Selasa, 29 April 2008

Di Balik Pesta Pernikahan Spektakuler Prajna Murdaya-Irene Tedja

Siapkan 100 Koki, Layani Beragam Selera Tamu

Murdaya Poo, pengusaha sukses yang juga orang terkaya ke-13 di Indonesia versi majalah Forbes, Minggu (27/4) malam mengadakan resepsi pernikahan putranya, Prajna Murdaya, dengan Irene Tedja, putri kedua pemilik Grup Pakuwon Alexander Tedja. Untuk mempersiapkan pesta pernikahan yang disebut-sebut terbesar pada 2008 itu, butuh waktu panjang dan melelahkan. Seperti apa?


SUGENG-TOMY, Jakarta


Minggu malam itu, Jawa Pos berkesempatan masuk ke tempat resepsi, yakni di gedung hall B-1 arena Jakarta International Expo Pekan Raya, Jakarta. Di gedung itulah Prajna-Irene duduk di pelaminan. Tak henti-henti mereka menyunggingkan senyum kepada setiap tamu yang menyalami.


Pengantin yang sedang berbahagia tersebut diapit orang tua mereka. Di sebelah kanan pasangan Murdaya Poo-Siti Hartati Murdaya. Di sebelah kiri pasangan Alexander-Melinda Tedja. Nama-nama itu termasuk pengusaha papan atas tanah air.


Wajar tamu yang datang bukan orang sembarangan. Presiden SBY dan Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono menyempatkan hadir. Tak ketinggalan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang juga ketua umum DPP PDIP. Di partai itu, Murdaya menjadi salah seorang ketua.


Hampir setiap tamu yang naik ke panggung pelaminan untuk mengucapkan selamat kepada pengantin menyempatkan berdiri lebih lama. Mereka menatap dekorasi di belakang pelaminan, yakni berupa miniatur Candi Borobudur.


Dari jauh, miniatur yang panjangnya mencapai 30 meter dan tingginya hampir menyentuh atap gedung tersebut memang mirip asli. Baik dari sisi bentuk maupun konfigurasi warna. Yang menarik, ada sejumlah tamu yang menunggu sampai acara resepsi selesai. Ternyata, mereka hanya ingin berfoto dengan latar belakang miniatur Borobudur itu.


"Karena ingin foto di depan Borobudur, harus menunggu resepsi selesai," kata salah seorang tamu dari Surabaya lalu tersenyum.


Butuh waktu dua minggu untuk membangun candi Borobudur mini itu. Bangunan megah berwarna abu-abu terbuat dari busa itu dibikin oleh seniman Suyanto dari Event Organizer (EO) Multi Kreasi Enterprise. "Biayanya lebih dari Rp 1 miliar-lah," kata Engelbertus Emil Eriyanto dari EO tersebut.


Ide membuat miniatur candi Borobudur berasal dari Siti Hartati Murdaya. Ini karena Hartati Murdaya adalah ketua umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi). Selain itu, Prajna dan Irene juga menikah secara Buddha di Vihara Buddha Metta Arama, Jalan Terusan Lembang, Jakarta Pusat, 23 April lalu.


Hartati memang mewanti-wanti agar miniatur Borobudur dibuat semirip mungkin aslinya. Hartati dan suaminya Murdaya Poo beberapa kali mengecek langsung proses pembuatan miniatur candi Borobudur tersebut. "Beliau ingin memastikan candi itu selesai tepat waktu," katanya.


Persiapan acara pernikahan juga memakan waktu sekitar tiga bulan. Hartati Murdaya menduduki jabatan tertinggi di kepanitiaan, yakni sebagai penasihat sekaligus decision maker alias pembuat keputusan. Toto Lestio ditunjuk sebagai direktur utama. Di bawahnya ada 10 direktur, di antaranya direktur konsumsi, direktur keamanan, dan direktur protokol. "Masing-masing direktur membawahi 30-an orang. Jadi ada 300-an panitia," kata salah seorang panitia yang menolak disebut namanya.


Para angota panitia ini berasal dari pihak kedua mempelai. Yakni dari Pakuwon dan dari JI Expo. Jumlahnya berimbang.


Khusus protokol, panitia melibatkan staf Departemen Luar Negeri (Deplu) dan sekretariat negara (Setneg). Ini karena ada tamu para menteri dan duta besar negara sahabat. Sebelum hari H, panitia rapat setiap Senin. Biasanya rapat dimulai pukul 17.00 dan berakhir pukul 22.00. Namun, dua minggu menjelang hari-H, rapat digelar sampai pagi."Yang paling ribet memang soal undangan," katanya.


Undangan dibagi dalam beberapa kelompok. Mulai kelompok menteri, kelompok pengusaha, kelompok artis, dan sebagainya. "Tempat duduknya jangan sampai salah. Kalau menteri kan ada protokolernya sendiri. Makanya kita mengajak setneg dan deplu," katanya.


Memang wajar kalau banyak orang penting yang diundang. Sebab yang punya gawe adalah Murdaya Poo, orang terkaya ke-13 di Indonesia versi Forbes dengan kekayaan USD 900 juta. Istrinya, Hartai Murdaya juga merupakan presiden direktur JI Expo. Besannya, Alexander Tedja dan Melinda Tedja, merupakan bos Pakuwon Group, salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia. Alex juga merupakan orang terkaya ke-40 di Indonesia versi majalah Asia Globe.


Persoalan krusial lainnya adalah katering. Panitia harus memikirkan makanan yang cocok bagi semua tamu. "Untuk ribuan orang pasti kan ada yang vegetarian, tidak mau pedas, tidak mau santan, dan sebagainya. Itu harus kita pikirkan," katanya.


Untuk masakan, panitia mendatangkan 100 koki dari Hotel Sultan, Hotel Grand Melia, dan Puspa Katering. "Ada juga koki khusus dari Thailand. Mereka khusus mamasak masakan Thailand," kata perempuan berusia sekitar 45 tahun itu. "Sebanyak 70 koki khusus untuk memasak hidangan bagi presiden dan menteri," katanya.


Sebelum gala dinner dimulai, para koki malam itu berbaris memberi hormat kepada Presiden SBY. Setelah itu langsung kembali ke tempat kerjanya menyiapkan menu-menu gala dinner.


Prajna dan Irene juga sangat menyukai fotografi. Untuk mendokumentasikan acara pernikahan, panitia mengerahkan 38 fotografer. "Termasuk satu fotografer dari Amerika Serikat. Itu fotografer mereka waktu pre-wedding di Amerika," ungkapnya.


Bagaimana dengan artis-artisnya? Yang memilih artis-artisnya adalah Hartati sendiri. Artis yang didatangkan yakni Tantowi Yahya sebagai MC. Kemudian ada Krisdayanti, Titi DJ, Baim, Titik Puspa, Dorce Gamalama, Ada Band, dan Dian HP Orchestra. "Masing-masing dibayar normal, mulai Rp 60 juta-an," katanya.


Usai acara Minggu malam itu, panitia tetap rapat evaluasi lebih dulu. Sehingga mereka harus pulang pagi. Ini semua dilakukan agar tidak ada tanggungan setelah acara resepsi selesai.(kum)


Sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail&id=10387

6 komentar:

  1. Duh...miris bacanya...jomplang bener sama berita2 di koran dan yg ada di sekitar kita yg miskin :-(

    BalasHapus
  2. semoga kita tidak lupa akan nasib orang-orang sekitar yang kurang beruntung.

    BalasHapus
  3. semoga kita tidak lupa akan nasib orang-orang sekitar yang kurang beruntung.

    BalasHapus
  4. yah gak masalah dung, kan mereka yang cari uang sendiri. drpd pemerintahan kita, bilangnya wkail rakyat tapi malah negretin rakyat

    BalasHapus