Senin, 07 April 2008

Sahabat

Aku hendak mengedit naskah yang diperlukan untuk membuat company profile sebuah perusahaan. Tiba-tiba terdengar ada seseorang membuka pintu kantor. Ketika aku keluar, kulihat sahabatku sedang menghidupkan mobilnya yang di parkir di depan kantorku. Ketika aku hendak menghampirinya, dia hanya melambaikan tangan. Tidak keluar dari mobilnya. Menyurutkan niatku untuk menghampirinya.

Aku sadar bahwa aku terlalu berharap lebih darinya. Persahabatan yang bermula satu setengah tahun yang lalu, kini mengalami kerenggangan. Aku tidak tahu apakah dia sudah bosan dengan persahabatan kami. Beberapa pekan yang lalu aku mencoba menghubunginya, tetapi selalu saja dia tutup. Tak mau menjawab panggilanku. SMS dariku pun tidak dia jawab. Apakah ini sebuah persahabatan? Setelah sekian lama kami saling kenal, dia dengan mudah bersikap seperti itu. Tak ada penjelasan apapun. Membuat pikiranku dipenuhi dengan segenap tanya.

Dia sudah kuanggap saudaraku sendiri. Dia orangnya baik, sangat perhatian, percaya penuh kepadaku. Aku berbaik sangka saja. Dia membuka pintu kantorku mungkin mau menemuiku dan menjelaskan semuanya. Alasan kenapa dia tidak menjawab panggilan dan sms dariku. Mungkin dia belum siap untuk hal itu.

Tidak selamanya kehidupan di dunia ini akan berjalan mulus seperti yang kita harapkan. Kalau pun persahabatan kami akan berakhir sampai disini, aku harus rela menerimanya. Meski pun hal ini tidaklah mudah. Perpisahan adalah suatu bagian dari kehidupan ini. Kita tidak selamanya akan bersama-sama dengan orang yang kita cintai. Dan kita tidak bisa memiliki orang lain.

Sahabat sejati adalah sahabat yang kehadirannya menenteramkan dan ketiadaannya merindukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar