Amerika, Prancis, Jepang, Jerman, negara2 Amerika Latin, kan pernah susah kayak kita --mungkin lebih. Masalahnya, di tengah kesusahan ini, apakah kita tumbuh jadi survivor, atau tumbuh jadi bangsa cengeng, gampang menyerah, gemar cari jalan mudah, dan membesar2kan khayalan "bagaimana kalau begini? bagaimana kalau begitu?"

    Just do your best ...and just do it!

    BalasHapus
  3. Semestinya ada aturan yang mewajibkan seorang pembantu di dampingi seorang suami. Kebanyakan para pembantu yang bekerja di negeri lain tidak disertai sang suami. Padahal hal itu sangatlah penting.

    Bepergian saja seorang perempuan mesti didampingi oleh seorang suami atau saudara laki-lakinya pun dalam masalah ibadah haji, apalagi ini bekerja di negeri yang sangat jauh jaraknya dan untuk jangka waktu yang cukup lama.

    Semoga saja hal ini dijadikan renungan dan pengambilan sikap yang bijaksana oleh semua pihak.
    baca selengkapnya >>> http://elazhar.multiply.com/journal/item/151/Keanehan_dan_Keistimewaan_Negeri_Ini_2

    BalasHapus