Jumat, 11 April 2008

Permainan Baru Membenci Arab Dipopulerkan di Inggris

Sebuah permainan game rasis muncul di Inggris. Game berjudul “Die Arab” (Matilah Arab) berisi kebencian terhadap orang-orang Arab. Dimaksudkan untuk Islam?

Hidayatullah.com—Kalangan Muslim Inggris marah setelah beredar jenis permainan perang-perangan yang baru yang disebut Die Arab (Matilah Orang Arab). Dalam game itu, para pria yang berpakaian militer berperang melawan musuh yang hanya dikenali melalui shemagh, hiasan kepala yang biasa dipakai orang Arab.

"Segala macam permainan yang berhubungan dengan senjata dan kekerasan pada kebudayaan tertentu jelas merupakan hal yang salah. Penggunaan pakaian Arab, khususnya pada iklim saat ini, merupakan hal bodoh dan berpandangan dangkal," ujar Mokhtar Badri, seorang anggota eksekutif Asosiasi Muslim Inggris (MAB).

Untuk menandai peluncuran game baru ini pada Senin kemarin, pihak penyelenggara merencanakan berbagai pertempuran di dalam hutan, parit dan bangunan-bangunan yang tak terpakai. Seratus dua puluh peserta, bahkan ada yang usianya baru 16 tahun, akan dibagi-bagi menjadi beberapa tim dan beberapa tim harus memakai shemagh untuk mengidentifikasi musuh. Sejauh ini sudah 40 orang yang bersedia ikut dalam perang pembukaan di mana setiap pemain dikenakan biaya 30 poundsterling.

Mereka akan menggunakan berbagai macam senjata yang semuanya hanyalah tiruan seperti senapan mesin, pistol, bedil yang biasa dipakai penembak jitu, granat tangan, granat asap, kacamata khusus malam hari dan alat pembungkam.

Pencipta game ini, Peter Jenkins dan Darren Howells mempertahankan argumentasi mereka untuk menggunakan hiasan kepala tradisi Arab sebagai 'cara termudah untuk mengenali musuh'.

"Kami hanya menggunakan shemagh untuk membedakan antara satu tim dengan tim lain. Bila ada teroris yang menggunakannya, itu tidak berarti rasis," sanggah Jenkins.

Namun pendapat ini ditentang Badri, yang juga pemimpin umat Islam.

"Mereka dapat saja menggunakan jenis warna atau pakaian lain untuk membedakan antara satu tim dan tim lain yang tidak akan melukai perasaan orang lain," tegasnya.

Badri juga memperingatkan bahwa permainan seperti itu penuh dengan aksi kekerasan. "Anak-anak muda semestinya tidak diberi peluang untuk bermain di lingkungan yang mengagungkan penggunaan senjata," tambahnya.

Kabar terakhir yang beredar di Inggris menyebutkan, Kementerian Pertahanan Inggris sengaja mengagungkan perang untuk merekrut anak muda agar bergabung dalam militer. Anak-anak berusia tujuh tahun menjadi sasaran perekrutan militer dengan berbagai metode, termasuk kunjungan ke sekolah, literatur, dan pasukan kadet local.

Sumber: http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6672&Itemid=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar